Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

SKRIPSI: Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy






PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama                : Ahmad Darik
Nim                   : 20120840001013
Nimko               : 2012.4.084.0001.1.00702
Fakultas           : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi   : Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan pengambilalihan milik orang lain yang saya akui sebagai hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 15 Mei 2016
Yang menyatakan,


AHMAD DARIK
NIM. 20120840001013
NIMKO. 2012.4.084.0001.1.00702







PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah memeriksa dan menelaah aspek materi dan metode penelitian pada naskah skripsi:
Judul                    : Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Nama Peneliti      : Ahmad Darik
NPM                    : 20120840001013
NIMKO              : 2012.4.084.0001.1.00702
Program Studi     : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Maka saya nyatakan bahwa naskah skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diujikan dalam siding ujian skripsi (Munaqosah).

Malang,

Mengetahui:
Kaprodi PAI                                                                   Pembimbing


Muhammad Husni, M.Pd.I                                              Muhammad Husni, M.Pd.I
NIY. 2003.01.039                                                            NIY. 2003.01.039









PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul      : Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy
Nama Peneliti      : Ahmad Darik
NPM                    : 20120840001013
NIMKO              : 2012.4.084.0001.1.00702
Program Studi     : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk disahkan.
Malang,
Ketua Sidang                                                                             Sekretaris Sidang


………………………….                                                       ………………………
Penguji Utama


…………………………..
Mengesahkan:
Rektor IAI Al-Qolam

Drs. Muhammad Adib, M.Ag.
NIY. 1999.01.024








MOTTO

لَقَدْ خَلَقْنَا الِانْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ (التين: 4)
Artinya: Sungguh telah kami ciptakan manusia pada bentuk yang terbaik.(Q.S. Al-Qolam: 4)

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمِ (القلم: 4)
Artinya: Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. Al-Qolam: 4)

مَا مِنْ شَيئٍ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ العَبْدِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ, وإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيِّ. (رواه الترمذي)
Artinya: Tidak ada sesuatu apapun yang lebih memberatkan timbangan kebaikan hamba yang beriman pada hari qiyamat melebihi karakter yang baik. Sungguh Allah membenci orang yang berlaku keji yang suka berkata kotor. (HR. Tirmidzi)








KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhi Rabb al-‘âlamîn, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat beriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi berjudul “Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy” ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari sumbangsih berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.                  Kedua orang tua penulis yang telah merawat, mendidik, dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa.
2.                  Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Muhammad Husni, M.Pd.I.
3.                  Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Muhammad Husni, M.Pd.I. dan bapak Ahmad Husin, M.Pd., M.Si. yang telah memberi saran dan arahan dalam penulisan skripsi.
4.                  Teman-teman mahasiswa PAI, khususnya kelas Double Degree angkatan 2015 atas pengalaman  dan  pembelajaran  berharga  yang  penulis  dapatkan  saat berinteraksi   dengan   mereka.   Terima   kasih   secara   khusus   penulis sampaikan kepada Khoiruman Chamal, S.Pd.I.
5.                  Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari Allah Swt. Âmîn yâ Rabbal ’âlamîn.

Malang, 15 Mei 2016
Penulis,


Ahmad Darik












ABSTRAK
Ahmad Darik, 20120840001013, “Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah. IAI Al-Qolam Malang. Dosen Pembimbing : Muhammad Husni, M.Pd.I. Mei 2015.
Kata kunci : Analisis, Nilai Karakter, Novel, Takbir Cinta Zahrana, Mahkota Cinta.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang  terkandung  dalam  Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta.
Skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni jenis penelitian yang berusaha menghimpun data penelitian dari khasanah literatur dan menjadikan “dunia teks” sebagai obyek utama analisisnya. Teknik  pengumpulan  data  yang  dilakukan  dengan menghimpun data dari berbagai literatur, yaitu data kepustakaan, buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal, artikel, atau beberapa karya tulis yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta, sedangkan objeknya yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan karakter anak. Dengan demikian, penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif analisis, karena   tidak   semata-mata   hanya   menguraikan namun   juga memberikan  pemahaman  dan  penjelasan secukupnya  atas  hasil pendeskripsiannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta di antaranya yaitu religius, ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berani, kasih sayang sesama muslim, menyeru kebaikan, bersyukur,  bersungguh-sungguh, berkepribadian baik,  peduli  sosial,  setia  kawan,  bekerja  sama.











DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................  i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................  ii
PENGESAHAN SKRIPSI ..............................................................................  iii
MOTTO ............................................................................................................  iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................  v
ABSTRAK .......................................................................................................  vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................  viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1                   Latar Belakang .....................................................................................  1
1.2                   Rumusan Masalah ................................................................................  8
1.3                   Tujuan Penelitian .................................................................................  9
1.4                   Manfaat Penelitian ...............................................................................  9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1                   Pengertian Novel .................................................................................  11
2.2                   Pengertian Pendidikan .........................................................................  14
2.3                   Pendidikan Karakter ............................................................................  17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1                   Jenis Penelitian .....................................................................................  27
3.2                   Pendekatan Penelitian ..........................................................................  27
3.2.1             Pendekatan Filosofis-Pedagogis ..........................................................  28
3.2.2             Pendekatan Semiotik ...........................................................................  28
3.3                   Sumber Data ........................................................................................  29
3.4                   Metode Pengumpulan Data .................................................................  29
3.5                   Metode Analisis Data ..........................................................................  29
BAB IV HASIL ANALISIS
4.1                   Nilai Pendidikan Karakter dalam Takbir Cinta Zahrana .....................  32
1.             Religius ................................................................................................  32
2.             Toleransi ...............................................................................................  33
3.             Peduli Sosial ........................................................................................  33
4.             Mandiri ................................................................................................  35
5.             Sabar ....................................................................................................  35
6.             Demokrasi ............................................................................................  36
7.             Kerja Keras ..........................................................................................  37
8.             Setia Kawan .........................................................................................  37
9.             Kreatif ..................................................................................................  38
4.2                   Nilai Pendidikan Karakter dalam Mahkota Cinta ...............................  39
1.             Peduli Sesama ......................................................................................  39
2.             Jujur .....................................................................................................  42
3.             Religius ................................................................................................  43
4.             Disiplin .................................................................................................  44
5.             Menyeru Kebaikan ...............................................................................  45
6.             Kerja Keras ..........................................................................................  46
7.             Bersyukur .............................................................................................  47
8.             Ikhlas ...................................................................................................  48
9.             Setia Kawan .........................................................................................  49
10.         Bertanggung Jawab .............................................................................  50
BAB V PENUTUP
5.1                   Kesimpulan ..........................................................................................  55
5.2                   Saran ....................................................................................................  55
5.3                   Kata Penutup ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................  58






BAB I
PENDAHULUAN
1.1                   Latar Belakang
Pendidikan merupakan  pilar  terpenting  dalam  kemajuan  suatu bangsa, bahkan menjadi peran paling utama dalam kemajuan kehidupan manusia. Keadaan suatu bangsa tentunya sangat dipengaruhi bagaimana kondisi manusia yangberada dalam bangsa tersebut. Maju atau tidaknya suatubangsa  di-pengaruhi  oleh  kondisi  orang-orangnya,  karena  pada dasarnya yang berperan dalam menjalankan suatu bangsa adalah orangorang yang menempati bangsa itu sendiri. Hal ini sangatlah tergantung dari pendidikan yang diperoleh orang-orang itu sendiri.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Mencermati fungsi   pendidikan nasional, yakni mengembangkan kemampuan  dan  membentuk  watak  dan peradaban bangsa  seharusnya  memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada watak manusia atau bangsa Indonesia. Fungsi ini amatberat untuk dipikul oleh pendidikan nasional, terutama apabila   dikaitkan dengan   siapa   yang   bertanggungjawab   untuk keberlangsungan fungsi ini.[1]
Tujuan pendidikan yang dimiliki suatu bangsa merupakan tujuan dari bangsa tersebut.Dengan pendidikan, manusia diantarkan menjadi sosok yang pandai, bijaksana, dan kritis.Bahkan dengan pendidikan, manusia dapat menjadi orang yang beriman, bertakwa, jujur, dan tanggung jawab. Namun pada dasarnya, pendidikan tidak harus serta merta diawali pada lembaga pendidikan formal, akan tetapi pendidikan dalam keluarga juga  sangat  berperan  dalam  membentuk  karakter  seseorang,  bahkan pendidikan   dalam   keluargalah   yang   merupakan   pendidikan paling mendasar yang sangat dominan dalam pembentukan karakter seseorang. Arus modernisasi telah banyakmemberi  perubahan   dalam kehidupan masyarakat, yang menyedihkan, perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab semua pihak, ulama dan pemimpin serta para orang tua untuk memperbaiki penurunan moral dan akhlak tersebut dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan.Krisis moral tengah menjalar dan menjangkiti bangsa ini.Hampir semua elemen bangsa juga merasakannya.Misalnya, Pilkada yang ricuh, kasus korupsi para politisi, hingga tebar janji-janji politik setiap kali menjelang pemilu. Sementara itu, merebaknya sikap hidup pragmatik, melembaganya budaya kekerasan, atau meruaknya bahasa ekonomi dan politik, disadari atau tidak, telah ikut melemahkan karakter anak-anak bangsa sehingga nilai-nilai luhur baku dan kearifan sikap hidup menjadi mandul. Nilai-nilai etika dan estetika telah terbonsai dan terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan pragmatik.[2]
Jika  melihat  kenyataan  yang  ada  dalam  kehidupan  sekarang, banyak kasus-kasus yang menunjukkan bahwa moral bangsa kita ini telah menurun. Seharusnya dengan keadaan sosial budaya dan kekayaan bangsa kita yang melimpah ruah ini rakyat Indonesia dapat hidup makmur tanpa harus ada kasus-kasus seperti kejahatan, kolusi, korupsi, dan nepotisme. Hingga tawuran antar pelajar, sikap anak jaman sekarang yang cenderung kurang menghormati orang tua, dan banyak kasus yang tidak seharusnya dilakukan  oleh  siswa-siswa  sekolah.  Akan  tetapi  pada  kenyataannya banyak kasus-kasus tersebut yang semakin menunjukkan bahwa moral bangsa kita ini telah menurun. Berangkat dari permasalahan di atas, maka sudah saatnya sistem pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa Indonesia sendiri.Kemudian datang gagasan dari pemerintah tentang program pendidikan baru, yaitu pendidikan berbasis karakter. Adanya pendidikan karakter tersebut akan mampu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak baik. Mulai dikelurakannya kebijakan tersebut, setiap sekolah harus menyisipkan nilai-nilai karakter pada materi pembelajarannya.
Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam   meningkatkan   derajat   danmartabat bangsa Indonesia.Di lingkungan  Kemdiknas  sendiri,pendidikan  karakter menjadi  fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan perilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini  sangat  dipengaruhi  oleh  keadaan  lingkungan,  sehingga lingkungan memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan perilaku. Sekolah dan masyarakat sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh masyarakat juga harus mampu memberikan suri tauladan mengenai karakter yang akan dibentuk tersebut.[3]
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup bangsa ini.Bagi  Indonesiasekarang  ini,  pendidikan  karakter  juga  berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masadepan  yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia.[4]
Dengan menyadari bahwa karakter adalah sesuatu yang sangat sulit diubah, maka tidak ada pilihan lain bagi orang tua kecuali membentuk karakter anak sejak usia dini. Jangan sampai orang tua kedahuluan oleh yang lain, lingkungan misalnya. Orang tua akan menjadi pihak pertama yang kecewa jika karakter yang dibentuk oleh orang lain itu ternyata adalah karakter yang buruk. Sementara, mengubahnya setelah karakter terbentuk merupakan sebuah pekerjaan yang tidak ringan.Butuh terapi panjang.Butuh konsistensi.Butuh biaya.Butuh waktu, pikiran, serta energi yang sangat banyak.[5]
Sastra merupakan salah satu karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra  telah  menempati  dimensi  ruang  dan  waktu  dalam  peradaban manusia. Kehadiran sastra tidak dapat ditolak, bahkan kehadirannya telah dianggap  sebagai  suatu  karya  kreatif  yang  mempunyai  nilai,  hasil imajinasi  dan  emosi  sehingga  dapat  diterima  sebagai  realitas  sosial budaya.[6] Sastra   merupakan   media   komunikasi   yang   menyajikan keindahan,  memberikan  makna terhadap  kehidupan  atau  pemberian pelepasan ke dunia imajinasi.[7]Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu yang kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayati.[8]
Karya sastra yang mengandung nilai moral salah satunya adalah novel/novelet.Novel/noveletselalu memberikan hal yang baru bagi pembaca, baik tentang kehidupan, sosial, maupun budaya.Apabila moral dikaitkan dengan kesusastraan berlaku suatu prinsip bahwa sebuah novel/novelet yang baik itu harus bermoral.
Nilai moral yang terkandung dalam sebuah  novel/novelet sangat penting. Artinya, dalam sebuah karya sastra harus memasukkan nilai moral dalam karyanya.Nilai moral membahas tentang perbuatan, sikap, tanggung jawab dan kewajiban. Nilai moral dalam karya sastra sangat berpengaruh terhadap pembacanya, Karena nilai moral merupakan sesuatu yang baik, yang baik atau bermoral  itu bukanlah masalah tetapi jauh dari nilai moral, maka akan sangat buruk akibatnya. Moral dalam karya sastra  biasanya  mencerminkan  pandangan  hidup  pengarang  yang  bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Di samping keindahan, sastra selalu dinilai sebagai pengemban nilai yang didramatisasikan oleh penulisnya. Pendapat Sumarjo, menarik untuk dicermati “Betapapun menariknya sebuah karya kalau ia berisi pengalaman yang menyesatkan hidup manusia, ia tidak pantas disebut sebagai karya sastra”. Jadi, karya sastra dianggap berisi ajaran yang membawa manusia kepada nilai yang baik dan “tidak menyesatkan”.Akan tetapi, nilai tidaklah selalu universal karena dia juga mengikuti budaya masyarakatnya.[9]
Penelitian pada bidang sastra dalam hal ini adalah novel, yang biasa dilakukan oleh ahli sastra atau kritikus sastra mencakup keindahan bahasa atau kata-kata, struktur kata, tema novel/novelet, dan sebagainya. Namun, dalam skripsi ini penulis mengkaji pesan-pesan yang terkandung di dalam novel, karena novel memiliki muatan pesan yang sarat akan nilai yang bisa digunakan untuk mentransformasikan nilai, terutama nilai-nilai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang ditanamkan oleh seorang pengajar di  pesantren, mengingatkan bahwa agar lebih giat belajar, lebih disiplin beribadah, dan lebih gigih berdoa. Beliau bertutur tentang ketekunan dan kesungguhan, bahwa kemiskinan bukan halangan untuk mereguk ilmu sebanyak mungkin.Sungguh pesan yang sangat baik untuk memberi semangat agar terus menuntut ilmu apapun keadaannya. Berdasarkan deskripsi-deskripsi di atas tentang pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan bangsa dan kader-kadernya, maka penulis membuat penelitian mengenai pendidikan karakter dalam sebuah karya sastraagar bias member penyadaran bahwa pendidikan juga bias didapat dari sebuah karya sastra. Maka dari itu, judul dari penelitian ini adalah “Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”dengan harapan bisa menjadi motivasi bagi pembaca dalam belajar.
1.2                   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas adalah:
1.                       Bagaimanakah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam noveletTakbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El-Syirazy?
2.                       Bagaimanakah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelet Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Syirazy?
1.3                   Tujuan Penelitian
Adapun tujua dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan:
1.                       Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelet Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El-Syirazy!
2.                       Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelet Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Syirazy!
1.4                   Manfaat Penelitian
1.                       Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:
a.                       Memberikan sumbangan pengetahuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dalam suatu lembaga pendidikan di Indonesia.
b.                       Menambah   khazanah   kreatifitas   dalam   dunia   penulisan Indonesia,   demi   dapat   meningkatkan   kualitas   dalam pembuatannya.
c.                       Menambah sumber referensi bagi dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan moral dan karakter.
2.                       Secara praktis, penelitian ini diharapkan:
a.                       Bagi pembaca novel/novelet, dapat mempermudah dalam menangkap pesan-pesan atau nilai-nilai pendidikan moral dan karakter yang terkandung di dalamnya.
b.                       Bagi para penulis, dapat menjadi bahan pertimbangan kedepan untuk dapat membuat novel/novelet yang berkualitas.
c.                       Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh pemerhati keilmuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang novel/novelet.


[1] Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 6.
[2]Rohinah  M.  Noor,  Pendidikan  Karakter  Berbasis  Sastra:  Solusi Pendidikan Moral yang Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 42-43.
[3]Agus Prasetyo, Konsep, Urgensi dan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, 2011, diakses dari http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/27/konsep-urgensi-dan-implementasi-pendidikan-karakter-di-sekolah/,  pada  hari  Kamis, 21 Juni 2012 pukul 10.41 WIB.
[4]Timothy Wibowo, Pendidikan Karakter adalah Pendidikan untuk 275 Juta Penduduk Indonesia, 2012, diakses darihttp://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/, pada hari Kamis, 21 Juni 2012 pukul 10.04 WIB.
[5]Abdullah Munir, Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2010), hal. 10.
[6] Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1993),hal. 1.
[7]Melani Budianta, dkk., Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesiatera, 2003), hal. 2.
[8]Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 3.
[9]Ida Rochani Adi, Fiksi Populer Teori dan Metode Kajian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 18.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1                   Pengertian Novel
Fiksi   merupakan   sebuah   cerita,   terkandung   di   dalamnya   tujuan memberikan hiburan kepada pembaca, di samping adanya tujuan estetis, membaca sebuah fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Novel dan cerita pendek dalam kesastraan Inggris dan Amerika disebut karya fiksi.
Novel sebutan dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal  dari  bahasa  Italia  novella (yang  dalam  bahasa  Jerman novelle), secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian  kemudian  diartikan  sebagai ‗cerita  pendek  dalam  bentuk  prosa‘. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak juga terlalu pendek.[1]
Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak sifat setiap pelaku.[2]
Istilah novel dikenal di Indonesia setelah kemerdekaan, yakni setelah sastrawan  Indonesia  banyak  beralih  kepada  bacaan-bacaan  yang  berbahasa Inggris.   Novel   dan   cerpen   merupakan   bentuk   kesusastraan   yang   secara perbandingan  adalah  baru.  Ia  baru  dikenal  masyarakat  kita  kira-kira  sejak setengah abad yang lalu. Di negera Barat juga masih baru jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain, seperti puisi yang sudah dikenal sejak dua ribu tahun lalu, sedang fiksi ini di sana baru dikenal sejak dua ratus tahun yang lalu. Namun, masa hidupnya yang muda itu, ia telah mengalami perkembangan pesat.[3]
Novel Indonesia secara resmi muncul setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan, tahun 1919, oleh Marari Siregar, yang merupakan novel saduran dari novel Belanda, kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab dan Sengsara oleh pengarang yang sama; sejak itu mulailah berkembang sastra fiksi yang dinamai novel dalam khazanah sastra Indonesia. Edgar Allan Poe sastrawan kenamaan dari Amerika membedakan antara cerpen dan novel, ia mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang dari pada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat  mengemukakan  sesuatu  secara  bebas,  menyajikan  sesuatu  yang  lebih banyak, lebih rinci dan lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan  yang  lebih  kompleks.  Dalam  cerpen  krisis  jiwa  tidak  usah mengakibatkan  perubahan  jalan  nasib,  panjang  novel  boleh  dikatakan  lebih panjang dari cerita pendek, yang menegaskan ialah apa ada pergolakan jiwa dalamnya yang mengalih nasib manusia.[4] Di antara para ahli teori sastra kita memang ada yang membedakan antara novel dan roman, dengan mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi pada suatu saat yang tegang dan pemusatan   kehidupan   yang   tegas;   sedangkan   roman   dikaitkan   sebagai menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya melukiskan peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa, sampai meninggal dunia.
H.B Jassin membedakan pengertian roman dan novel, roman melingkupi seluruh kehidupan pelaku-pelaku dilukiskan dari kecilnya hingga matinya, dari ayunan hingga liang lahat. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.[5] Dengan demikian roman adalah cerita fiksi  yang melukiskan kronik kehidupan tokoh-tokoh yang rinci dan mendalam, sedangkan novel adalah cerita yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa dari kehidupan tokoh cerita dan peristiwa tersebut menimbulkan krisis/pergolakan batin yang mengubah nasibnya.
Pada pengertian di atas dapat dibedakan bahwa novel adalah karya fiksi yang lebih kompleks daripada cerpen yang hanya mempunyai karakter, plot, dan setting yang terbatas dan dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam, dan novel menimbulkan perubahan nasib tokohnya. Sedangkan roman adalah cerita fiksi yang menceritakan tokoh-tokohnya lebih lengkap, menggambarkan kronik kehidupan luas, biasanya diceritakan tokoh-tokohnya dari kecil hingga meninggal.
2.2                   Pengertian Pendidikan
Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing” (Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike berarti aku membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya juga berarti mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pernyataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu: a) cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif dan siap mengaplikasikan ilmunya; b) hidup, memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepadaNya. Filosofi hidup ini sangat syarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan manusia, memberikan makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral, dan tujuan hidup; c) bangsa, berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain. Setiap individu berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran (Ratna, 2005: 449).
Segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai suatu karya sastra, yang merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya (Pradopo, 2005: 30). Pendidikan pada kahikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Setiadi, 2006: 114).
Adler (dalam Arifin, 1993: 12) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik. Secara etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2009: 447). Masih menurut Ratna, lebih jauh dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Jadinya antara pendidikan dan karya sastra (novel) adalah dua hal yang saling berkaitan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.  
2.3                   Pendidikan Karakter
Dalam   pengertian   yang   sederhana   dan   umum   makna pendidikan   sebagai   usaha   manusia   untuk   menumbuhkan   dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi  dalam  suatu  proses  pendidikan.  Karenanya  bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan cara  sesuatu  bagaimana  warga  negara  bangsanya  berpikir  dan berperilaku secara turun temurun hingga kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.[6] Begitu besarnya pengaruh karakter dalam kehidupan. Namun, sebelum berbicara lebih jauh, ada baiknya kita memahami arti dari karakter tersebut. Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein,  yang  artinya ‘mengukir’.  Sifat  utama  ukiran  adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau aus terkena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Ini berbeda dengan gambar atau tulisan tinta yang hanya disapukan di atas permukaan benda. Karena itulah, sifatnya  juga  berbeda  dengan  ukiran, terutama  dalam  hal ketahanan  dan  kekuatannya  dalam  menghadapi  tantangan  waktu.
Tulisan dan gambar akan mudah hilang, sehingga tidak meninggalkan bekas   sama   sekali.   Sampai-sampai   orang   tidak   akan   pernah menyangka kalau di atas benda yang berada di hadapannya itu pernah terdapat tulisan dan gambar.[7] Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik  adalah  individu  yang  dapat  membuat  keputusan  dan  siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan  Tuhan  Yang  Maha  Esa,  diri  sendiri,  sesama  manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku  yang  tampak  dalam  kehidupan  sehari-hari  baik  dalam bersikap maupun dalam bertindak.[8]
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan   pendidikan   yang   mendukung   pengembangan   sosial, pengembangan  emosional,  dan  pengembangan  etik  para  siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun  pemerintah  untuk membantu  siswa  mengembangkan  inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran,  kerajinan, fairness,  keuletan  dan  ketabahan           (fortitude), tanggung jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter   menurut   Bruke,   semata-mata   merupakan   bagian   dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.[9]
Tujuan  pertama  pendidikan  karakter  adalah  memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses   sekolah (setelah   lulus   dari   sekolah).   Penguatan   dan pengembangan  memiliki  makna  bahwa  pendidikan  dalam  setting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik,  tetapi  sebuah  proses  yang  membawa  peserta  didik  untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta   didik   yang   tidak   bersesuaian   dengan   nilai-nilai   yang dikembangkan  oleh  sekolah.  Tujuan  ini  memiliki  makna  bahwa pendidikan  karakter  memiliki  sasaran untuk  meluruskan  berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni   dengan   keluarga   dan   masyarakat   dalam   memerankan tanggung  jawab  pendidikan  karakter  secara  bersama.  Tujuan  ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan  dengan  proses  pendidikan  di  keluarga.  Jika  saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan. Karena penguatan perilaku merupakan suatu hal yang menyeluruh (holistik) bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang dimiliki oleh anak.[10]
Untuk dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami  struktur  antropologis  yang  ada  dalam  diri  manusia. Struktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Hal ini selaras dengan pendapat Lickona, yang menekankan tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu, dalam pendidikan karakter harus mencakup semua struktur antropologis manusia tersebut.[11] Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter.
Jadi  suatu  karakter  melekat  dengan  nilai  dari  perilaku  tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam kondisi tidak jelas. Dalam arti bahwa apa nilai dari suatu perilaku amat sulit dipahami oleh orang lain daripada oleh dirinya sendiri.[12] Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau karakter dari berbagai  pihak.  Di  bawah  ini  berbagai  nilai  yang  dapat  kita identifikasi sebagai nilai-nilai yang ada di kehidupan saat ini.[13]
1.                       Nilai yang terkait dengan diri sendiri:
a.                       Jujur
b.                       Kerja keras
c.                       Tegas
d.                      Sabar
e.                       Ulet
f.                        Ceria
g.                       Teguh
h.                       Terbuka
i.                         Visioner
j.                         Mandiri
k.                       Tegar
l.                         Pemberani
m.                     Reflektif
n.                       Tanggung jawab 15) Disiplin
2.                       Nilai yang terkait dengan orang/makhluk lain:
a.                       Senang membantu
b.                       Toleransi
c.                       Murah senyum
d.                      Pemurah
e.                       Kooperatif/mampu bekerjasama
f.                        Komunikatif
g.                       Amar ma’ruf (manyeru kebaikan)
h.                       Nahi munkar (mencegah kemunkaran)
i.                         Peduli (manusia, alam)
j.                         Adil
3.                       Nilai yang terkait dengan ketuhanan:
a.                       Ikhlas
b.                       Ikhsan
c.                       Iman
d.                      Takwa
Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas.  Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:[14]
a.                       Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b.                       Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c.                       Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d.             Disiplin
Tindakan  yang  menunjukkan  perilaku  tertib  dan  patuh  pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e.              Kerja Keras
Perilaku  yang  menunjukkan  upaya  sungguh-sungguh  dalam mengatasi   berbagai   hambatan   belajar   dan   tugas,   serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f.               Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g.              Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h.              Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i.                Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j.                Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k.              Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,  dan  penghargaan  yang  tinggi  terhadap  bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l.                Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu  yang  berguna  bagi  masyarakat,  dan  mengakui,  serta menghormati keberhasilan orang lain.
m.            Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n.              Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o.              Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p.              Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 
q.              Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r.               Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan  pada  peserta  didik  melalui  persekolahan  adalah berbagai   kemampuan   yang   akan   menjadikan   manusia   sebagai makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Kemampuan yang  perlu  dikembangkan  pada  peserta  didik  Indonesia  adalah kemampuan   mengabdi   kepada   Tuhan   yang   menciptakannya, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup secara   harmoni   dengan   manusia   dan   makhluk   lainnya,   dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.[15]



[1] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 9-10.
[2] Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, h. 788.
[3] M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 33.
[4] H.B. Jassin, Tifa Penyair dan Daerahnya, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet ke-7, h.78-79.
[5] Widjojo dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 41.
[6] Djumberansjah Indar, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal. 16-17.
[7] Abdullah Munir, Pendidikan Karakter…., hal. 2-3.
[8] Muchlas  Samani  dan  Hariyanto,  Konsep  dan  Model  Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 41-42.
[9] Ibid., hal. 43.
[10] Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter…., hal. 9-11.
[11] Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 75-76.
[12] Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter…., hal. 11.
[13] Ibid., hal. 12.
[14] Endah  Sulistyowati,  Implementasi  Kurikulum  Pendidikan  Karakter, (Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama, 2012), hal. 30-32.
[15] Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter…., hal. 7.















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1                   Jenis Penelitian
Skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni jenis penelitian yang berusaha menghimpun data penelitian dari khasanah literatur dan menjadikan “dunia teks” sebagai obyek utama analisisnya.[1] Teknik  pengumpulan  data  yang  dilakukan  dengan menghimpun data dari berbagai literatur, yaitu data kepustakaan, buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal, artikel, atau beberapa karya tulis yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah novel Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy” , sedangkan objeknya yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan karakter anak. Dengan demikian, penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif analisis, karena   tidak   semata-mata   hanya menguraikan namun juga memberikan pemahaman  dan  penjelasan secukupnya  atas  hasil pendeskripsiannya.
3.2                   Pendekatan penelitian
Ada dua macam pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini diantaranya:
3.2.1             Pendekatan Filosofis-Pedagogis
Pendekatan  filosofis  terdiri  atas  model  historis,  tokoh, komparasi, lapangan dan interpretasi.[2] Penelitian ini menggunakan pendekatan filosofis model interpretatif, yakni menangkap suatu arti dengan cara menyelami pemikiran penulis karya sastra. Penulis menafsirkan atau membuat penafsiran yang bertumpu pada alasan objektif untuk mencapai kebenaran otentik melalui inti, hakikat, atau hikmah pedagogis yang terkandung dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”.
3.2.2             Pendekatan Semiotik
Semiotik merupakan salah satu pendekatan untuk membaca karya sastra.[3] Karya sastra merupakan sarana komunikasi antara pengarang  dan  pembacanya,  sehingga  disebut  dengan  gejala semiotik.[4] Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Karya sastra memerlukan bahasa, dimana bahasa dalam sastra merupakan penanda (signifier). Karya sastra sebagai tanda merupakan makna semiotiknya, yaitu makna yang bertautan dengan dunia nyata.[5]
3.3                   Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah dari berbagai sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam, yaitu:
1.                       Data Primer, merupakan sumber utama dari penelitian ini, yaitu Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy.
2.                       Data Sekunder, yaitu berbagai literatur yang relevan dengan objek penelitian, baik  berupa  transkip,  buku,  artikel  di  surat  kabar, majalah, tabloid, website, multiply, dan blog di internet.
3.4                       Metode Pengumpulan Data
Untuk mempermudah pengumpulan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi.   Dokumentasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data yang terkait dengan penelitian ini. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik berupa buku-buku, artikel, surat kabar, tabloid, majalah, website, multiply, dan blog di internet yang berhubungan dengan objek penelitian.
3.5                   Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik dan content analysis (analisis isi). Hermeneutik merupakan  ilmu  atau  teknik  untuk  memahami  karya  sastra  dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut artiannya. Cara kerja   dari   hermeneutik   itu   sendiri   adalah   dengan   memahami keseluruhan  yang  berdasarkan  pada  unsur-unsur  pembentuk  dan pemahaman terhadap unsur-unsur pembentuk yang berdasarkan pada keseluruhannya.[6]
Content analysis (analisis isi) adalah teknik yang digunakan untuk   menarik   kesimpulan   melalui   usaha   untuk   menemukan karakteristik amanat, yang penggarapannya dilakukan dengan cara objektifitas dan  sistematis.[7] Analisis isi digunakan untuk mengungkap kandungan nilai-nilai tertentu dalam karya sastra dengan memperhatikan konteks yang ada. Dalam sebuah karya sastra, analisis isi mempunyai  fungsi  untuk  mengungkap  makna  simbolik  yang tersamar.[8]
Berikut ini langkah-langkah  yang  penulis  gunakan  dalam pengambilan data sebagai berikut:
a.                       Penulis menentukan teks yang dijadikan objek penelitian dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”.
b.                       Penulis  mengumpulkan  data-data    yang  berhubungan  dengan penelitian.
c.                       Penulis melakukan display seluruh data dari teks novel dan data dokumentasi (berupa buku-buku, artikel, surat kabar, tabloid, majalah, website, multiply, dan blog di internet yang berhubungan dengan objek penelitian).
d.                      Penulis melakukan coding, yaitu memilah data-data yang sesuai dan dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun yang tidak sesuai diabaikan.
e.                       Penulis melakukan analisis dan interpretasi data  yang sesuai dengan rancangan penelitian.


[1] Sarjono,  dkk.,  Panduan  Penulisan  Skripsi, (Yogyakarta:  Jurusan Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008), hal. 21.
[2] Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 63.
[3] Semiotik berasal dari kata semion, yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah tanda. Semiotik merupakan permulaan bahasa secara ilmiah, sebagai tanda sistem dengan dimensi struktur (sintatik) dan satu makna (sematik). Dimensi struktural menghubungkan tanda-tanda dan komponen-komponennya menjadi satu.
[4] Sangidu, Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat, (Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat, 2004), hal. 26.
[5] Ibid., hal. 18.
[6] A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), hal. 33.
[7] Lexi Molcong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 163.
[8] Suwandi  Endraswara,  Metodologi  Penelitian  Sastra,       (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hal. 160.










BAB V
PENUTUP
5.1                   Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.                       Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelette Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy  yaitu:  religius, toleransi, sabar, kerja  keras,  kreatif,  mandiri, demokrasi, peduli sosial, dan setia kawan. Dari 18 nilai pendidikan karakter dari Diknas, terdapat 7 nilai pendidikan karakater yang terdapat novelette Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy dan dua karakter yang tidak termasuk karakter dari diknas, yaitu sabar dan setia kawan.
2.                       Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy  yaitu:  religius, jujur, peduli sesama, kerja  keras,  disiplin,  mandiri, menyeru kebaikan, bersyukur, ikhlas, setia kawan, dan bertanggung jawab. Dari 18 nilai pendidikan karakter dari Diknas, terdapat 5 nilai pendidikan karakater yang terdapat novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy dan lima karakter yang tidak termasuk karakter dari diknas, yaitu peduli sesama, ikhlas, bersyukur, menyeru kebaikan, dan setia kawan.
5.2                   Saran-saran
1.                       Banyak nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam novelette Takbir Cinta Zahrana dan novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, sehingga sangat pantas jika novel ini dapat dijadikan sumber belajar atau sebagai buku pendukung   dalam   dunia   pendidikan,   karena   banyak   nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dipetik dari setiap kisahnya.
2.                       Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam novelette Takbir Cinta Zahrana dan novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy sebagian besar relevan dengan materi pendidikan akhlak, sehingga dalam dunia pendidikan agam Islam dapat menggunakan novel ini sebagai rujukan atau referensi dalam pembelajaran, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diajarkan kepada peserta didik agar bisa lebih memaknai dan lebih memahami nilai-nilai tersebut melalui cerita di dalam kedua novelette tersebut.
5.3                   Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dari-Nya, penulis haturkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan nikmat-Nya  kepada  penulis,  sehingga  dapat  menyelesaikan  penulisan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam novelette Takbir Cinta Zahrana dan novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini dengan baik. Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam penulisan karya ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Perjalanan panjang penulisan skripsi ini juga menyadarkan betapa kecil dan terbatasnya kekuatan berpikir, kemampuan dan kesempatan yang dimiliki. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khusunya pendidikan Islam, serta dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Akhirnya,  semoga  skripsi  ini  bermanfaat  dan  dapat  menjadi referensi  bagi  perseorangan  atau  lembaga  pendidikan  Islam,  untuk berjuang   demi   tercapainya   pendidikan   Islam,   khususnya   bagi pengembangan keilmuan pendidikan Islam di kemudian hari. Semoga Allah   SWT.   memberikan   balasan   atas   segala   dorongan,   bantuan, dukungan, semangat serta keyakinan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
 


Comments

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA