PERNYATAAN
KEASLIAN
Saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Darik
Nim : 20120840001013
Nimko : 2012.4.084.0001.1.00702
Fakultas : Tarbiyah
Program
Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet
Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy
Menyatakan
dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri; bukan pengambilalihan milik orang lain yang saya akui
sebagai hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini hasil jiplakan, maka saya siap menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Malang, 15 Mei 2016
Yang menyatakan,
AHMAD DARIK
NIM. 20120840001013
NIMKO.
2012.4.084.0001.1.00702
PERSETUJUAN
PEMBIMBING
Setelah
memeriksa dan menelaah aspek materi dan metode penelitian pada naskah skripsi:
Judul : Analisis Nilai
Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Nama
Peneliti : Ahmad Darik
NPM : 20120840001013
NIMKO : 2012.4.084.0001.1.00702
Program
Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Maka saya
nyatakan bahwa naskah skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diujikan
dalam siding ujian skripsi (Munaqosah).
Malang,
Mengetahui:
Kaprodi PAI Pembimbing
Muhammad Husni, M.Pd.I Muhammad Husni, M.Pd.I
NIY. 2003.01.039 NIY. 2003.01.039
PENGESAHAN
SKRIPSI
Skripsi yang
berjudul : Analisis Nilai
Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota
Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy
Nama
Peneliti : Ahmad Darik
NPM : 20120840001013
NIMKO : 2012.4.084.0001.1.00702
Program
Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk disahkan.
Malang,
Ketua
Sidang Sekretaris Sidang
…………………………. ………………………
Penguji
Utama
…………………………..
Mengesahkan:
Rektor
IAI Al-Qolam
Drs. Muhammad
Adib, M.Ag.
NIY.
1999.01.024
MOTTO
لَقَدْ خَلَقْنَا
الِانْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ (التين: 4)
Artinya: Sungguh telah kami ciptakan manusia pada bentuk
yang terbaik.(Q.S. Al-Qolam: 4)
وَإِنَّكَ لَعَلَى
خُلُقٍ عَظِيْمِ (القلم: 4)
Artinya: Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi
pekerti yang luhur. (Q.S. Al-Qolam: 4)
مَا مِنْ شَيئٍ
أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ العَبْدِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ,
وإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيِّ. (رواه الترمذي)
Artinya: Tidak ada sesuatu apapun yang lebih
memberatkan timbangan kebaikan hamba yang beriman pada hari qiyamat melebihi
karakter yang baik. Sungguh Allah membenci orang yang berlaku keji yang suka
berkata kotor. (HR. Tirmidzi)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhi Rabb al-‘âlamîn, puji dan
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan kekuatan
lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
beriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Skripsi berjudul “Analisis Nilai Pendidikan
Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy” ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari
sumbangsih berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril
maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Kedua orang tua penulis yang telah merawat, mendidik, dan
mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa.
2.
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Muhammad
Husni, M.Pd.I.
3.
Dosen pembimbing skripsi penulis, Bapak Muhammad Husni,
M.Pd.I. dan bapak Ahmad Husin, M.Pd., M.Si. yang telah memberi saran dan arahan
dalam penulisan skripsi.
4.
Teman-teman mahasiswa PAI, khususnya kelas Double Degree
angkatan 2015 atas pengalaman dan pembelajaran
berharga yang penulis
dapatkan saat berinteraksi dengan
mereka. Terima kasih
secara khusus penulis sampaikan kepada Khoiruman Chamal,
S.Pd.I.
5.
Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan
satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik
dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
mendapat balasan pahala dari Allah Swt. Âmîn yâ Rabbal ’âlamîn.
Malang, 15 Mei 2016
Penulis,
Ahmad Darik
ABSTRAK
Ahmad Darik, 20120840001013,
“Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan
Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu
Tarbiyah. IAI Al-Qolam Malang.
Dosen Pembimbing : Muhammad Husni, M.Pd.I. Mei 2015.
Kata kunci : Analisis, Nilai Karakter, Novel, Takbir Cinta
Zahrana, Mahkota Cinta.
Masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dalam Novelet
Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan nilai-nilai karakter yang
terkandung dalam Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet
Mahkota Cinta.
Skripsi ini
adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni jenis penelitian yang
berusaha menghimpun data penelitian dari khasanah literatur dan menjadikan
“dunia teks” sebagai obyek utama analisisnya. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan
dengan menghimpun data dari berbagai literatur, yaitu data kepustakaan,
buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal, artikel, atau beberapa karya tulis
yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek penelitian
ini adalah Novelet Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta, sedangkan
objeknya yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel
tersebut.
Penelitian ini
bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan
teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan karakter
anak. Dengan demikian, penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif
analisis, karena tidak semata-mata
hanya menguraikan namun juga memberikan pemahaman
dan penjelasan secukupnya atas
hasil pendeskripsiannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Novelet Takbir Cinta Zahrana
dan Novelet Mahkota Cinta mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang ditemukan dalam Novelet
Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta di antaranya yaitu religius,
ikhlas, disiplin, peduli, mandiri, sabar, kerja keras, tegar, berani, kasih
sayang sesama muslim, menyeru kebaikan, bersyukur, bersungguh-sungguh, berkepribadian baik, peduli
sosial, setia kawan,
bekerja sama.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4
Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Novel ................................................................................. 11
2.2
Pengertian Pendidikan ......................................................................... 14
2.3
Pendidikan Karakter ............................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian ..................................................................................... 27
3.2
Pendekatan Penelitian .......................................................................... 27
3.2.1
Pendekatan Filosofis-Pedagogis .......................................................... 28
3.2.2
Pendekatan Semiotik ........................................................................... 28
3.3
Sumber Data ........................................................................................ 29
3.4
Metode Pengumpulan Data ................................................................. 29
3.5
Metode Analisis Data .......................................................................... 29
BAB IV HASIL ANALISIS
4.1
Nilai Pendidikan Karakter dalam Takbir Cinta Zahrana ..................... 32
1.
Religius ................................................................................................ 32
2.
Toleransi ............................................................................................... 33
3.
Peduli Sosial ........................................................................................ 33
4.
Mandiri ................................................................................................ 35
5.
Sabar .................................................................................................... 35
6.
Demokrasi ............................................................................................ 36
7.
Kerja Keras .......................................................................................... 37
8.
Setia Kawan ......................................................................................... 37
9.
Kreatif .................................................................................................. 38
4.2
Nilai Pendidikan Karakter dalam Mahkota Cinta ............................... 39
1.
Peduli Sesama ...................................................................................... 39
2.
Jujur ..................................................................................................... 42
3.
Religius ................................................................................................ 43
4.
Disiplin ................................................................................................. 44
5.
Menyeru Kebaikan ............................................................................... 45
6.
Kerja Keras .......................................................................................... 46
7.
Bersyukur ............................................................................................. 47
8.
Ikhlas ................................................................................................... 48
9.
Setia Kawan ......................................................................................... 49
10.
Bertanggung Jawab ............................................................................. 50
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan .......................................................................................... 55
5.2
Saran .................................................................................................... 55
5.3
Kata Penutup ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan pilar terpenting
dalam kemajuan suatu bangsa, bahkan menjadi peran paling
utama dalam kemajuan kehidupan manusia. Keadaan suatu bangsa tentunya sangat
dipengaruhi bagaimana kondisi manusia yangberada dalam bangsa tersebut. Maju
atau tidaknya suatubangsa di-pengaruhi oleh
kondisi orang-orangnya, karena
pada dasarnya yang berperan dalam menjalankan suatu bangsa adalah
orangorang yang menempati bangsa itu sendiri. Hal ini sangatlah tergantung dari
pendidikan yang diperoleh orang-orang itu sendiri.
Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mem-bentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Mencermati fungsi pendidikan nasional, yakni mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak dan peradaban bangsa seharusnya
memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada
watak manusia atau bangsa Indonesia. Fungsi ini amatberat untuk dipikul oleh
pendidikan nasional, terutama apabila
dikaitkan dengan siapa yang
bertanggungjawab untuk
keberlangsungan fungsi ini.
Tujuan
pendidikan yang dimiliki suatu bangsa merupakan tujuan dari bangsa
tersebut.Dengan pendidikan, manusia diantarkan menjadi sosok yang pandai, bijaksana,
dan kritis.Bahkan dengan pendidikan, manusia dapat menjadi orang yang beriman,
bertakwa, jujur, dan tanggung jawab. Namun pada dasarnya, pendidikan tidak
harus serta merta diawali pada lembaga pendidikan formal, akan tetapi
pendidikan dalam keluarga juga
sangat berperan dalam
membentuk karakter seseorang,
bahkan pendidikan dalam keluargalah
yang merupakan pendidikan paling mendasar yang sangat
dominan dalam pembentukan karakter seseorang. Arus modernisasi telah banyakmemberi perubahan
dalam kehidupan masyarakat, yang menyedihkan, perubahan yang terjadi
justru cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak. Oleh karena itu,
menjadi tanggung jawab semua pihak, ulama dan pemimpin serta para orang tua
untuk memperbaiki penurunan moral dan akhlak tersebut dengan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan.Krisis moral tengah menjalar dan menjangkiti bangsa
ini.Hampir semua elemen bangsa juga merasakannya.Misalnya, Pilkada yang ricuh,
kasus korupsi para politisi, hingga tebar janji-janji politik setiap kali
menjelang pemilu. Sementara itu, merebaknya sikap hidup pragmatik, melembaganya
budaya kekerasan, atau meruaknya bahasa ekonomi dan politik, disadari atau
tidak, telah ikut melemahkan karakter anak-anak bangsa sehingga nilai-nilai
luhur baku dan kearifan sikap hidup menjadi mandul. Nilai-nilai etika dan
estetika telah terbonsai dan terkerdilkan oleh gaya hidup instan dan pragmatik.
Jika melihat
kenyataan yang ada
dalam kehidupan sekarang, banyak kasus-kasus yang menunjukkan
bahwa moral bangsa kita ini telah menurun. Seharusnya dengan keadaan sosial
budaya dan kekayaan bangsa kita yang melimpah ruah ini rakyat Indonesia dapat
hidup makmur tanpa harus ada kasus-kasus seperti kejahatan, kolusi, korupsi,
dan nepotisme. Hingga tawuran antar pelajar, sikap anak jaman sekarang yang
cenderung kurang menghormati orang tua, dan banyak kasus yang tidak seharusnya
dilakukan oleh siswa-siswa
sekolah. Akan tetapi
pada kenyataannya banyak
kasus-kasus tersebut yang semakin menunjukkan bahwa moral bangsa kita ini telah
menurun. Berangkat dari permasalahan di atas, maka sudah saatnya sistem
pendidikan di Indonesia dibenahi tanpa meninggalkan jati diri dari bangsa
Indonesia sendiri.Kemudian datang gagasan dari pemerintah tentang program
pendidikan baru, yaitu pendidikan berbasis karakter. Adanya pendidikan karakter
tersebut akan mampu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik
dan berakhlak baik. Mulai dikelurakannya kebijakan tersebut, setiap sekolah
harus menyisipkan nilai-nilai karakter pada materi pembelajarannya.
Pendidikan
karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan. Selain menjadi bagian dari
proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan
mampu menjadi pondasi utama dalam meningkatkan
derajat danmartabat bangsa
Indonesia.Di lingkungan Kemdiknas sendiri,pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang
pendidikan yang dibinanya. Pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang
diberikan Tuhan, yang kemudian membentuk jati diri dan perilaku. Dalam
prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini
sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memiliki peranan yang
cukup besar dalam membentuk jati diri dan perilaku. Sekolah dan masyarakat
sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting, oleh
karena itu setiap sekolah dan masyarakat harus memiliki pendisiplinan dan
kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Para pemimpin dan tokoh
masyarakat juga harus mampu memberikan suri tauladan mengenai karakter yang
akan dibentuk tersebut.
Pendidikan
karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi di
rumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter
bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu
untuk kelangsungan hidup bangsa ini.Bagi
Indonesiasekarang ini, pendidikan
karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh,
sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta
keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masadepan yang lebih baik tanpa membangun dan
menguatkan karakter rakyat Indonesia.
Dengan
menyadari bahwa karakter adalah sesuatu yang sangat sulit diubah, maka tidak
ada pilihan lain bagi orang tua kecuali membentuk karakter anak sejak usia
dini. Jangan sampai orang tua kedahuluan oleh yang lain, lingkungan misalnya.
Orang tua akan menjadi pihak pertama yang kecewa jika karakter yang dibentuk
oleh orang lain itu ternyata adalah karakter yang buruk. Sementara, mengubahnya
setelah karakter terbentuk merupakan sebuah pekerjaan yang tidak ringan.Butuh
terapi panjang.Butuh konsistensi.Butuh biaya.Butuh waktu, pikiran, serta energi
yang sangat banyak.
Sastra
merupakan salah satu karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra telah
menempati dimensi ruang
dan waktu dalam
peradaban manusia. Kehadiran sastra tidak dapat ditolak, bahkan
kehadirannya telah dianggap sebagai suatu
karya kreatif yang
mempunyai nilai, hasil imajinasi dan
emosi sehingga dapat
diterima sebagai realitas
sosial budaya.
Sastra merupakan media
komunikasi yang menyajikan keindahan, memberikan
makna terhadap kehidupan atau
pemberian pelepasan ke dunia imajinasi.Sastra
berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya.
Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu yang kerap menyajikan banyak
hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang
yang menghayati.
Karya
sastra yang mengandung nilai moral salah satunya adalah novel/novelet.Novel/noveletselalu
memberikan hal yang baru bagi pembaca, baik tentang kehidupan, sosial, maupun
budaya.Apabila moral dikaitkan dengan kesusastraan berlaku suatu prinsip bahwa
sebuah novel/novelet yang baik itu harus bermoral.
Nilai
moral yang terkandung dalam sebuah novel/novelet
sangat penting. Artinya, dalam sebuah karya sastra harus memasukkan nilai moral
dalam karyanya.Nilai moral membahas tentang perbuatan, sikap, tanggung jawab
dan kewajiban. Nilai moral dalam karya sastra sangat berpengaruh terhadap
pembacanya, Karena nilai moral merupakan sesuatu yang baik, yang baik atau
bermoral itu bukanlah masalah tetapi
jauh dari nilai moral, maka akan sangat buruk akibatnya. Moral dalam karya
sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang
yang bersangkutan, pandangan
tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada
pembaca.
Di
samping keindahan, sastra selalu dinilai sebagai pengemban nilai yang
didramatisasikan oleh penulisnya. Pendapat Sumarjo, menarik untuk dicermati
“Betapapun menariknya sebuah karya kalau ia berisi pengalaman yang menyesatkan
hidup manusia, ia tidak pantas disebut sebagai karya sastra”. Jadi, karya
sastra dianggap berisi ajaran yang membawa manusia kepada nilai yang baik dan
“tidak menyesatkan”.Akan tetapi, nilai tidaklah selalu universal karena dia
juga mengikuti budaya masyarakatnya.
Penelitian
pada bidang sastra dalam hal ini adalah novel, yang biasa dilakukan oleh ahli
sastra atau kritikus sastra mencakup keindahan bahasa atau kata-kata, struktur
kata, tema novel/novelet, dan sebagainya. Namun, dalam skripsi ini penulis
mengkaji pesan-pesan yang terkandung di dalam novel, karena novel memiliki
muatan pesan yang sarat akan nilai yang bisa digunakan untuk mentransformasikan
nilai, terutama nilai-nilai pendidikan karakter.
Pendidikan
karakter yang ditanamkan oleh seorang pengajar di pesantren, mengingatkan bahwa agar lebih giat
belajar, lebih disiplin beribadah, dan lebih gigih berdoa. Beliau bertutur
tentang ketekunan dan kesungguhan, bahwa kemiskinan bukan halangan untuk
mereguk ilmu sebanyak mungkin.Sungguh pesan yang sangat baik untuk memberi
semangat agar terus menuntut ilmu apapun keadaannya. Berdasarkan deskripsi-deskripsi
di atas tentang pentingnya pendidikan karakter bagi perkembangan bangsa dan
kader-kadernya, maka penulis membuat penelitian mengenai pendidikan karakter
dalam sebuah karya sastraagar bias member penyadaran bahwa pendidikan juga bias
didapat dari sebuah karya sastra. Maka dari itu, judul dari penelitian ini
adalah “Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novelet Takbir Cinta
Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”dengan
harapan bisa menjadi motivasi bagi pembaca dalam belajar.
Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang masalah
di atas adalah:
1.
Bagaimanakah
nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam noveletTakbir Cinta Zahrana karya
Habiburrahman El-Syirazy?
2.
Bagaimanakah
nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelet Mahkota Cinta karya Habiburrahman
El-Syirazy?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujua dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan:
1.
Nilai pendidikan
karakter yang terdapat dalam novelet Takbir Cinta Zahrana karya Habiburrahman
El-Syirazy!
2.
Nilai pendidikan
karakter yang terdapat dalam novelet Mahkota Cinta karya Habiburrahman
El-Syirazy!
1.4
Manfaat
Penelitian
1.
Secara
teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:
a.
Memberikan
sumbangan pengetahuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dalam
suatu lembaga pendidikan di Indonesia.
b.
Menambah khazanah
kreatifitas dalam dunia
penulisan Indonesia, demi dapat
meningkatkan kualitas dalam pembuatannya.
c.
Menambah sumber
referensi bagi dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan
moral dan karakter.
2.
Secara praktis,
penelitian ini diharapkan:
a.
Bagi pembaca
novel/novelet, dapat mempermudah dalam menangkap pesan-pesan atau nilai-nilai pendidikan
moral dan karakter yang terkandung di dalamnya.
b.
Bagi para
penulis, dapat menjadi bahan pertimbangan kedepan untuk dapat membuat novel/novelet
yang berkualitas.
c.
Dapat
memberikan informasi dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan oleh pemerhati
keilmuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang novel/novelet.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Novel
Fiksi merupakan
sebuah cerita, terkandung
di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca, di
samping adanya tujuan estetis, membaca sebuah fiksi berarti menikmati cerita,
menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Novel dan cerita pendek dalam
kesastraan Inggris dan Amerika disebut karya fiksi.
Novel
sebutan dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari
bahasa Italia novella (yang
dalam bahasa Jerman novelle), secara harfiah novella
berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian kemudian
diartikan sebagai ‗cerita pendek
dalam bentuk prosa‘. Dewasa ini istilah novella dan
novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet
(Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak juga terlalu pendek.
Dalam
arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, ukuran
yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks,
suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang yang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak sifat setiap pelaku.
Istilah
novel dikenal di Indonesia setelah kemerdekaan, yakni setelah sastrawan Indonesia
banyak beralih kepada
bacaan-bacaan yang berbahasa Inggris. Novel
dan cerpen merupakan
bentuk kesusastraan yang
secara perbandingan adalah baru.
Ia baru dikenal
masyarakat kita kira-kira
sejak setengah abad yang lalu. Di negera Barat juga masih baru jika dibandingkan
dengan bentuk-bentuk yang lain, seperti puisi yang sudah dikenal sejak dua ribu
tahun lalu, sedang fiksi ini di sana baru dikenal sejak dua ratus tahun yang
lalu. Namun, masa hidupnya yang muda itu, ia telah mengalami perkembangan pesat.
Novel
Indonesia secara resmi muncul setelah terbitnya buku Si Jamin dan Si Johan,
tahun 1919, oleh Marari Siregar, yang merupakan novel saduran dari novel
Belanda, kemudian pada tahun berikutnya terbit novel Azab dan Sengsara oleh
pengarang yang sama; sejak itu mulailah berkembang sastra fiksi yang dinamai
novel dalam khazanah sastra Indonesia. Edgar Allan Poe sastrawan kenamaan dari
Amerika membedakan antara cerpen dan novel, ia mengatakan bahwa cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
sebuah novel. Dari segi panjang cerita, novel jauh lebih panjang dari pada
cerpen. Oleh karena itu, novel dapat
mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu
yang lebih banyak, lebih rinci
dan lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks. Dalam
cerpen krisis jiwa
tidak usah mengakibatkan perubahan
jalan nasib, panjang
novel boleh dikatakan
lebih panjang dari cerita pendek, yang menegaskan ialah apa ada
pergolakan jiwa dalamnya yang mengalih nasib manusia. Di
antara para ahli teori sastra kita memang ada yang membedakan antara novel dan
roman, dengan mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi pada suatu
saat yang tegang dan pemusatan
kehidupan yang tegas;
sedangkan roman dikaitkan
sebagai menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya
melukiskan peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa, sampai meninggal
dunia.
H.B
Jassin membedakan pengertian roman dan novel, roman melingkupi seluruh
kehidupan pelaku-pelaku dilukiskan dari kecilnya hingga matinya, dari ayunan
hingga liang lahat. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari
tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang
mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Dengan demikian roman adalah cerita fiksi
yang melukiskan kronik kehidupan tokoh-tokoh yang rinci dan mendalam,
sedangkan novel adalah cerita yang melukiskan suatu peristiwa yang luar biasa
dari kehidupan tokoh cerita dan peristiwa tersebut menimbulkan
krisis/pergolakan batin yang mengubah nasibnya.
Pada
pengertian di atas dapat dibedakan bahwa novel adalah karya fiksi yang lebih
kompleks daripada cerpen yang hanya mempunyai karakter, plot, dan setting yang
terbatas dan dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam, dan
novel menimbulkan perubahan nasib tokohnya. Sedangkan roman adalah cerita fiksi
yang menceritakan tokoh-tokohnya lebih lengkap, menggambarkan kronik kehidupan
luas, biasanya diceritakan tokoh-tokohnya dari kecil hingga meninggal.
2.2
Pengertian
Pendidikan
Secara
etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri
atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing” (Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike berarti
aku membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan berarti
segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan
bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang
yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika
pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula bahwa,
memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu
keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah
menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat.
Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang
umat manusia.
Pendidikan
pada hakikatnya juga berarti mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pernyataan
tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu: a) cerdas, berarti
memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas
bermakna kreatif, inovatif dan siap mengaplikasikan ilmunya; b) hidup, memiliki
filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk
kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan
mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepadaNya. Filosofi
hidup ini sangat syarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat
kehidupan seseorang, memanusiakan manusia, memberikan makanan kehidupan berupa
semangat, nilai moral, dan tujuan hidup; c) bangsa, berarti manusia selain sebagai
individu juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain.
Setiap individu berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat
meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai dengan
yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan suatu bangsa
adalah pendidikan dan pengajaran (Ratna, 2005: 449).
Segala
sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik,
termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai suatu karya sastra, yang
merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya
(Pradopo, 2005: 30). Pendidikan pada kahikatnya merupakan upaya membantu
peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya
memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan
meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran
yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab (Setiadi,
2006: 114).
Adler
(dalam Arifin, 1993: 12) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh
kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu
orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik. Secara etimologis,
sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2009: 447). Masih menurut
Ratna, lebih jauh dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara
keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Jadinya antara
pendidikan dan karya sastra (novel) adalah dua hal yang saling berkaitan.
Berdasarkan
dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan
merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan
manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam
upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan
eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada
pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan
berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat
mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat
dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan
diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak
sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya.
Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya
melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya
humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah
nilai termasuk halnya nilai pendidikan.
2.3
Pendidikan
Karakter
Dalam pengertian
yang sederhana dan
umum makna pendidikan sebagai
usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada
generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam
suatu proses pendidikan.
Karenanya bagaimanapun peradaban
suatu masyarakat, di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan
sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Atau dengan kata lain bahwa
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai
cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan
cara sesuatu bagaimana
warga negara bangsanya
berpikir dan berperilaku secara
turun temurun hingga kepada generasi berikutnya yang dalam perkembangannya akan
sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan
dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna. Begitu
besarnya pengaruh karakter dalam kehidupan. Namun, sebelum berbicara lebih
jauh, ada baiknya kita memahami arti dari karakter tersebut. Secara bahasa,
karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang
artinya ‘mengukir’. Sifat utama
ukiran adalah melekat kuat di
atas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau aus terkena
gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir
itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Ini berbeda dengan
gambar atau tulisan tinta yang hanya disapukan di atas permukaan benda. Karena
itulah, sifatnya juga berbeda
dengan ukiran, terutama dalam
hal ketahanan dan kekuatannya
dalam menghadapi tantangan
waktu.
Tulisan
dan gambar akan mudah hilang, sehingga tidak meninggalkan bekas sama
sekali. Sampai-sampai orang
tidak akan pernah menyangka kalau di atas benda yang
berada di hadapannya itu pernah terdapat tulisan dan gambar.
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang
dapat membuat keputusan
dan siap mempertanggungjawabkan
setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,
adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang
tampak dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.
Dalam
pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan
karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter telah menjadi
sebuah pergerakan pendidikan yang
mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional,
dan pengembangan etik
para siswa. Merupakan suatu upaya
proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah
untuk membantu siswa mengembangkan
inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti
kepedulian, kejujuran, kerajinan,
fairness, keuletan dan
ketabahan (fortitude), tanggung
jawab, menghargai diri sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter menurut
Bruke, semata-mata merupakan
bagian dari pembelajaran yang
baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.
Tujuan pertama
pendidikan karakter adalah
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga
terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah
proses sekolah (setelah lulus
dari sekolah). Penguatan
dan pengembangan memiliki makna
bahwa pendidikan dalam
setting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta
didik, tetapi sebuah
proses yang membawa
peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu
nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia,
termasuk bagi anak. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku
peserta didik yang
tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
Tujuan ini memiliki
makna bahwa pendidikan karakter
memiliki sasaran untuk meluruskan
berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. Tujuan ketiga dalam
pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan
keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab
pendidikan karakter secara
bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan
karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses
pendidikan di keluarga.
Jika saja pendidikan karakter di
sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di kelas
dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat
sulit diwujudkan. Karena penguatan perilaku merupakan suatu hal yang menyeluruh
(holistik) bukan suatu cuplikan dari rentangan waktu yang dimiliki oleh anak.
Untuk
dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami struktur
antropologis yang ada
dalam diri manusia. Struktur antropologis manusia
terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Hal ini selaras dengan pendapat Lickona,
yang menekankan tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral
action (perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan,
dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Untuk itu, dalam pendidikan karakter harus mencakup
semua struktur antropologis manusia tersebut.
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter.
Jadi suatu
karakter melekat dengan
nilai dari perilaku
tersebut. Karenanya tidak ada perilaku anak yang tidak bebas dari nilai.
Hanya barangkali sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam
perilaku seorang anak atau sekelompok anak memungkinkan berada dalam kondisi
tidak jelas. Dalam arti bahwa apa nilai dari suatu perilaku amat sulit dipahami
oleh orang lain daripada oleh dirinya sendiri.
Banyak nilai yang dapat menjadi perilaku atau karakter dari berbagai pihak.
Di bawah ini
berbagai nilai yang
dapat kita identifikasi sebagai
nilai-nilai yang ada di kehidupan saat ini.
1.
Nilai yang
terkait dengan diri sendiri:
a.
Jujur
b.
Kerja keras
c.
Tegas
d.
Sabar
e.
Ulet
f.
Ceria
g.
Teguh
h.
Terbuka
i.
Visioner
j.
Mandiri
k.
Tegar
l.
Pemberani
m.
Reflektif
n.
Tanggung jawab
15) Disiplin
2.
Nilai yang
terkait dengan orang/makhluk lain:
a.
Senang membantu
b.
Toleransi
c.
Murah senyum
d.
Pemurah
e.
Kooperatif/mampu
bekerjasama
f.
Komunikatif
g.
Amar ma’ruf
(manyeru kebaikan)
h.
Nahi munkar
(mencegah kemunkaran)
i.
Peduli
(manusia, alam)
j.
Adil
3.
Nilai yang
terkait dengan ketuhanan:
a.
Ikhlas
b.
Ikhsan
c.
Iman
d.
Takwa
Ada
18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang
dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran
2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan
berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu:
a.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
b.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
e.
Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i.
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j.
Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k.
Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l.
Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
m.
Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n.
Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o.
Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p.
Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
q.
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r.
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam
konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan pada
peserta didik melalui
persekolahan adalah berbagai kemampuan
yang akan menjadikan
manusia sebagai makhluk yang
berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai
pemimpin di dunia. Kemampuan yang
perlu dikembangkan pada
peserta didik Indonesia
adalah kemampuan mengabdi kepada
Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk menjadi
dirinya sendiri, kemampuan untuk hidup secara
harmoni dengan manusia
dan makhluk lainnya,
dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan
kesejahteraan bersama.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Jenis
Penelitian
Skripsi
ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yakni jenis penelitian
yang berusaha menghimpun data penelitian dari khasanah literatur dan menjadikan
“dunia teks” sebagai obyek utama analisisnya.
Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai
literatur, yaitu data kepustakaan, buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal,
artikel, atau beberapa karya tulis yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan
penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah novel Novelet Takbir Cinta Zahrana
dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy” , sedangkan objeknya
yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut.
Penelitian
ini bersifat deskriptif yang dilakukan dengan cara menggambarkan
dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari
pendidikan karakter anak. Dengan demikian, penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif analisis, karena tidak
semata-mata hanya menguraikan namun
juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya atas
hasil pendeskripsiannya.
3.2
Pendekatan
penelitian
Ada
dua macam pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini diantaranya:
3.2.1
Pendekatan
Filosofis-Pedagogis
Pendekatan filosofis
terdiri atas model
historis, tokoh, komparasi,
lapangan dan
interpretasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan filosofis model interpretatif, yakni menangkap suatu arti dengan cara menyelami
pemikiran penulis karya sastra. Penulis menafsirkan
atau membuat penafsiran yang bertumpu pada alasan objektif untuk mencapai kebenaran otentik
melalui inti, hakikat, atau hikmah pedagogis yang terkandung dalam Novelet
Takbir Cinta Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”.
3.2.2
Pendekatan
Semiotik
Semiotik
merupakan salah satu pendekatan untuk membaca karya sastra.
Karya sastra merupakan sarana komunikasi antara pengarang dan
pembacanya, sehingga disebut
dengan gejala semiotik.
Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Karya sastra memerlukan bahasa, dimana bahasa dalam sastra merupakan penanda
(signifier). Karya sastra sebagai tanda merupakan makna semiotiknya,
yaitu makna yang bertautan dengan dunia nyata.
3.3
Sumber Data
Dalam
penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah dari berbagai sumber
yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua
macam, yaitu:
1.
Data Primer,
merupakan sumber utama dari penelitian ini, yaitu Novelet Takbir Cinta Zahrana
dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy.
2.
Data Sekunder,
yaitu berbagai literatur yang relevan dengan objek penelitian, baik berupa
transkip, buku, artikel
di surat kabar, majalah, tabloid, website, multiply,
dan blog di internet.
3.4
Metode
Pengumpulan Data
Untuk
mempermudah pengumpulan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi. Dokumentasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan
data yang terkait dengan penelitian ini. Metode ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik berupa buku-buku, artikel, surat kabar,
tabloid, majalah, website, multiply, dan blog di internet yang berhubungan dengan
objek penelitian.
3.5
Metode Analisis
Data
Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutik dan
content analysis (analisis isi). Hermeneutik merupakan ilmu
atau teknik untuk
memahami karya sastra
dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut artiannya. Cara
kerja dari hermeneutik
itu sendiri adalah
dengan memahami keseluruhan yang
berdasarkan pada unsur-unsur
pembentuk dan pemahaman terhadap
unsur-unsur pembentuk yang berdasarkan pada keseluruhannya.
Content
analysis (analisis isi) adalah teknik yang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha
untuk menemukan karakteristik
amanat, yang penggarapannya dilakukan dengan cara objektifitas dan sistematis.
Analisis isi digunakan untuk mengungkap kandungan nilai-nilai tertentu dalam
karya sastra dengan memperhatikan konteks yang ada. Dalam sebuah karya sastra,
analisis isi mempunyai fungsi untuk
mengungkap makna simbolik
yang tersamar.
Berikut ini langkah-langkah
yang penulis gunakan
dalam pengambilan data sebagai berikut:
a.
Penulis
menentukan teks yang dijadikan objek penelitian dalam Novelet Takbir Cinta
Zahrana dan Novelet Mahkota Cinta Karya Habiburrahman El-Syirazy”.
b.
Penulis mengumpulkan
data-data yang berhubungan
dengan penelitian.
c.
Penulis
melakukan display seluruh data dari teks novel dan data dokumentasi (berupa
buku-buku, artikel, surat kabar, tabloid, majalah, website, multiply, dan blog
di internet yang berhubungan dengan objek penelitian).
d.
Penulis
melakukan coding, yaitu memilah data-data yang sesuai dan dibutuhkan dalam
penelitian ini. Adapun yang tidak sesuai diabaikan.
e.
Penulis
melakukan analisis dan interpretasi data
yang sesuai dengan rancangan penelitian.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
keseluruhan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1.
Nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam novelette Takbir Cinta Zahrana karya
Habiburrahman El-Shirazy yaitu: religius, toleransi, sabar, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokrasi, peduli
sosial, dan setia kawan. Dari 18 nilai pendidikan karakter dari Diknas,
terdapat 7 nilai pendidikan karakater yang terdapat novelette Takbir Cinta
Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy dan dua karakter yang tidak termasuk
karakter dari diknas, yaitu sabar dan setia kawan.
2.
Nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam novelette Mahkota Cinta karya
Habiburrahman El-Shirazy yaitu: religius, jujur, peduli sesama, kerja keras,
disiplin, mandiri, menyeru
kebaikan, bersyukur, ikhlas, setia kawan, dan bertanggung jawab. Dari 18 nilai
pendidikan karakter dari Diknas, terdapat 5 nilai pendidikan karakater yang
terdapat novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy dan lima
karakter yang tidak termasuk karakter dari diknas, yaitu peduli sesama, ikhlas,
bersyukur, menyeru kebaikan, dan setia kawan.
5.2
Saran-saran
1.
Banyak
nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam novelette Takbir Cinta
Zahrana dan novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, sehingga
sangat pantas jika novel ini dapat dijadikan sumber belajar atau sebagai buku
pendukung dalam dunia
pendidikan, karena banyak
nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dipetik dari setiap kisahnya.
2.
Nilai-nilai
pendidikan karakter yang terdapat di dalam novelette Takbir Cinta Zahrana dan novelette
Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy sebagian besar relevan dengan
materi pendidikan akhlak, sehingga dalam dunia pendidikan agam Islam dapat menggunakan
novel ini sebagai rujukan atau referensi dalam pembelajaran, karena nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya dapat diajarkan kepada peserta didik agar bisa
lebih memaknai dan lebih memahami nilai-nilai tersebut melalui cerita di dalam kedua
novelette tersebut.
5.3
Kata Penutup
Segala
puji bagi Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dari-Nya, penulis haturkan
ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan nikmat-Nya kepada
penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam novelette Takbir Cinta
Zahrana dan novelette Mahkota Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ini dengan
baik. Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW,
beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam
penulisan karya ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan. Perjalanan panjang penulisan skripsi ini juga menyadarkan betapa
kecil dan terbatasnya kekuatan berpikir, kemampuan dan kesempatan yang
dimiliki. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan, khusunya pendidikan Islam, serta dapat menjadi inspirasi bagi para
pembaca.
Akhirnya, semoga skripsi
ini bermanfaat dan
dapat menjadi referensi bagi
perseorangan atau lembaga
pendidikan Islam, untuk berjuang demi
tercapainya pendidikan Islam,
khususnya bagi pengembangan
keilmuan pendidikan Islam di kemudian hari. Semoga Allah SWT.
memberikan balasan atas
segala dorongan, bantuan, dukungan, semangat serta keyakinan
yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Comments
Post a Comment