Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL "KETIKA CINTA BERTASBIH 2" KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY







Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama                : Ahmad Darik
Nim                   : 2122023310005
Fakultas           : Pendidikan Ilmu Sosial dan Humaniora
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Judul Skripsi   : Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambilalihan milik orang lain yang saya akui sebagai hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut.



Malang. 29 Mei 2016
Yang menyatakan,


AHMAD DARIK
NIM. 2122023310005








PERSETUJUAN PEMBIMBING






Skripsi oleh Ahmad Darik ini
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji








Malang, 27 Mei 2016
Pembimbing,





Dra. Yulita Pujiarti, M.Kes.
NIDN: 0011076702




















PENGESAHAN SKRIPSI


Skripsi oleh Ahmad Darik ini
Telah diuji pada tanggal 11 Agustus 2016.



Penguji




Tisa Maharani, M.A.                                                   (Ketua)
NIDN: 0725088707




Dra. Yulita Pujiarti, M.Kes.                                          (Anggota)
NIDN: 0011076702



Mengesahkan                                                              Mengetahui
Dekan Fakultas Pendidikan                                        Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Sosial dan Humaniora,                                       Bahasa dan Sastra Indonesia



Dra. Yulita Pujiarti, M.Kes.                                        Dr. Endang Sumarti, M.Pd.
NIDN: 0011076702                                                    NIDN: 0029036601







MOTTO

لَقَدْخَلَقْنَا الِانْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ (التين: 4)
Artinya: Sungguh telah kami ciptakan manusia pada bentuk yang terbaik.(Q.S. Al-Qolam: 4)

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمِ (القلم: 4)
Artinya: Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S. Al-Qolam: 4)

مَا مِنْ شَيئٍ أَثْقَلُفِي مِيْزَانِالعَبْدِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ, وإِنَّ اللهَ يُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيِّ. (رواه الترمذي)
Artinya: Tidak ada sesuatu apapun yang lebih memberatkan timbangan kebaikan hamba yang beriman pada hari qiyamat melebihi budi pekerti yang baik. Sungguh Allah membenci orang yang berlaku keji yang suka berkata kotor. (HR. Tirmidzi)












KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhi Rabb al-‘âlamîn, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat beriring salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy” ini merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari sumbangsih berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.                  Kedua orang tua penulis yang telah merawat, mendidik, dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa.
2.                  Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, ibu Dr. Endang Sumarti, M. Pd.
3.                  Dosen pembimbing skripsi penulis, ibu Dra. Yulita Pujiarti, M. Kes. dan bapak Ahmad Husin, M.Pd., M.Si. yang telah memberi saran dan arahan dalam penulisan skripsi.
4.                  Teman-teman mahasiswa PBSI, khususnya yang dari Gondanglegi angkatan 2015 atas pengalaman  dan  pembelajaran  berharga  yang  penulis  dapatkan  saat berinteraksi   dengan   mereka.   Terima   kasih   secara   khusus   penulis sampaikan kepada Khoiruman Chamal, S.Pd.I.
5.                  Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan pahala dari Allah Swt. Âmîn yâ Rabbal ’âlamîn.


Malang, 31 Mei 2016
Penulis,


Ahmad Darik











ABSTRAK
Ahmad Darik, 2016. Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy. Skripsi, Program S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial dan Humaniora, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang. Pembimbing: Dra. Yulita Pujiarti, M.Kes.
Kata Kunci: Analisis, nilai moral, “Ketika Cinta Bertasbih 2”.
Penulis tertarik meneliti  novel  Ketika Cinta Bertasbih 2ini  karena  novel  ini selain menceritakan dari segi kemasyarakatan juga menceritakan dari segi keagamaan yaitu ajaran agama Islam. Novel ini mengajarkan bahwa betapa kesejatian cinta akan membawa pada kebahagiaan meski diperlukan penantian yang panjang dan kesabaran yang berjenjang. Novel ini juga mengajak kita mendaki tanjakan spiritual yang sangat tinggi, yaitu cinta Ilahi.
Masalah penelitian ini adalah nilai moral apa sajakah yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy? Masalah penelitian ini dibatasi pada nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, hati nurani, dan kewajiban. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterprestasikan nilai pendidikan moral yang  terdapat dalam  novel  Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutic dan content analysis (analisisisi). Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu, analisis dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El-Shirazy ini mengandung tiga nilai moral, yaitu :nilai moral yang berkaitan dengan tanggungjawab, hati nurani dan kewajiban.












DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ...............................................................................  iii
MOTTO .............................................................................................................  iv
KATA PENGANTAR....................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................  vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1                   Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2                   Pembatasan Masalah ............................................................................  3
1.3                   Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.4                   Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.5                   Kegunaan Penelitian ............................................................................  5
1.6                   Asumsi .................................................................................................  5
1.7                   Definisi Istilah .....................................................................................  6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1                   Pengertian Novel .................................................................................  8
2.1.1             Jenis Novel ...........................................................................................  10
2.1.2             Fungsi Novel ........................................................................................  12
2.1.3             Unsur-unsur Pembentuk Novel ............................................................  14
2.2                   Sistem Nilai ..........................................................................................  26
2.2.1             Nilai-nilai Moral ...................................................................................  26
2.2.1.1       Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab .........................  29
2.2.1.2       Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani .................................  31
2.2.1.3       Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban ...................................  32
2.3                   Penelitian Sebelumnya yang Relevan ..................................................  34
2.4                   Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1                   Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 37
3.1.1             Pendekatan Penelitian ..........................................................................  37
3.1.2             Jenis Penelitian .....................................................................................  38
3.2                   Sumber Data ........................................................................................  39
3.3                   Metode Pengumpulan Data.................................................................. 39
3.4                   Korpus Data .........................................................................................  40
3.4.1             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab................ 40
3.4.2             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani .......................  40
3.4.3             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban .........................  40
3.5                   Teknik Analisis Data............................................................................. 40
3.5.1             Mereduksi Data.................................................................................... 41
3.5.2             Menyajikan Data ..................................................................................  41
3.5.3             Verifikasi.............................................................................................. 41
3.6                   Tahap-tahap Penelitian.......................................................................... 42
3.6.1        Tahap Persiapan............................................................................... 42
3.6.2        Tahap Pelaksanaan........................................................................... 42
3.6.3        Tahap Refleksi................................................................................. 42
3.7                   Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 42
BAB IV HASIL ANALISIS
4.1                   Nilai Moral yang Terdapat dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy        44
4.1.1             Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy.................................................................... 44
4.1.1.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab................ 53
4.1.2             Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy.................................................................... 61
4.1.2.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani .......................  66
4.1.3             Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy ...................................................................  71
4.1.3.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban .........................  74
BAB V PENUTUP
5.1                   Kesimpulan........................................................................................... 79
5.2                   Saran ....................................................................................................  81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................  83
LAMPIRAN ......................................................................................................  85













BAB I
PENDAHULUAN
1.1                   Latar Belakang
Keanekaragaman budaya  nusantara  di Indonesia   memiliki   keunikan tersendiri. Keunikan  itu terlihat dari budaya, sastra, bahasa, sistem pesan-pesan sosial, adat istiadat, dan iklim antar daerah yang berbeda. Keanekaragaman itu menjadi suatu keistimewaan pada setiap kebudayaan manusia.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia terlihat dari hasil kreatifitas karyanya. Karya sastra untuk menyatakan jenis gejala budaya yang dapat dijumpai pada  masyarakat  baik  dalam  bidang sosial,  ekonomi,  dan  keagamaan,  yang merupakan  keberadaan karya tersebut. Hal ini berarti bahwa karya sastra merupakan jenis gejala yang bersifat universal.
Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel adalah bentuk karya sastra yang paling terkenal bagi para pembaca. Bentuk karya sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai sebuah karya kebudayaan, novel selalu berubah baik dari segi sistematika penulisan  maupun tema-tema dan pesan-pasan moral yang diceritakan dalam novel tersebut.
Pemahaman terhadap novel  tidak  seperti  memahami bentuk karya sastra lain (prosa, puisi, hikayat). Pemahaman terhadap novel didukung oleh tingginya pesan-pesan moral seseorang karena novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka   untuk   memahaminya   perlu  dideskripsikan,   dianalisis,   diinterpretasikan sehingga dapat  diketahui  maknanya  yang  terjalin  dari  realitas  yang  dibumbui imajinasi.
Karya sastra yang mengandung nilai moral salah satunya adalah novel. Novel selalu memberikan hal yang baru bagi pembaca, baik tentang kehidupan, sosial, maupun budaya. Apabila moral dikaitkan dengan kesusastraan berlaku suatu prinsip bahwa sebuah novel yang baik itu harus bermoral. Dalam menganalisis novel ini peneliti menggunakan pendekatan objektif  dan  pendekatan  moralitas  dengan menggunakan unsur yang terdapat dalam novel khususnya nilai moral,  Asri ( 2008:24 ) mengatakan :
Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur  yang di pakai masyarakat untuk  mengukur kebaikan seseorang. Sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Ia mengartikan moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karna ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitasnya yang bernilai secara moral.
Nilai moral yang terkandung dalam sebuah  novel sangat penting. Artinya, dalam sebuah karya sastra harus memasukkan nilai moral dalam karyanya. Nilai moral membahas tentang perbuatan, sikap, tanggung jawab dan kewajiban. Nilai moral dalam karya sastra sangat berpengaruh terhadap pembacanya, Karena nilai moral merupakan sesuatu yang baik, yang baik atau bermoral  itu bukanlah masalah tetapi jauh dari nilai moral, maka akan sangat buruk akibatnya. Moral dalam karya sastra  biasanya  mencerminkan  pandangan  hidup  pengarang  yang  bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Nilai moral yang terkandung dalam sebuah karya sastra yang disampaikan oleh pengarang harus cermat,  tidak semua pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang tersampaikan  secara langsung. Salah satu pengarang  novel di  Indonesia yang membahas nilai-nilai moral adalah Habiburrahman El-Shirazy ia anak pasangan K.H. Soerozi Noor dan Hj. Siti Khadijah, lahir di Semarang tanggal 30 September 1976, beliau memiliki panggilan akrab kang Abik, Kang Abik adalah anak sulung dari enam bersaudara yang juga tulang punggung keluarga yaitu sejak kecil beliau telah belajar hidup sederhana. Novel yang akan penulis teliti adalah “Ketika Cinta Bertasbih 2”  karya Habiburrahman El-Shirazy.
Alasan   penulis   tertarik   dengan   novel   karya   Habiburrahman El-Shirazy karena  cerita  novel  ini  tidak  seperti  novel yang kebanyakan hanya menceritakan  konflik keluarga atau lingkungan masyarakat kota. Novel ini justru menceritakan dari segi keagamaan yaitu ajaran agama Islam. Betapa kesejatian cinta akan membawa pada kebahagiaan meski diperlukan penantian yang panjang dan kesabaran yang berjenjang, novel ini juga mengajak kita mendaki tanjakan spiritual yang sangat tinggi, yaitu cinta Ilahi. Gejolak cinta yang dihasilkan dari dorongan dunia tumbuh terkalahkan dengan cinta rohani yang ditunjukkan ke dalam hati orang-orang yang beriman kepada Allah, dan bersifat abadi.
1.2                   Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan analisis tersebut maka diperlukan adanya pembatasaan masalah. Pembatasan masalah dalam analisis ini yang terdapat pada novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El-Shirazy yang dititik beratkan pada segi Nilai-nilai Moral. Nilai-nilai Moral tersebut juga dibatasi pada nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani, dan nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hal itulah yang dilakukan untuk menghindari adanya penyimpangan dari permasalahan yang dibahas.
1.3                   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas, Maka, penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy?
2.      Bagaimanakah nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy?
3.      Bagaimanakah nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy?
1.4                   Tujuan Penelitian
Sesuai   dengan rumusan   masalah   penelitian   ini,   maka   penelitiaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1.      Nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy!
2.      Nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy!
3.      Nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El Shirazy!
1.5                   Kegunaa Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
1.                       Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberi dan memperdalam dalam memahami penelitian tentang masalah moral dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang membahas masalah yang sama.
2.                       Secara Praktis
Secara praktis bermanfaat bagi peminat sastra dan dapat memberikan pembelajaran bagi siswa di sekolah terhadap nilai moral yang ada dalam novel  “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El Shirazy.
1.6                   Asumsi
Penelitian tentang analisis nilai moral yang ada dalam novel  “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El Shirazy ini dilandasi dengan asumsi-asumsi sebagai berkut:
1.             Sastra “Ketika Cinta Bertasbih 2” adalah sebuah cerita berbahasa Indonesiia banyak memberi motivasi bagi pembaca untuk lebih optimis menhadapi hidup.
2.             Sastra “Ketika Cinta Bertasbih 2” adalah menjadi salah satu model pendidikan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk meraih cita-cita yang diinginkan.
3.             Sebuah karya sastra dibuat oleh pengarangnya selain mempunyai unsur dan nilai pedidikan, juga menggambarkan figur sentral pada nilai-nilai moral.
1.7                   Definisi Istilah
1.7.1             Analisis
Seorang ahli mengemukaan, analisis adalah suatu peristiwa (Karangan, perbuatan, dll) untuk mengetahui sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya dll. (Purwodarminto,1976 :39). Jadi analisis yaitu penguraian suatu pokok atas berbagi bagiannya dan  hubungan antar bagian untuk memperoleh pemgertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
1.7.2             Nilai
Value  atau  nilai  berasal  dari  bahasa  latin, ‘valere’  secara  harfiah  berarti baik/buruk  yang  kemudian  artinya  diperluas  menjadi  segala  sesuatu  yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. (Hamidy, 2007:50)
1.7.3             Moral
Dari segi etimologi perkataan moral berasal dari bahasa latin yaitu ‘mores’ yang berasal dari suku kata ‘mos’. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, aklak,, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, susila. Moralitas berarti yang mengenai kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang susila adalah orang yang baik budi bahasanya. (Hamid 2007:50)
1.7.4             Tanggung Jawab
Menurut Djoko (2008:144) “tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah lakunya atau perbuatanya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
1.7.5             Hati Nurani
Hati nurani menyatakan tentang baik dan buruk yang berhubungan dengan tingkah laku konkret kita.
1.7.6             Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang harus kita lakukan terhadap diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan.
1.7.7             Novel
Sudjiman (1986,53) novel yaitu karangan prosa  yang panjang yang mengambarkan rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang yang ada disekelilingnya deangan menonjolkan watak dan sifat-sifat pelaku. Salah satu ahli menggambarkan bahwa novel itu adalah proses rekaman yang panjang dengan menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. 








BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1                   Pengertian Novel
Istilah novel berasal dari bahasa latin novellas yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Kata ini kemudian diadaptasikan dalam bahasa Inggris menjadikan istilah novel. Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi (fiction) yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek (short story) dan roman (Herman. J. Waluyo, 2002: 36).
Nurgiyantoro (1994: 9) berpendapat bahwa istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet (Inggris: novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Senada dengan pendapat tersebut, Abrams menyatakan bahwa sebutan novel dalam bahasa Inggris dan yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti "Sebuah barang baru yang kecil", dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek (short story) dalam bentuk prosa.
Secara etimologis, kata novel berasal dari novellus yang berarti baru. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru. Menurut Lindell (dalam Herman J Waluyo, 2006: 6) karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir di Inggris dengan judul “Pamella” yang terbit pada tahun 1740. Awalnya novel “Pamella” merupakan bentuk catatan harian seorang pembantu rumah tangga kemudian berkembang dan menjadi bentuk prosa fiksi yang kita kenal seperti saat ini.
Semi (1993: 32) menyatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
Tarigan (2003: 164) dalam “The American Colege Dictionary” mengatakan bahwa novel merupakan prosa fiksi dengan panjang tertentu, yang isinya antara lain: melukiskan para tokoh, gerak serta adegan peristiwa kehidupan nyata representatif dengan suatu alur atau suatu keadaan yang kompleks. Novel merupakan jenis karya sastra yang tentunya menyuguhkan nilai yang berguna bagi masyarakat pembaca. Hal ini telah diungkapkan oleh Goldmann (dalam Ekarini Saraswati, 2003: 87) mendefinisikan novel merupakan cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai otentik di dalam dunia yang juga terdegradasi akan nilai-nilai otentik di dalam dunia yang juga terdegradasi, pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Ciri tematik tampak pada istilah nilai-nilai otentik yang menurut Goldmann merupakan totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasikan sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas. Atas dasar definisi itulah selanjutnya Goldmann mengelompokkan novel menjadi tiga jenis yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologis (romantisme keputusasaan), dan novel pendidikan (pedagogis).
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul paling akhir jika dibandingkan dengan cerita fiksi yang lain. Novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan halus. Selain tokoh-tokoh, serangkaian peristiwa dan latar ditampilkan secara tersusun hingga bentuknya lebih panjang dibandingkan dengan prosa rekaan yang lain.
Novel hadir layaknya karya sastra lain bukan tanpa arti. Novel disajikan di tengah-tengah masyarakat mempunyai fungsi dan peranan sentral dengan memberikan kepuasan batin bagi pembacanya lewat nilai-nilai edukasi yang terdapat di dalamnya. Fungsi novel pada dasarnya untuk menghibur para pembaca. Novel pada hakikatnya adalah cerita dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Wellek dan Warren (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 3) membaca sebuah karya fiksi adalah menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Waluyo, (2002: 37) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam sebuah novel: a) Perubahan nasib dari tokoh cerita; b) beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; c) Biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 11) menyatakan bahwa novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih komplek.
2.1.1             Jenis Novel
Sumardjo dan Saini (1986:29) berpendapat bahwa novel dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yakni novel percintaan, novel petualangan, dan novel fantasi.
(1)               Novel percintaan merupakan novel yang di dalamnya terdapat tokoh wanita dan pria secara imbang, bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. Sebagai novel yang dibuat oleh pengarang termasuk jenis novel percintaan dan jenis novel ini terdapat hampir semua tema.
(2)               Novel petualangan melibatkan peranan wanita lebih sedikit daripada pria. Jika wanita dilibatkan dalam novel jenis ini, maka penggambarannya hampir stereotip dan kurang berperan. Jenis novel petualangan merupakan bacaan yang banyak diminati kaum pria karena tokoh pria sangat dominan dan melibatkan banyak masalah dunia lelaki yang tidak ada hubungannya dengan wanita. Jenis novel ini juga terdapat unsur percintaan, namun hanya bersifat sampiran belaka.
(3)               Novel fantasi merupakan novel yang menceritakan peristiwa yang tidak realistis dan tidak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Unsur karakter, setting, dan plot yang digunakan tidak realistis sehingga tidak dapat digunakan untuk menyampaikan ide penulis. Konsep, ide, dan gagasan sastrawan dengan jelas disampaikan dalam bentuk cerita fantastis artinya tidak sesuai dengan kehidupan seharihari.
Berdasarkan unsur fiksi novel dapat dibagi menjadi tiga yaitu novel plot, novel watak, novel tematis.
(1)               Novel plot atau novel kejadiaan. Novel ini mementingkan struktur cerita atau perkembangan kejadian. Novel ini biasanya banyak melukiskan ketegangan karena banyak mengisahkan kejadian.
(2)               Novel watak atau novel karakter. Novel ini mementingkan pengisahan watak karakter para pelakunya misalnya penakut, pemalas, humor, pemarah, mudah putus asa, mudah kecil hati, dan sebagainya.
(3)               Novel temantis. Novel ini mementingkan tema atau pokok persoalan yang sangat banyak.
2.1.2             Fungsi Novel
Pada dasarnya novel adalah cerita yang berisi konsentrasi kehidupan manusia yang fundamental, yakni agama, masyarakat, atau sosial, dan personal yang di dalamnya tidak bisa luput dari sebuah konflik. Hal ini yang membuat para pengarang untuk menuangkannya dalam karya sastra (novel) dengan harapan bisa diambil manfaatnya bagi pembacanya.
Selain itu, sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 3) menyatakan bahwa sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Secara ringkas Semi (1993: 20-21) menguraikan fungsi karya sastra di dalamnya termasuk novel, antara lain.
(1)               Fungsi pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami suatu masalah.
(2)               Sebagai pengimbang sains dan teknologi
(3)               Sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif, bagi masyarakat sezamannya dan masyarakat yang akan datang, antara lain: kepercayaan, cara berpikir, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan, bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaan.
(4)               Sebagai suatu tempat dimana nilai-nilai kemanusiaan mendapat tempat yang sewajarnya, dipertahankan dan disebarluaskan, terutama di tengah-tengah kehidupan modern yang ditandai dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan teknologi.
Di pihak lain, Agustien S., Sri Mulyani, dan Sulistiono (1999: 92-93) men-guraikan beberapa fungsi sastra (novel) yaitu:
(1)               Fungsi rekreatif, yaitu apabila sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya
(2)               Fungsi didaktif, yaitu apabila sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
(3)               Fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya.
(4)               Fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk.
(5)               Fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sastra.
Berdasarkan berbagai fungsi sastra tersebut, pada dasarnya karya sastra (novel) banyak memberikan kemanfaatan bagi pembacanya, baik sebagai sarana hiburan maupun sebagai sarana mendidik. Mendidik manusia agar dapat lebih bermoral dan menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalamnya, serta dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi luhur bangsa.
2.1.3             Unsur-Unsur Pembentukan Karya Sastra Novel
Novel merupakan totalitas yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Unsur-unsur pembangun novel menurut Sumito (dalam Jabrohim, Chairil Anwar, dan Suminto, 2001: 105) terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas tokoh, plot, atau alur dan setting atau latar. Sarana cerita meliputi hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita, seperti unsur judul, sudut pandang, gaya dan nada, dan sebagainya.
Wellek dan Warren berpendapat bahwa kritikus yang menganalisis novel pada umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, yaitu alur, penokohan dan latar, sedangkan yang terakhir ini bersifat simbolis dan dalam teori modern disebut atmosphere (suasana) dan tone (nada) (1990: 280). Dalam hal ini penulis hanya akan menerangkan sedikit mengenai unsur-unsur intrinsik dalam novel seperti penokohan/perwatakan, plot, alur, latar, tema dan sudut pandang, dan bahasa. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel adalah: tema, penokohan, latar, amanat, bahasa.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Pradopo (1994: 4) menyatakan bahwa ciri intrinsik karya sastra berupa ciri-ciri intrinsik tersebut meliputi jenis sastranya (genie), pikiran, perasaan, gaya bahasa, gaya penceritaan, dan struktur karya sastra yang meliputi struktur penceritaan (alur), penokohan, latar, begitu juga sarana-sarana sastranya seperti pusat pengisahan, simbol, humor, pembayangan, dan suspense.
Waluyo, (2002: 141) menyatakan bahwa ada lima unsur fundamental dalam cerita rekaan yaitu tema, alur, penokohan dan perwatakan, sudut pandang, setting, adegan dan latar belakang, sedangkan unsur-unsur yang lain adalah unsur sampingan (tidak fundamental) dalam cerita rekaan.
Adapun unsur-unsur yang membangun jiwa novel adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1.                  Unsur-unsur Intrinsik
Unsur intinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun novel. Sebuah novel akan terwujud dengan baik jika antar-unsur intrinsik saling terkait dan terpadu.
Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud adalah:
a.                  Tema
Hartoko dan Rahmanto (1986: 67) mengatakan tema merupakan struktur karya sastra yang mempunyai peran penting dalam suatu cerita. Biasanya pengarang merumuskan tema sebelum menulis cerita karya sastra karena gagasan yang sudah dibuat pengarang akan dikembalikan dan cerita yang dibuat tidak keluar dari tema. Tema dapat didefinisikan suatu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro, 1994: 68)
Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema bersifat kehadiran peristiwa, situasi atau konflik tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang disampaikan. Tema manjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita tersebut. Waluyo (2002: 141) mengemukakan tiap-tiap periode atau angkatan dalam kesusastraan mengungkapkan tema yang dominan sebagai ciri khas karya sastra untuk periode atau zaman.
Tema adalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan, 2003: 125). Ditambahkan oleh Nurgiyantoro (1994: 12) bahwa suatu novel dapat mempunyai lebih dari satu tema yaitu tema utama dan tema tambahan, akan tetapi tema tambahan tersebut haruslah bersifat menopang dan berkaitan dengan tema utama untuk mencapai efek kepaduan. Hal tersebut disebabkan adanya plot utama dan sub-sub yang menampilkan satu konflik utama dan konflik-konflik pendukung (tambahan).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide atau gagasan dasar umum dalam suatu karya sastra yang membangun gagasan utama dan menjadi dasar pengembangan seluruh cerita.
b.                  Alur Cerita (Plot)
Alur dapat diartikan sebagai kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Sebaliknya, alur sebuah karya fiksi yang kompkleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi sulit dipahami. Novel yang tergolong aluran akan sangat memperhatikan struktur plot atau alur sebagai salah satu kekuatan novel untuk mencapai efek estetis.
Waluyo (2002: 164) mengemukakan bahwa alur pada peristiwa-peristiwa cerita harus menyatakan hubungan yang logis dan runtut yang membentuk kesatuan atau keutuhan. Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat menangkap benang merah dalam cerita yang menjalur dari awal hingga akhir cerita. Benang merah yang merentang pada keseluruhan cerita itu disebut plot cerita.
Semi (1993: 43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Sudjiman (1988: 4) mengatakan bahwa alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
Alur mengatur jalinan peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam hubungan kausalitas, peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pada umumnya alur cerita pendek terdiri dari :
(1)               Alur tunggal adalah alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki sebuah jalan cerita saja. Ini biasanya terdapat pada cerpen.
(2)               Alur ganda adalah alur yang terjadi pada cerita yang memiliki alur lebih dari satu.
(3)               Alur mundur, flash-back, sorot balik adalah alur yang mengisahkan kejadian yang tidak bersifat kronologis.
(4)               Alur maju adalah alur yang bersifat kronologis.
(5)               Alur datar adalah alur yang tidak ada atau tidak terasa adanya gawatan, klimaks dan leraian.
Secara garis besar tahapan plot ada tiga yaitu tahap awal, tahap tengah, tahap akhir (Nurgiyantoro, 1994: 42). Tahap awal disebut juga tahap perkenalan. Tahap tengah, dimulai dengan pertikaian yang dialami tokoh, dalam tahap ini ada dua unsur penting yaitu konflik dan klimaks. Tahap akhir, dapat disebut juga sebagai tahap peleraian.
c.                   Penokohan dan Perwatakan
Istilah penokohan mempunyai pengertian lebih luas dari pada tokoh ataupun perwatakan sebab penokohan mencakup berbagai unsur antara lain siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana pelukisan dalam sebuah cerita sehingga pembaca paham dan mempunyai gambaran yang jelas .
Perwatakan berhubungan dengan karakteristik atau bagaimana watak tokoh-tokoh itu, sedangkan penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh itu (Waluyo, 2002: 164).
Menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro. 1994: 164) tokoh (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sering orang terjebak dengan menyamakan istilah penokohan atau karakteristik dengan perwatakan tokoh-tokoh tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan merupakan cara pandang melukiskan tokoh secara jelas yang terdapat dalam sebuah cerita (Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 165). Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral terbagi atas tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh utama yang memegang peranan penting maupun sebagai pemimpin. Tokoh antogonis adalah tokoh bawahan yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama yang sering disebut sebagai tokoh pembantu. Watak pada tokoh ini biasanya mempunyai sifat jelek dan jahat.
Ada hubungan erat antara penokohan dan perwatakan. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokohtokohnya serta memberi nama tokoh itu. Perwatakan berhubungan dengan karakteristik atau bagaimana watak tokoh-tokoh itu. Waluyo (2002: 165) menyatakan bahwa istilah penokohan disini berarti cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh itu.
Lebih lanjut Nurgiyantoro (1994: 176-194) membedakan tokoh dalam beberapa jenis penanaman berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikan dalam beberapa jenis penamaan sekaligus.
(1)               Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam cerpen sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak dipentingkan dalam cerita, dalam keseluruhan cerita pemunculan lebih sedikit. Pembedaan tersebut berdasarkan segi peranan.
(2)               Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang disebut hero. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut antagonis. Pembedaan ini berdasarkan fungsi penampilan tokoh.
(3)               Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas sisi kepribadian yang diungkapkan pengarang. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai sisi kehidupan dan jati dirinya.
(4)               Tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami pengembangan perwatakan sebagai akibat terjadinya konflik, sedangkan tokoh dinamis mengalami pengembangan perwatakan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pangarang melukiskan atau menggambarkan watak atau tokoh yang ditampilkan dalam cerita dengan jelas.
d.                  Sudut Pandang
Titik pengisahan disebut juga sudut pandang pencerita dapat diartikan sebagai siapa pengarang dalam sebuah cerita. Waluyo (2002: 184) menyatakan bahwa point of view adalah sudut pandang dari mana pengarang bercerita, ataukah ia sebagai orang yang terbatas. Point of view juga berarti dengan cara bagaimanakah pengarang berperan, apakah melibatkan langsung dalam cerita sebagai orang pertama, apakah sebagai pengobservasi yang terdiri di luar tokoh-tokoh sebagai orang ketiga. Pengarang yang bercerita selalu menceritakan sesuatu yang ada kaitannya dengan dirinya sendiri.
Penentuan sudut pandang dalam cerpen menjadi sesuatu yang penting karena pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Sudut pandang difungsikan pengarang sebagai sarana menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam cerita rekaan kepada pembaca. Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa point of view atau sudut pandang pengarang adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyajikan tokoh dalam berbagai peristiwa dalam suatu karya fiksi
e.                   Latar (setting)
Kehadiran latar dalam sebuah karya fiksi sangat penting. Karya fiksi sebagai sebuah dunia dalam kemungkinan adalah dunia yang dilengkapi dengan tokoh penghuni dan permasalahannya. Kehadiran tokoh ini mutlak memerlukan ruang, tempat, dan waktu. Suroto (1989: 94) mengatakan latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Lebih lanjut Soemardjo dan Saini K. M. (1986: 76) mendefinisikan latar bukan hanya menunjuk tempat, atau waktu tertentu, tetapi juga hal-hal yang hakiki dari satu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, kegiatan mereka dan lain sebagainya.
Latar dalam karya sastra tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan tempat kejadian dan waktu terjadinya peristiwa. Latar juga berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh yang menciptakan berbagai suasana dan menjadi gambaran keadaan dalam diri tokoh yang bersangkutan, namun tidak selamanya latar itu sesuai dengan peristiwa yang dilatari. Selain itu suasana dalam cerita dapat berganti atau berkembang.
Latar (setting) dapat berfungsi menjadikan suasana cerita lebih hidup. Montaque dan Henshaw (dalam Herman. J. Waluyo, 2002: 198) menyatakan 3 fungsi setting, yaitu (a) mempertegas watak para pelaku; (b) memberikan tekanan pada tema cerita; (c) memperjelas tema yang disampaikan.
Tarigan (2003: 136) mengatakan latar adalah latar belakang fisik, unsur tempat dan ruang dalam suatu cerita. Latar dalam suatu karya sastra dapat digunakan untuk beberapa maksud. Pertama, untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerakan serta tindakannya. Kedua, latar suatu cerita mempunyai suatu relasi yang langsung dengan arti umum dan arti keseluruhan dalam suatu cerita. Ketiga, latar dapat diciptakan dengan maksud tertentu dalam menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat dan berguna.
Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abram dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 216). Latar dapat memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas, untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana seolah-olah sungguh-sungguh terjadi. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah mengoprasikan daya imajinasinya dan memungkinkan dapat berperan serta secara kritis dengan pengetahuan mengenai latar.
Waluyo (2002: 200) menambahkan setting tidak hanya menampilkan lokasi, tempat, dan waktu. Adat istiadat dan kebiasaan hidup dapat tampil sebagai setting. Adapun pengertian latar yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam cerita suatu waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa latar adalah suatu keadaan ataupun suasana yang melatarbelakangi suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu cerita, termasuk di dalam waktu, ruang, dan tempat serta lingkungan sosial. Selain waktu, tempat, dan lokasi dan kebiasaan hidup dapat tampil sebagai setting.
f.                   Bahasa
Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan, bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan didayagunakan secermat mungkin sehingga berbeda dengan bahasa nonsastra.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1994: 273) yang menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotif.
Supomo (dalam Herman. J. Waluyo, 2002: 217) menyebut adanya ragam bahasa sastra ditimbulkan oleh suasana hati yang haru, terpesona, trenyuh dan sebagainya. Ragam sastra bertujuan untuk menimbulkan kesan yang sama kepada pembaca. Dengan kata lain, faktor emotif sangat kuat dalam ragam bahasa sastra. Namun sifat konotif dan emotif itu berbeda-beda antara prosa, puisi, dan drama. Meskipun ketiga genre sastra tersebut mempunyai sifat konotatif dan emotif, namun cerita rekaan dianggap sifat konotatif dan emotifnya lebih rendah daripada puisi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengarang mengungkapkan unsur-unsur pembangun cerita dengan media bahasa. Jadi bahasa adalah sarana penghubung antara pengarang dengan pembaca dalam menyampaikan maksud dari isi karyanya.
g.                  Amanat
Sebuah karya sastra tentulah menyiratkan amanat bagi pembacanya. Definisi amanat menurut Sudjiman (1988: 57) adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Wujud amanat dapat berupa jalan keluar yang diajukan pengarang terhadap permasalahan dalam cerita.
Pendapat senada dikemukakan oleh Hartoko dan Rahmanto (1985: 10) yang menyatakan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat karyanya kepada pembaca atau pendengar. Amanat diartikan pula sebagai pesan, berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita baik eksplisit maupun implisit.
Bertolak dari pendapat di atas, dapat disimpulkan amanat adalah pesan moral yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca baik secara implisit maupun eksplisit.
1.                       Unsur-unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada di luar karya sastra yang secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsurunsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik tersebut ikut berpengaruh terhadap totalitas sebuah karya sastra.
Wellek dan warren (dalam Herman. J. Waluyo, 2002: 61) menyebutkan ada empat faktor ekstrinsik yang saling berkaitan dalam karya sastra yakni:
(1)               Biografi Pengarang: Bahwa karya seorang pengarang tidak akan lepas dari pengarangnya. Karya-karya tersebut dapat ditelusuri melalui biografinya.
(2)               Psikologis (Proses Kreatif): Adalah aktivitas psikologis pengarang pada waktu menciptakan karyanya terutama dalam penciptaan tokoh dan wataknya.
(3)               Strukturalismes (kemasyarakatan) sosial budaya masyarakat diasumsikan. bahwa cerita rekaan adalah potret atau cermin kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan kehidupan sosial adalah profesi atau institusi, problem hubungan sosial, adat istiadat antarhubungan manusia satu dengan lainnya, dan sebagainya.
(4)               Filosofis: bahwa pengarang menganut aliran filsafat aliran tertentu dalam berkarya seni. Dengan aliran filsafat yang dianut oleh pengarang itu berkarya, pembaca akan lebih mudah menangkap makna karya sastra tersebut. Faktor biografi, psikologis, Strukturalismes, dan filosofis itu tidak dapat dianalisis secara terpisah dalam karya sastra itu begitu komplek dan terpadu. Keempat faktor tersebut mungkin dapat juga dikaitkan dengan faktor religius.
2.2                   Sistem Nilai
Sistem nilai-nilai moral  meliputi tiga yaitu (1) nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab (2) nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani, (3) nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Untuk menunjang penelitian ini, penulis melengkapi dengan berbagai teori atau pendapat yag dianggap berhubungan dengan pokok kajian atau masalah. Sesuai dengan tujuan yang ingin penulis uraikan yaitu Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El Shirazy. Teori-teori yang akan penulis paparkan adalah nilai moral yang berkaitan dengan (1) tanggung jawab (2) hati nurani (3) kewajiban dalam novel yang dibahas.
2.2.1           Nilai-nilai Moral  
Nilai moral akan mengatur sikap hidup tentang hal yang baik dan yang buruk. Ini berarti bahwa kesadaran moral didasarkan pesan-pesan esensial fundamental di mana pelaku manusia akan selalu direalisasikan semestinya kepada siapa dan di mana saja, walaupu tidak ada orang yang mengetahuinya moral menjadi acuan setiap prilaku manusia. (Kohlberg  dalam Asri, 2008:25 ) mengatakan :
Penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk. Seterusnya juga tidak memusatkan perhatian pada pernyataan (statement) orang tentang apakah tindakan tertentu itu benar atau salah.   Alasannya,   seseorang   dewasa   atau   anak   kecil   mungkin   akan mengatakan sesuatu yang sama, maka di sini tidak tampak adanya perbedaan antara keduanya. Apa yang berbeda dalam kematangan moral adalah pada penalaran yang diberikannya terhadap sesuatu hal yang benar atau salah.
Dalam aspek penggunaan bahasanya pula, moral karya satra dapat dilihat dari sudut penggunaannya, menurut Sikana ( 1986:79 ) :
Moral karya sastra dapat dilihat dari sudut penggunaannya  unsur dramatik aforisme,  kata-kata  hikmat,  ungkapan-ungkapan  bernas;  malah  kadang-kadang dimasukkan khutbah atau hadis Nabi dan ayat suci al-Quran. Dari pada  penerapan  bahasa  begitu,  mudah  saja  bagi  seseorang  mengkritik mendapatkan unsur pengajaran dalam karya tersebut , tetapi penulis -penulis modern yang terkemudian, tidak lagi menerima gaya sedemikian, stail sudah cukup bersahaja dan penyuguhan unsur pendidikan juga dilakukan secara sederhana dan halus.
Dasar  Nilai-nilai Moral  merupakan dasar hidup untuk menentukan tindakan  hati  nurani  manusia  berbuat  dalam  mencapai tujuan,  yang mencakup keyakinan,   kepercayaan,   dan   agama.   Lebih   jauh   norma   dasar   moral akan menghasilkan tindakan baik dan buruk. Dalam hal ini novel sebagai salah satu karya sastra akan mencerminkan atau mengandung pesan-pesan moral suatu masyarakat. Nurul ( 2008:19 ) mengatakan :
Nilai Moral  berusaha untuk mengembangkan pola prilaku seseorang sesuai dengan  kehendak  masyarakatnya.  Kehendak  ini  berwujud  moralitas  atau kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena menyangkut dua aspek inilah, yaitu (a.) nilai-nilai, dan (b.) kehidupan nyata, maka Nilai Moral  lebih banyak membahas masalah dilemma (seperti makan buah simalakama) yang berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakat.
Moral dalam masyarakat merupakan pembawaan yang lahir dari manusia dan selama berabad-abad telah menjadi ukuran tingkah laku moral dari manusia biasa, membenarkan sifat-sifat tertentu dan mencela sifat-sifat lainya. Hamid ( 2007:50 ) mengatakan :
Dari segi etimologi perkataan moral berasal dari bahasa latin yaitu ‘mores’ yang berasal dari suku kata ‘mos’. Mores berarti adat-istiadat, kelakuan, tabiat, watak, aklak,, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, susila. Moralitas berarti yang mengenai kesusilaan (kesopanan, sopan-santun, keadaban) orang yang susila adalah orang yang baik budi bahasanya.
Relativitas moral menunjukkan kenyataan bahwa norma-norma moral yang berlaku dalam berbagai kebudayaan dan masyarakat tidak sama satu dengan yang lainya. Dasar pemikiran adalah pesan-pesan budaya (yang menjadi salah satu sumber moral) berbeda antara masyarakat  yang satu dengan masyarakat yang lainnya, maka norma-norma moralnya pun berbeda-beda, hal ini dinamakan relativitas cultural atau relativitas deskriptif. Hamidy ( 2007:50 ) mengatakan :
Value  atau  nilai  berasal  dari  bahasa  latin, ‘valere’  secara  harfiah  berarti baik/buruk  yang  kemudian  artinya  diperluas  menjadi  segala  sesuatu  yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan atau kepercayaan. Nilai harus dibina terus-menerus karena nilai merupakan aspek masalah kewajiban yang timbul tenggelam atau pasang surut.
Pengertian  nilai  moral  adalah  baik  buruk  yang  diterima  umum  mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, ahklak, budi pekerti dan susila. Pengertian moral juga bukan memandang bahwa pesan-pesan moral bukan hanya semacam santunan atau etika belaka. Nilai-nilai moral  adalah pesan-pesan yang berpangkal dari pesan-pesan tentang kemanusiaan, tentang pesan-pesan baik dan buruk yang universal. Hamid (2007:4) mengatakan :
Konsep pendidikan nilai berkaitan erat dengan kebaikan, yang ada dalam suatu objek-subjek. Boleh jadi suatu objek-objek itu baik tetapi tidak bernilai bagi seseorang dalam suatu konteks peristiwa tertentu. Sebagai contoh misalnya pakaian indah itu baik, tetapi bagi seseorang yang kandas kepalanya dan terkatung-katung   ditengah   lautan   luas,   maka   pakaian   indah   itu   tidak memberikan makna nilai apa-apa. Jadi kebaikan itu lebih melekat pada ‘objek-nya, atau pada konteknya sedang nilai lebih menunjukkan pada sikap seseorang terhadap sesuatu yang baik. Ada nilai yang dikejar sebagai sarana (nilai medial), ada pula nilai yang dikejar demi harganya sendiri (nilai final). Selanjutnya nilai-nilai universal berlaku bagi seluruh umat manusia bilamana dan dimanapun seperti hak asasi manusia, adapula nilai-nilai partikular hanya berlaku bagi kelompok  manusia  tertentu    atau  dalam  kesempatan-kesempatan  tertentu, misalnya “nilai sebuah tutur kata”. Nilai-nilai abadi berlaku kapanpun dan dimanapun seperti kebebasan beragama, yang berarti bahwa semua manusia bebas dari paksaan baik dari perseorangan maupundari kelompok sosial atau suatu kekuatan manusiawi, sehingga tak seorang pun boleh dipaksakan untuk bertindak bertentangan dengan imanya.
Kholberg (dalam Asri, 2008:25 ) mengatakan “Penalaran moral dipandang sebagai suatu stuktur pemikiran bukan isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk”. Jadi penalaran adalah suatu yang dihasilkan dari pemikiran sendiri, baik itu dalam pemikiran yang baik ataupun y ang buruk, semua itu lahir dan keluar sendirinya dari pikiran kita.
Nilai moral tidak bisa dipisahkan dari nilia-nilai lainnya, karena setiap nilai akan berhubungan dengan moral. Mempelajari ciri-ciri moral akan mengarahkan kita untuk meneliti karya sastra khususnya masalah pendekatan moral. Pendekatan  yang sering di pergunakan dalam  sebuah novel adalah pendekatan moral, menurut Sidi dan Jeck (Mana Sikana, 1986:70) mengatakan :
Dalam pengertian filsafat, moral ialah suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah komuniti, sosial atau budaya bagi menentukan kebaikan dan keburukan, ia merupakan suatu norma tentang kehidupan yang diberi kedudukan istimewa dalam kegiatan sebuah komuniti, sosial atau budaya itu. Tegasnya, norma ialah yang menentukan gerak kerja ahli-ahlinya dan biasanya berlandaskan suatu yang mulia, dihargai dan mempunyai prestij.
2.2.1.1     Nilai-nilai Moral  yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab
Nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab maksudnya nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, yaitu seseorang yang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan tentang suatu penjelasan. Menurut Bertens ( 1993:125 ) “Nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab adalah bahwa orang tidak boleh menolak bila diminta penjelasan tentang perbuatanya.” Contoh menjaga kehormatan, menempati janji yang telah diucapkanya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab, karena manusia  merupakan  makhluk  individual,  makhluk  sosial,  dan  makhluk  Tuhan. Manusia memiliki tuntunan untuk bertanggung jawab. Menurut Djoko (2008:144) “tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah lakunya atau perbuatanya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu setidaknya didukung oleh tiga unsur atau dimensi. Menurut Nurgiyantoro (1997:47) “Tiga unsur tersebut: adalah kesadaran, kecintaan atau kesukaan, dan keberanian”. Manusia merupakan makluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan orang lain dalam kehidupanya. Manusia merupakan makhluk individual, artinya  manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Contoh tangung jawab
·         Bila kita seorang mahasiswa, tanggung jawab kita adalah belajar. Bila kita belajar, maka hal itu berarti kita telah bertanggung jawab atas diri kita sendiri.
·         Kita seorang anak, mempunyai tanggung jawab membersihkan rumah setiap minggu, bila kita melakukannya, maka kita sudah bertanggung jawab.
·         Kita  melakukan  kesalahan,  maka  kita  harus  bertanggung  jawab  dengan masalah yang kita lakukan, ini berarti kita sudah bertanggung jawab.
·         Kita sebagai seorang suami bertanggung jawab untuk menafkai istri dan anak-anak kita. Jika itu kita jalankan maka kita adalah seorang yang bertanggung jawab.
2.2.1.2       Nilai-Nilai Moral  yang Berkaitan dengan Hati Nurani
Sejarah kebangkitan  Orde  Baru,  kita  mengenal  hati  nurani.  Burhanudin (1997:125) mengatakan:
Hati nurani dalam tritura Indonesia adalah budi manusia sepanjang menemukan semua hal-hal atau kebenaran-kebenaran yang universal yang di mana pun dan pada bangsa mana pun sama, karena hati nurani manusia bersarang pada kemanusiaan yang sama pada setiap orang dan bangsa di dunia”.
Hati nurani menyatakan tentang baik dan buruk yang berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Burhanudin (1997:131) berpendapat, “Hati nurani manusia dalam hubungan susila budi manusia sepanjang memberikan pengertian tentang baik dan buruknya perbuatan yang akan dan sudah dilaksanakan, pengertian memberikan kelimpahan rasa perasaan kepada manusia setelah perbuatan terjadi”.
Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan merupakan imbauan hati nurani, jika seseorang tidak mengikuti hati nuraninya maka seseorang tersebut dianggap telah menghancurkan integritas pribadinya. Maksudnya telah menghancurkan sifat atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh memancarkan kewibawaan.
Contoh hati nurani :
·         Kita melakukan kekerasan, dan kita menyadarinya kalau itu tidak baik. Maka kita dikatakan memiliki hati nurani.
·         Jika kita mengiklaskan sesuatu, untuk kebahagiaan orang lain, maka kita memiliki hati nurani.
·         Kita harus mencintai dan menyayangi anak yatim, dan memberikan sebagian harta kita untuknya, walaupun penghasilan kita hanya sedikit, ini berarti kita telah memiliki hati nurani.
2.2.1.3        Nilai-nilai Moral  yang Berkaitan dengan Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang harus kita lakukan terhadap diri kita sendiri. Burhanudin (1997:192) mengatakan, “Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, antara lain : menjaga kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah. Menjaga kerapian diri, di samping kebersihan rohani dan jasmani. Berlaku tenang (tidak terburu-buru), ketenangan dalam sikap”.
Kewajiban yang kita miliki terhadap diri sendiri tidak terlepas dari hubungan kita dengan orang lain, karena kewajiban kita tidak hanya pada diri sendiri tapi kewajiban kita pada orang tua, kepada Tuhannya, kepada Rosulullah, kepada tetangga dan kepada suami atau istri kita. Bertens (2004:197) mengatakan “Etika kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturan moral yang berlaku untuk perbuatan kita. Etika ini menunjukkan norma-norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup

.
Contoh kewajiban :
·         Sebagai orang beragama, kita mempunyai kewajiban kepada Tuhan untuk beriman, taat,iklas, tawakal,dan tobat.
·         Kita sebagai seorang istri harus selalu taat kepada suami, selama taatnya masih di jalan Allah.
·         Kita  sebagai  seorang  anak,  harus  memiliki  kewajiban  untuk  mematuhi perkataan orang tua, menjaganya saat dia sakit dan menyayanginya.
Prinsip relativitas moral yang kultural mengatakan bahwa semua kepercayaan dan prinsip moral bersifat relatif bagi setiap kebudayaaan dan pribadi, ini didasarkan bahwa baik dan burukya suatu tindakan berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainya, dan tidak adanya tolak ukur yang baku dan absolut  serta universal bagi semua orang kapan saja dan dimana saja. Baik dan buruknya suatu tindakan bergantung pada keyakinan pribadi dan budayaanya tertentu : contoh bersalaman orang barat berbeda dengan orang timur. Pada pola piker demikian, tolak ukur moral dilihat hanya sebagai produk sejarah yang dilestarikan melalui adat kebiasaan. Hal ini berarti bahwa ukuran moral itu bias berubah ubah sesuai dengan perkembangan sejarah dan kebudayaan. Pendekatan  yang sering di angkat dalam sebuah novel adalah pendekatan moral, menurut Sidi dan Jeck (Mana Sikana, 1986:70 ) :
Dalam pengertian filsafat, moral ialah suatu konsep yang telah dirumuskan oleh sebuah komuniti, sosial atau budaya bagi menentukan kebaikan dan keburukan, ia merupakan suatu norma  tentang  kehidupan  yang  diberi kedudukan istimewa dalam kegiatan sebuah komuniti, sosial atau budaya itu. Tegasnya,  norma  ialah  yang  menentukan  gerak  kerja  ahli-ahlinya  dan biasanya berlandaskan suatu yang mulia, dihargai dan mempunyai prestij.
Nilai moral dalam sebuah karya sastra tidak luput dari pengetahuan dan pengertian pengaranggnya tentang moral. Pada hakikatnya, nilai berpangkal pada norma, sebab hanya degan berpijak kepada norma kita dapat memperoleh nilai. Dari sekian banyak pengertian tentang moral yang dikemukaan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa moral adalah sistem pesan yang mengatur bagaimana manusia harus bersikap baik dalam kehidupanya. Artinya moral selalu menjadi acauan yang mendasari setiap sepak terjang manusia agar tidak lepas kontrol dalam berbuat dan bersikap.
2.3                   Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Penelitian yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam sebuah karya sastra khususnya nilai moral sudah pernah diteliti sebelumnya, diantaranya ialah seperti:
1.                  Darmi Devi, Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Riau tahun 2006, yang judulnya Analisis Moralitas Puisi-puisi Modern dalam Majalah Horison Edisi Januari Tahun 2006.
Dalam penelitian ini Darma Devi, membahas tiga masalah, yaitu (1) nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, (2) nilai moral yang berkaitan dengan hati nurai, (3) nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban.
2.                  Dewi Sasmita , Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Riau tahun 2010, dengan judul Analisis Nilai-nilai Moral Dalam Novel Kidung Karya Mohamad Sobary.
Dalam penelitian yang dilakukan Dewi Sasmita, peneliti membahas tiga masalah, yaitu (1) bagaimanakah moral yang berkaitan  dengan tanggung jawab, (2) nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani, (3) nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Hasil penelitian Darma Devi hanya membahas moralitas puisi-puisi modern yang terdapat dalam sebuah Majalah Horison. Penelitian Dewi Sasmita hanya membahas nilai-nilai moral yang terdapat dalam sebuah novel. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah dari segi judul, objek kajiannya, seting cerita, dan novel yang berbeda, masalah penelitian ini juga membahas tiga masalah yaitu (1) nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, (2) nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani, (3) nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban. Dengan demikian maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian lanjutan.
2.4                   Analisis Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih 2
Penelitian ini adalah kualitatif bersifat deskriptif, karena data hasil penelitian dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutik dan content analysis (analisis isi). Pendekatan hermeneutik adalah pendekatan yang memberikan tafsiran terhadap teks sastra yang berkenaan dengan aspek, kandungan ataupun unsur yang membangun karya sastra. Jadi teks sastra yang dianalisis adalah teks-teks sastra yang berhubungan dengan unsur-unsur atau kandungan yang ada dalam novel tersebut. Sedangkan Content analysis (analisis isi) adalah teknik yang digunakan untuk   menarik   kesimpulan   melalui   usaha   untuk   menemukan karakteristik amanat, yang penggarapannya dilakukan dengan cara objektifitas dan  sistematis. 
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat menunjukkan bahwa novel Ketika Cinta Bertasbih 2 Karya Habiburrahman El Shirazy ini mengandung tiga ciri-ciri moral, yaitu : nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, hati nurani dan kewajiban.
Teori  yang digunakan  untuk penelitian ini adalah Bertens 1993, Bestens 2004, Burhanuddin Salam 1997, UU. Hamidy 1993, Frans Magnis Suseno 1989, dan Nurul Zuriah 2008.








BAB III
METODE PENELITIAN
3.1                   Pendekatan dan Jenis Penelitian
3.1.1             Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutik dan content analysis (analisis isi). Hermeneutik merupakan  ilmu  atau  teknik  untuk  memahami  karya  sastra  dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut artiannya. Cara kerja   dari   hermeneutik   itu   sendiri   adalah   dengan   memahami keseluruhan  yang  berdasarkan  pada  unsur-unsur  pembentuk  dan pemahaman terhadap unsur-unsur pembentuk yang berdasarkan pada keseluruhannya. 
Menurut Endraswara (2003: 42), ia menyatakan bahwa:
Studi sastra mengenal hermeneutik sebagai tafsir sastra.  Hermeneutik merupakan sebuah paradigma yang berusaha menafsirkan teks atas dasar logika linguistik, yang akan dapat membuat penjelasan teks sastra dan pemahaman makna dengan menggunakan makna kata dan selanjutnya makna bahasa.
Makna kata lebih berhubungan dengan konsep semantik teks sastra dan makna bahasa lebih bersifat kultural. Makna kata akan membantu pemahaman makna bahasa. Oleh karena itu, dari kata-kata akan tercermin makna kultural teks sastra”.
Dari pendapat di atas, maka pendekatan hermeneutik adalah pendekatan yang memberikan tafsiran terhadap teks sastra yang berkenaan dengan aspek, kandungan ataupun unsur yang membangun karya sastra. Jadi teks sastra yang dianalisis adalah teks-teks sastra yang berhubungan dengan unsur-unsur atau kandungan yang ada dalam “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy, khususnya kandungan nilai moralnya.
Content analysis (analisis isi) adalah teknik yang digunakan untuk   menarik   kesimpulan   melalui   usaha   untuk   menemukan karakteristik amanat, yang penggarapannya dilakukan dengan cara objektifitas dan  sistematis.  Analisis isi digunakan untuk mengungkap kandungan nilai-nilai tertentu dalam karya sastra dengan memperhatikan konteks yang ada. Dalam sebuah karya sastra, analisis isi mempunyai  fungsi  untuk  mengungkap  makna  simbolik  yang tersamar.
3.1.2             Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif bersifat deskriptif, karena data hasil penelitian dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji secara empiris.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ratna (2009:47), ia mengungkapkan bahwa ”Penelitian kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya”. Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Dalam hubungan inilah pendekatan kualitatif dianggap sama dengan pemahaman. Sesuai dengan namanya, pendekatan ini mempertahankan nilai-nilai sehingga pendekatan ini dipertentangkan dengan pendekatan kualitatif yang berarti bebas nilai.
3.2                   Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah dari berbagai sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam, yaitu:
1.         Data Primer, merupakan sumber utama dari penelitian ini, yaitu Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy.
2.         Data Sekunder, yaitu berbagai literatur yang relevan dengan objek penelitian, baik  berupa  transkip,  buku,  artikel  di  surat  kabar, majalah, tabloid, website, multiply, dan blog di internet.
3.3                   Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian hermeneutik dan Content analysis (analisis isi)  ini adalah sebagai berikut:
1.      Peneliti membaca dan memahami Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy.
2.      Peneliti memberi kode dan mencatat teks-teks yang menunjukkan nilai moral dalam novel tersebut.
3.      Peneliti mengumpulkan kutipan yang menunjukkan nilai moral  dalam novel tersebut.
4.      Peneliti menganalisis kutipan yang telah dikumpulkan, untuk kemudian menyimpulkannya.
5.      Peneliti menuangkan hasil penelitian ke dalam sebuah tulisan atau skripsi dengan judul Analisis Nilai Moral dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy”.
3.4                   Korpus Data
3.4.1             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab
Kode Data
Data
Deskripsi
KCB2. NMTj. 01:K1



3.4.2             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani
Kode Data
Data
Deskripsi
KCB2. NMHn. 01:K1



3.4.3             Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban
Kode Data
Data
Deskripsi
KCB2. NMK. 01:K1



3.5                   Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis secara kualitatif yaitu menganalisis Nilai Moral dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy. Menurut Sugiono (2009: 337), ia mengungkapkan bahwa ”Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu”.
Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiono 2009: 337), mengemukakan bahwa “Aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh”. Aktifitas dalam analisis data yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menyimpulkan data.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
3.5.1             Mereduksi Data
Tahap mereduksi data merupakan tahap awal dalam penganalisisan data dalam penelitian. Mereduksi berarti kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini, data yang direduksi adalah Nilai Moral dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy.
3.5.2             Menyajikan Data
Menyajikan data merupakan tahap yang dilakukan setelah pelaksanaan reduksi. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan cara pengorganisasian dari hasil reduksi data dengan cara menyusun sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi. Hal ini diharapkan dapat  memberi kemungkinan menarik kesimpulan. Dalam menganalisis Nilai Moral dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy adalah menyajikan tulisan yang menunjukkan atau menjurus kepada Nilai Moral dalam tersebut.
3.5.3             Verifikasi    
Langkah ketiga adalah verifikasi, yaitu langkah yang dilakukan untuk menguji kebenaran dan mencocokkan makna-makna yang muncul dari data. Pengujian dan pencocokan makna-makna yang muncul diharapkan dapat menjadi temuan baru yang sebelumnya pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
3.6                   Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan dalam jenis penelitian hermeneutik dan content analisis ini adalah:
3.6.1             Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan penelitian ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah membaca Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Habibur Rahman El-Shirazy.
3.6.2             Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti mengelompokkan data yang mengarah pada nilai moral yang terdapat dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  karya HabiburRahman El-Shirazy.
3.6.3             Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi, yang dilakukan peneliti adalah menganalisis data-data yang diperoleh dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habibur Rahman El-Shirazy, lalu menganalisis nilai moral dan disimpulkan.
3.7                   Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan hal yang penting dalam penelitian, untuk mengecek keabsahan data maka teknik yang digunakan adalah teknik kriteria kepercayaan yang dikembangkan oleh Moleong (2010: 330), yaitu:
1.      Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
2.      Ketekunan pengamatan, dilakukan pengamat dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci, dan terus menerus selama kegiatan analisis terhadap nilai moral novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” karya Habiburahman El-Shirazy, sehingga didapatkan hasil penelitian yang tepat dan sesuai.
3.                     Pemeriksaan sejawat, yaitu mendeskripsikan proses dan hasil penelitian dengan pembimbing, teman sejawat, dan dosen yang memiliki pengetahuan mengenai judul penulis.   
Maka, jelas bahwa melalui triangulasi, ketekunan pengamatan dan pemeriksaan sejawatlah keabsahan data tentang nilai moral dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  karya Habiburahman El-Shirazy dapat dibuktikan keabsahan datanya.

Comments

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA