Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

SKRIPSI: Nilai Moral yang Terdapat dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El-Shirazy








BAB IV
HASIL ANALISIS
4.1                   Nilai Moral yang Terdapat dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El-Shirazy
Bagian pembahasan ini, sesuai dengan pembatasan masalah maka penulis mengelompokkan nilai moralmenjadi tiga kelompok yaitu (1) Nilai moral yang berkaitan dengan tanggung jawab, (2) nilai moralyang berkaitan dengan hati nurani, (3) nilai moralyang berkaitan dengan kewajiban.
4.1.1        Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Habiburrahman El-Shirazy
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab, karena manusia  merupakan  makhluk  individual,  makhluk  sosial,  dan  makhluk  Tuhan. Manusia memiliki tuntunan untuk bertanggung jawab. Menurut Djoko (2008:144) “tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah lakunya atau perbuatanya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Nlai pendidikan moral yang berkaitan dengan tanggung jawab pada novel  “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini :
Kutipan 1
Sejak kecil Abahnya sudah sering membangunkannya jam tiga pagi. Abah menggendong dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang gemintang, dan bulan yang sedemikian fitri.
”Di atas sana ada jutaan malaikat yang sedang bertasbih.” Begitu kata   Abahnya yang tak lain adalah Kiai Lutfi sambil menggendongnya. Ia tidak mungkin melupakannya.
”Jutaan malaikat itu mendoakan penduduk bumi yang tidak lalai. Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai.” Sambung Abah sambil membawanya ke masjid pesantren. Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, Abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar demi kamar sambil berkata,
”Shalat, shalat, shalat!” Setelah semua kamar diketuk, sang Abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat. Ada yang masih mendengkur berselimut sarung.
Setelah shalat sebelas rakaat Abah mengajaknya berdoa. ”Ayo Nduk, kita berdoa biar diamini jutaan malaikat.”
Dan tatkala fajar merekah kemerahan di sebelah timur, Abah bertasbih dan mengajaknya menikmati keindahan yang menggetarkan itu. Lalu dengan menggendongnya kembali, Abah mengajaknya keliling pesantren untuk kedua kalinya. Kali ini Abah membangunkan para santri dengan suara lebih keras, dengan nada sedikit berbeda,
”Subuh, subuh, shalat! Subuh, subuh, shalat!” Lalu azan subuh berkumandang. (Habiburrahman, 2008:1-2)
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami bahwa sang Kyai adalah orang  bertanggung jawab, Dia bersedia membangunkan putrinya yang masih kecilyang untuk diajarkan salat malan dan diajak membangunkan para santrinyadengan penuh kesadaran dan  kecintaan. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang sadar dan mempunyai rasa kecintaan dalammelakukan kebaikan, sang Kyai adalah orang yang memiliki kesadaran dan kecintaan.
Kutipan 2
Usai shalat subuh dan berzikir. Kiai Lutfi mengajak santrinya untuk melantunkan zikir pagi. Lalu beliau membacakan kitab Subulus Salam karya Imam Ash Shan’ani yang merupakan penjelas kitab Bulughul Maram yang disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani. Subulus Salam adalah satu dari tiga kitab yang menjadi wirid Kiai Lutfi. Artinya kitab itu adalah salah satu kitab yang senantiasa dibaca berulang-ulang oleh Kiai Lutfi. Kitab kedua adalah kitab Tafsir Jalalain yang disusun oleh Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Imam Jalaluddin Al Mahalli. Kitab ketiga adalah Al Hikam yang ditulis Imam Ibnu Athaillah As Sakandari. Subulus Salam dan Tafsir Jalalain dibaca dan dijelaskan kandungannya panjang lebar oleh Kiai Lutfi setiap hari. Dan semua santri wajib mengikutinya. Subulus Salam dibaca setelah  shalat  subuh  dan  Tafsir  Jalalain  setelah  shalat  maghrib. Sementara kitab Al Hikam dibacakan setiap Rabu bakda Ashar untuk masyarakat umum.
Sudah jamak di dunia pesantren bahwa seorang Kiai biasanya memiliki kitab-kitab andalan yang sangat dia kuasai dan ia ajarkan kepada santrinya. Kitab itu jadi wiridnya. Sehingga ia seolah-olah hafal kitab itu. Dengan melihat kitab yang dijadikan wirid maka para santri  dan  masyarakat  bisa  mengetahui  kepakaran  seorang  Kiai.
Misalnya Kiai Lutfi setiap hari mengajarkan Subulus Salam dan Tafsir Jalalain, maka beliau adalah pakar di bidang fiqh dan hadis, juga pakar di bidang tafsir. Penguasaan beliau dalam ketiga bidang itu sangat mendalam. Bukan berarti Kiai Lutfi tidak menguasai ilmu nahwu, ilmu tata bahasa Arab. Bukan. Beliau juga menguasai ilmu itu. Tapi kecenderungan dan kepakaran beliau di bidang itu.. (Habiburrahman, 2008:4)
Dalam kutipan kedua dapat dipahami bahwa sang Kyai adalah orang bertanggung jawab.Di sini dapat kita ketahui bawa sang kyai selalalu melakukan kegiatan rutinan yaitu mengajari para santri kitab-kitab klasik secara telaten dan tulus, baik tentang hadits, fiqh, maupun tafsir.Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untukmelakukan kegiatan rutinan denganhati-hati.
Kutipan 3
Pagi itu Kiai Lutfi membacakan dan menguraikan hadis yang berbunyi, ”Laa yadhulul jannata qattaatun!” Semua santri, baik putra dan putri mendengarkan dengan khidmat dan rasa ingin tahu. Kiai Lutfi lalu menjelaskan arti dan maksud hadis pendek itu,
”Anak-anakku semuanya yang aku sayangi, Hadis pendek ini muttafaq ’alaih, artinya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Jelas shahihnya. Tidak bisa diragukan. Arti dari hadis ini adalah,’Tidak akan masuk surga  orang yang suka memfitnah.’
Imam Shan’ani menjelaskan, kata ”qattat” itu dengan huruf qaf, huruf ta’ dan sesudah alif huruf ta’ lagi, yang berarti pemfitnah. Ada ulama yang berkata, ada perbedaan antara ”qattaat” dan ”nammaam”. Nammaam ialah orang yang mencari berita untuk menyampaikannya kepada orang lain (untuk menebar fitnah). Sedangkan ”qattaat” adalah orang yang hanya mendengar berita yang ia tidak mengetahui pasti kebenaran berita itu, kemudian ia menceritakan apa yang ia dengar itu (kepada orang lain untuk memfitnah). Hakikat fitnah itu pemindahan pembicaraan orang kepada orang lain untuk merusak hubungan di antara mereka.
Anak-anakku, ingatlah baik-baik hadis ini. Hayati dan patri dalam sanubari! Jangan sekali-kali kalian menjadi seorang pemfitnah, baik qattaat maupun nammaam. Sebab pemfitnah itu telah diharamkan oleh Rasulullah Saw. untuk masuk surga. Pemfitnah termasuk seburuk-buruk makhluk Allah di atas muka bumi ini. Al Hafidz Al Mundziri mengatakan, Ummat Islam sudah sepakat bahwa fitnah itu diharamkan dan fitnah itu termasuk dosa besar”
Lalu Kiai Lutfi terus membacakan isi kitab Subulus Salam itu dan menjelaskan panjang lebar dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santri-santrinya. Setelah setengah jam membacakan Subulus Salam, Kiai Lutfi menutup kajian pagi hari itu dengan hamdalah. Para santri bubar kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap menyambut aktivitas pesantren yang lebih padat. Kiai Lutfi biasanya tetap iktikaf di masjid sampai kira-kira jam delapan.(Habiburrahman, 2008:5-6)
                                                                                                   
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa kyai itu bertaggung jawab.Sang kyai berusaha menjelaskan panjang lebar makna dari hadits yang dibacakannyadengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santri-santrinya. Hal ini dilakukankarena di dalam hatinya memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
Kutipan 4
Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya   meleleh   membasahi   pipinya.   Sedemikian   sayang   dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalam dalamnya  kepada Allah atas karunia yang sangat  mahal  ini.  Meski  ia  membesarkan  anak-anaknya  tanpa didampingi   sang   suami,   namun   Allah   selalu   menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya. (Habiburrahman, 2008:31)
Dalam kutipan keempat dapat pahami bahwa ibu Nafisah adalah orang yang bertanggung jawab. Bu Nafismembesarkan anak-anaknya meski tanpa disertai suaminya karena suaminya telah lama meninggal dunia.Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untukmelakukan kewajibannya meski tanpa bantuan orang lain.
Kutipan 5
Anak pertamanya, Khairul Azzam, sejak kecil telah  menunjukkan  baktinya.  Prestasi-prestasinya  mengharumkan nama orang tua. Saat kuliah di Al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik  di  tahun  pertamanya.  Dan  ketika  sang  ayah  tiada,  Azzam menunjukkan   tanggung   jawabnya   sebagai   anak   sulung   dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras di Mesir sana. Ia tahu anaknya itu bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di sana. Tiap bulan mengirimkan uang demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebagai ibu, ia sangat bangga pada anak pertamanya itu. Di saat sang ayah tiada dan ia sakit-sakitan, nama keluarga tetap terjaga. Seluruh adik-adiknya tetap lanjut kuliah.(Habiburrahman, 2008:31)
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa betapa besarnya tanggung jawab Azzamterhadap keluarganya, Azzambekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di Cairo demi membiayai ibu dan adik-adiknya. Dengan rasa kesadaran dan kecintaan,Azzam banting tulang agar nama keluarga tetap terjaga dan  seluruh adik-adiknya tetap lanjut kuliah.
Kutipan 6
”Zumrah!” Teriaknya.
”Husna!” Perempuan itu juga berteriak memanggil namanya. Husna menghentikan sepeda motornya dan melepas helmnya. Ia gantungkan helmnya di cantolan depan.
”Ayo naik Zum!”
Zumrah naik   di   boncengan.   Husna   kembali   menjalankan motornya.
”Kok jalan kaki Zum?”
”Tadi aku naik ojek. Aku ke Janti dulu tadi. Makan siang. Terus aku jalan. Kau nggak malu memboncengkan aku dengan pakaianku
seperti ini?”
”Ah kalau aku sih tidak malu. Semestinya kan kamu yang malu Zum. Bukan  aku.  Masak  pakai  pakaian  ketat  begitu,  pusermu kelihatan lagi. Apa nggak risih Zum.” Jawab Husna santai.
”Benar kamu tidak malu memboncengkan aku Na?”
”Kenapa malu? Apa dosaku boncengkan kamu? Justru aku yang akan balik bertanya, apa kamu tidak malu. Nanti ada ribuan santri lho Zum. Pasti kau akan jadi pusat perhatian kayak artis. Kalau aku kan santai saja lha wong pakaianku sama dengan mereka.”
”Ah cuek aja!”
”Ya terserah kamu Zum. Jangan salahkan aku juga misalnya kamu nanti tidak boleh masuk karena ada peraturan pesantren yang mengharuskan tamu harus berpakaian sopan.”
”Wah kalau begitu pesantren memaksakan kehendak ya Na. Tidak demokratis.”
”Ya tidaklah Zum. Pesantren sama sekali tidak memaksakan kehendak.  Lha  mereka  tidak  pernah  memberlakukan  peraturan kecuali hanya dalam lingkungan pesantren saja. Itu kan sama seperti kamu punya rumah. Rumah kamu full karpet. Kamu punya peraturan yang masuk rumahmu harus copot sepatu. Apalagi jika sepatunya kotor belepotan lumpur lagi, pasti kamu melarang keras sepatu itu menginjak-injak karpet rumahmu yang bersih kan? Kamu akan marah besar  jika  ada  tamu  yang  nekat tetap  memakai  alas  kaki  kotor belepotan lumpur masuk rumahmu, apalagi misalnya sampai nekat masuk  kamarmu,  terus  tidur  di  tempat  tidurmu  dengan  tidak mencopot alas kakinya yang belepotan lumpur. Iya tho? Apa kalau kamu marah pada orang seperti itu lantas kamu tidak demokratis?”
”Ya itu wajar Na. Sudah jamak. Sepatu belepotan lumpur tidak boleh menginjak karpet, kan mengotori. Ih itu jorok namanya Na!”
”Ya sama saja tho Zum. Bagi kalangan pesantren, ngumbar aurat itu mungkin lebih jorok dari sepatu kotor yang belepotan lumpur. Hanya  bedanya  lumpur  itu  joroknya  tampak  zahir,  sedangkan mengumbar  aurat  termasuk  pusarmu  itu  joroknya  kasat  mata.
Joroknya lebih gawat sebab bisa meracuni jiwa.”
”Aduh Na, aku turun di sini saja! Sejak dulu aku tidak akan pernah menang debat sama kamu! Aku jadi tidak enak kalau masuk pesantren dengan pakaian seperti ini.” Husna mengurangi kecepatan sepeda motornya.
”Kamu mau menunggu aku di sini? Acaraku sampai jam empat lho. Sekarang baru jam satu!”
”Bisa nggak Na kita bicara sebentar di sini.” ”Satu menit bisa Zum.”
”Ya jangan satu menit lah Na. Sepuluh menit saja.”
”Maaf  Zum  tidak  bisa.  Bukan  apa-apa.  Bukan  aku  tidak menghormatimu. Tapi aku belum shalat dhuhur. Dan acaraku tepat setengah dua. Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai.
Lagian janji kita kan habis ashar di pesantren. Dan kau sepakat.”.(Habiburrahman, 2008:47-49)
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Husna punya rasa tanggung  jawab  untuk  membantu Zumrah.  Sebagai  seorang  teman,Husna memiliki  kesadaran  dan  kecintaan    untuk  menolong temannya,  karena  Husna menyadari bahwa Zumrahsedang dalam masalah besar. Semua yang dilakukan Husna adalah untuk bertanggung jawab terhadap temannya.
Kutipan 7
”Jujur saya mengenal dunia tulis menulis secara serius sejak kelas dua SMA. Ceritanya saya memiliki seorang kakak yang kuliah di luar negeri. Tepatnya di Universitas Al Azhar Mesir. Hampir tiap bulan kakak saya menulis surat untuk saya dan adik-adik saya. Saat itu saya yang paling tua jadi saya yang berkewajiban membalas surat-surat kakak saya.(Habiburrahman, 2008:58)
Dalam kutipan ketuju dapat dipahami bahwa Khairul Azam adalah orang yang bertanggung jawab. Dia sebagai kakak yang sangat mencintai adik-adiknya, ingin  mengetahui  kabar  adiknya.  Azamselalu mengirim surat untuk memberi kabar dan mendapat kabar dari keluarganya. Semua yang dilakukan Azam adalah karena rasa tanggung  jawabnya  sebagai  seorang  kakak dan anak tertua  untuk  mengetahui  apakah kabar keluarganya baik-baik saja.
Kutipan 8
Selesai menulis puisi itu, Azzam jadi teringat janjinya pada Hafez. Ia telah menyanggupi untuk memberi tahu Fadhil tentang keinginan Hafez mengkhitbah Cut Mala. Kesanggupannya adalah amanah. Amanah yang sangat penting sebab berkaitan dengan cinta anak manusia. Alangkah bahagianya jika seseorang bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Dan alangkah bahagianya jika setelah menikah itu cintanya terus berkembang dari masa ke masa. (Habiburrahman, 2008:131)
Dalam kutipan kedelapan dapat dipahami bahwa Azam bertanggung jawab atas amanah temannya Hafez yang diberika kepadanya, diapun menunaikan amanah itu semampunya. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk menunaikan amanah yang diberikan kepadanya.
Kutipan 9
Azzam meminjam sepeda motor butut milik Husna. Ia harus shalat Ashar di Wangen. Ia telah berjanji pada Kiai Lutfi bahwa dirinya akan ikut pengajian Al Hikam. Ia tidak mau mengingkari janji yang telah terlanjur ia ucapkan. Meskipun saat itu lelah dari tubuhnya belum benar-benar pulih.(Habiburrahman, 2008:174)
Dalam kutipan kesembilan dapat dipahami bahwa Azam adalah orang yang bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukanya. Dia berjanji pada Kiai Lutfi bahwa dirinya akan ikut pengajian Al Hikam.Ia tidak mau mengingkari janji yang telah terlanjur ia ucapkan. Meskipun saat itu lelah dari tubuhnya belum benar-benar pulih.Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untukmenepati janji yang dibuatnya.
Kutipan 10
“Dia tidak murtad Rus. Tidak. Dia masih shalat. Sedangkan kekhilafannya itu masa lalunya. Dia sedang mencari jalan kembali yang benar kenapa kau haling-halangi?”
”Aku  telah  bersumpah  di  depan  jenazah  almarhum  Kang Masykur Zam?”
“Sumpah yang salah itu tak boleh dilaksanakan!”
“Terus aku harus bagaimana Zam?”
”Kau berhutang padaku. Kalau tidak aku hutangi kau mungkin tak akan lulus SD. Mungkin kau tidak akan jadi polisi. Turunkan pistolmu. Ayo masuklah ke rumahku. Jadilah tamuku. Kita cari jalan terbaik untuk semuanya. Dan akan aku anggap lunas hutangmu. Kalau tidak maka hutangmu padaku, tak akan aku anggap lunas kecuali setelah kau tinggalkan jabatan kepolisianmu!”
Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya.
”Baiklah! Aku akan masuk bertamu ke rumahmu, dan kita bicara di sana!”(Habiburrahman, 2008:228-229)
Dalam kutipan kesepuluh dapat dipahami bahwa Azam bertanggung jawab untuk melindungi Zumrah yang merupakan temannya dan adiknya, walaupun sebenarnya Zumrah yang bersalah, tapi Azam memiliki kesadaran, kecintaann dan berusaha untuk melindungi Zumrahagar tidak terjerat permasalahan yang lebih berat. Semua yang dilakukan Azam adalah karena rasa tanggung  jawabnya  sebagai  seorang  muslim untuk membantu sesamanya.
Kutipan 11
Kang Paimo menjawab, ”Hebatnya, sopir truk ikan itu harus selalu cepat dan ngebut sepanjang jalan. Harus selalu mendahului dan menyalip mobil lain. Jalan raya ibarat medan lomba balapan. Dan sopir truk ikan harus menang.Sebab mengejar waktu.Bayangkan saya dulu jadi sopir truk ikan milik juragan ikan di Demak. Saya berangkat dari Demak habis shalat maghrib dan harus sampai Pasar Minggu  Jakarta  pukul  tiga  pagi.  Tidak  boleh  terlambat.  Kalau terlambat ikannya bisa layu, tidak segar lagi, dan para pernbeli sudah pada pergi. Sepanjang jalan itu saya ngebut.Selalu tancap gas.Sekali pun belok saya tetap tancap gas.Dan itu memerlukan nyali yang besar.Saya harus jadi raja di jalan. Jika ada mobil di depan saya harus membuatnya minggir. Saya perintah minggir dengan lampu dan klakson. Bus jurusan Surabaya-Jakarta saja kalau lihat truk saya pasti minggir!  (Habiburrahman, 2008:157)
Dalam kutipan kesebelas dapat dipahami bahwa, kang Paimo bertanggung jawab atas tugasnya.Kasadaran kang Paimo bersedia menanggung derita hidup, kang Paimo menyadari dengan menjadi sopir truk ikan.harus selalu cepat dan ngebut sepanjang jalan. Ia Harus selalu mendahului dan menyalip mobil lain. Tidak  boleh  terlambat.  Kalau terlambat ikannya bisa layu, tidak segar lagi, dan para pernbeli sudah pada pergi. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
4.1.1.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Tanggung Jawab
No
Data
Deskripsi



01:K1
Sejak kecil Abahnya sudah sering membangunkannya jam tiga pagi. Abah menggendong dan mengajaknya menikmati keindahan surgawi. Keindahan pesona langit, bintang gemintang, dan bulan yang sedemikian fitri.
”Di atas sana ada jutaan malaikat yang sedang bertasbih.” Begitu kata   Abahnya yang tak lain adalah Kiai Lutfi sambil menggendongnya. Ia tidak mungkin melupakannya.
”Jutaan malaikat itu mendoakan penduduk bumi yang tidak lalai. Penduduk bumi yang mau tahajjud saat jutaan manusia terlelap lalai.” Sambung Abah sambil membawanya ke masjid pesantren. Abah lalu mengajaknya untuk akrab dengan dinginnya mata air desa Wangen. Setelah mengambil air wudhu, Abah mengajaknya keliling pesantren, mengetok kamar demi kamar sambil berkata,
”Shalat, shalat, shalat!” Setelah semua kamar diketuk, sang Abah mengajaknya kembali ke masjid untuk shalat. Beberapa orang santri ada yang sudah shalat. Ada yang masih mendengkur berselimut sarung.
Setelah shalat sebelas rakaat Abah mengajaknya berdoa. ”Ayo Nduk, kita berdoa biar diamini jutaan malaikat.”
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami bahwa sang Kyai adalah orang  bertanggung jawab, Dia bersedia membangunkan putrinya yang masih kecil yang untuk diajarkan salat malan dan diajak membangunkan para santrinya dengan penuh kesadaran dan  kecintaan. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang sadar dan mempunyai rasa kecintaan dalam melakukan kebaikan, sang Kyai adalah orang yang memiliki kesadaran dan kecintaan.
02:K2
Usai shalat subuh dan berzikir. Kiai Lutfi mengajak santrinya untuk melantunkan zikir pagi. Lalu beliau membacakan kitab Subulus Salam karya Imam Ash Shan’ani yang merupakan penjelas kitab Bulughul Maram yang disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani. Subulus Salam adalah satu dari tiga kitab yang menjadi wirid Kiai Lutfi. Artinya kitab itu adalah salah satu kitab yang senantiasa dibaca berulang-ulang oleh Kiai Lutfi. Kitab kedua adalah kitab Tafsir Jalalain yang disusun oleh Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Imam Jalaluddin Al Mahalli. Kitab ketiga adalah Al Hikam yang ditulis Imam Ibnu Athaillah As Sakandari. Subulus Salam dan Tafsir Jalalain dibaca dan dijelaskan kandungannya panjang lebar oleh Kiai Lutfi setiap hari. Dan semua santri wajib mengikutinya. Subulus Salam dibaca setelah  shalat  subuh  dan  Tafsir  Jalalain  setelah  shalat  maghrib. Sementara kitab Al Hikam dibacakan setiap Rabu bakda Ashar untuk masyarakat umum.
Dalam kutipan kedua dapat dipahami bahwa sang Kyai adalah orang bertanggung jawab. Di sini dapat kita ketahui bawa sang kyai selalalu melakukan kegiatan rutinan yaitu mengajari para santri kitab-kitab klasik secara telaten dan tulus, baik tentang hadits, fiqh, maupun tafsir. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk melakukan kegiatan rutinan dengan hati-hati.
03:K3
Pagi itu Kiai Lutfi membacakan dan menguraikan hadis yang berbunyi, ”Laa yadhulul jannata qattaatun!” Semua santri, baik putra dan putri mendengarkan dengan khidmat dan rasa ingin tahu. Kiai Lutfi lalu menjelaskan arti dan maksud hadis pendek itu,
”Anak-anakku semuanya yang aku sayangi, Hadis pendek ini muttafaq ’alaih, artinya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Jelas shahihnya. Tidak bisa diragukan. Arti dari hadis ini adalah,’Tidak akan masuk surga  orang yang suka memfitnah.’
Imam Shan’ani menjelaskan, kata ”qattat” itu dengan huruf qaf, huruf ta’ dan sesudah alif huruf ta’ lagi, yang berarti pemfitnah. Ada ulama yang berkata, ada perbedaan antara ”qattaat” dan ”nammaam”. Nammaam ialah orang yang mencari berita untuk menyampaikannya kepada orang lain (untuk menebar fitnah). Sedangkan ”qattaat” adalah orang yang hanya mendengar berita yang ia tidak mengetahui pasti kebenaran berita itu, kemudian ia menceritakan apa yang ia dengar itu (kepada orang lain untuk memfitnah). Hakikat fitnah itu pemindahan pembicaraan orang kepada orang lain untuk merusak hubungan di antara mereka.
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa kyai itu bertaggung jawab. Sang kyai berusaha menjelaskan panjang lebar makna dari hadits yang dibacakannya dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada santri-santrinya. Hal ini dilakukan karena di dalam hatinya memiliki rasa tanggung jawab yang besar.Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mau menjelaskan suatu permasalahan pada yang membutuhkan penjelasan.
04:K4
Sang ibu merasakan keharuan luar biasa. Tanpa bisa ia cegah air matanya   meleleh   membasahi   pipinya.   Sedemikian   sayang   dan perhatian kedua putrinya itu pada dirinya. Lirih ia menyampaikan rasa syukur sedalam dalamnya  kepada Allah atas karunia yang sangat  mahal  ini.  Meski  ia  membesarkan  anak-anaknya  tanpa didampingi   sang   suami,   namun   Allah   selalu   menurunkan pertolongannya. Keempat anaknya ia rasakan sangat berbakti dan sangat mencintainya
Dalam kutipan keempat dapat pahami bahwa ibu Nafisah adalah orang yang bertanggung jawab. Bu Nafis membesarkan anak-anaknya meski tanpa disertai suaminya karena suaminya telah lama meninggal dunia. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk melakukan kewajibannya meski tanpa bantuan orang lain.
05:K5
Anak pertamanya, Khairul Azzam, sejak kecil telah  menunjukkan  baktinya.  Prestasi-prestasinya  mengharumkan nama orang tua. Saat kuliah di Al Azhar, ia juga meraih nilai sangat baik  di  tahun  pertamanya.  Dan  ketika  sang  ayah  tiada,  Azzam menunjukkan   tanggung   jawabnya   sebagai   anak   sulung   dan satu-satunya anak lelakinya. Azzam bekerja keras di Mesir sana. Ia tahu anaknya itu bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di sana. Tiap bulan mengirimkan uang demi menghidupi dan menyekolahkan adik-adiknya. Sebagai ibu, ia sangat bangga pada anak pertamanya itu. Di saat sang ayah tiada dan ia sakit-sakitan, nama keluarga tetap terjaga. Seluruh adik-adiknya tetap lanjut kuliah.
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa betapa besarnya tanggung jawab Azzam terhadap keluarganya, Azzam bekerja dan berwirausaha dengan membuat bakso dan tempe di Cairo demi membiayai ibu dan adik-adiknya. Dengan rasa kesadaran dan kecintaan, Azzam banting tulang agar nama keluarga tetap terjaga dan  seluruh adik-adiknya tetap lanjut kuliah. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang bekerja dan berwirausaha dengan rasa kesadaran dan kecintaan agar nama keluarga tetap terjaga.
06:K6
”Zumrah!” Teriaknya.
”Husna!” Perempuan itu juga berteriak memanggil namanya. Husna menghentikan sepeda motornya dan melepas helmnya. Ia gantungkan helmnya di cantolan depan.
”Ayo naik Zum!”
Zumrah naik   di   boncengan.   Husna   kembali   menjalankan motornya.
”Kok jalan kaki Zum?”
”Tadi aku naik ojek. Aku ke Janti dulu tadi. Makan siang. Terus aku jalan. Kau nggak malu memboncengkan aku dengan pakaianku
seperti ini?”
”Ah kalau aku sih tidak malu. Semestinya kan kamu yang malu Zum. Bukan  aku.  Masak  pakai  pakaian  ketat  begitu,  pusermu kelihatan lagi. Apa nggak risih Zum.” Jawab Husna santai.
”Benar kamu tidak malu memboncengkan aku Na?”
”Kenapa malu? Apa dosaku boncengkan kamu? Justru aku yang akan balik bertanya, apa kamu tidak malu. Nanti ada ribuan santri lho Zum. Pasti kau akan jadi pusat perhatian kayak artis. Kalau aku kan santai saja lha wong pakaianku sama dengan mereka.”
”Ah cuek aja!”
”Ya terserah kamu Zum. Jangan salahkan aku juga misalnya kamu nanti tidak boleh masuk karena ada peraturan pesantren yang mengharuskan tamu harus berpakaian sopan.”
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Husna punya rasa tanggung  jawab  untuk  membantu Zumrah.  Sebagai  seorang  teman, Husna memiliki  kesadaran  dan  kecintaan    untuk  menolong temannya,  karena  Husna menyadari bahwa Zumrah sedang  dalam  masalah besar. Semua yang dilakukan Husna adalah untuk bertanggung jawab terhadap temannya. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang dengan penuh kesadaran  dan  kecintaan    untuk  menolong temannya.
07:K7
”Jujur saya mengenal dunia tulis menulis secara serius sejak kelas dua SMA. Ceritanya saya memiliki seorang kakak yang kuliah di luar negeri. Tepatnya di Universitas Al Azhar Mesir. Hampir tiap bulan kakak saya menulis surat untuk saya dan adik-adik saya. Saat itu saya yang paling tua jadi saya yang berkewajiban membalas surat-surat kakak saya
Dalam kutipan ketuju dapat dipahami bahwa Khairul Azam adalah orang yang bertanggung jawab. Dia sebagai kakak yang sangat mencintai adik-adiknya, ingin  mengetahui  kabar  adiknya.  Azam  selalu mengirim surat untuk memberi kabar dan mendapat kabar dari keluarganya. Semua yang dilakukan Azam adalah karena rasa tanggung  jawabnya  sebagai  seorang  kakak dan anak tertua  untuk  mengetahui  apakah kabar keluarganya baik-baik saja
08:K8
Selesai menulis puisi itu, Azzam jadi teringat janjinya pada Hafez. Ia telah menyanggupi untuk memberi tahu Fadhil tentang keinginan Hafez mengkhitbah Cut Mala. Kesanggupannya adalah amanah. Amanah yang sangat penting sebab berkaitan dengan cinta anak manusia. Alangkah bahagianya jika seseorang bisa menikah dengan orang yang dicintainya. Dan alangkah bahagianya jika setelah menikah itu cintanya terus berkembang dari masa ke masa
Dalam kutipan kedelapan dapat dipahami bahwa Azam bertanggung jawab atas amanah temannya Hafez yang diberikan kepadanya, diapun menunaikan amanah itu semampunya. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk menunaikan amanah yang diberikan kepadanya.
09:K9
Azzam meminjam sepeda motor butut milik Husna. Ia harus shalat Ashar di Wangen. Ia telah berjanji pada Kiai Lutfi bahwa dirinya akan ikut pengajian Al Hikam. Ia tidak mau mengingkari janji yang telah terlanjur ia ucapkan. Meskipun saat itu lelah dari tubuhnya belum benar-benar pulih
Dalam kutipan kesembilan dapat dipahami bahwa Azam adalah orang yang bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukanya. Dia berjanji pada Kiai Lutfi bahwa dirinya akan ikut pengajian Al Hikam. Ia tidak mau mengingkari janji yang telah terlanjur ia ucapkan. Meskipun saat itu lelah dari tubuhnya belum benar-benar pulih.Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk menepati janji yang dibuatnya.
10:K10
“Dia tidak murtad Rus. Tidak. Dia masih shalat. Sedangkan kekhilafannya itu masa lalunya. Dia sedang mencari jalan kembali yang benar kenapa kau haling-halangi?”
”Aku  telah  bersumpah  di  depan  jenazah  almarhum  Kang Masykur Zam?”
“Sumpah yang salah itu tak boleh dilaksanakan!”
“Terus aku harus bagaimana Zam?”
”Kau berhutang padaku. Kalau tidak aku hutangi kau mungkin tak akan lulus SD. Mungkin kau tidak akan jadi polisi. Turunkan pistolmu. Ayo masuklah ke rumahku. Jadilah tamuku. Kita cari jalan terbaik untuk semuanya. Dan akan aku anggap lunas hutangmu. Kalau tidak maka hutangmu padaku, tak akan aku anggap lunas kecuali setelah kau tinggalkan jabatan kepolisianmu!”
Azzam tahu watak Mahrus. Pria itu hanya bisa dijinakkan dengan kalimat yang menundukkan keangkuhannya. Dan ia tahu pria itu tak akan sudi terus berhutang pada orang lain. Termasuk pada dirinya.
”Baiklah! Aku akan masuk bertamu ke rumahmu, dan kita bicara di sana!”
Dalam kutipan kesepuluh dapat dipahami bahwa Azam bertanggung jawab untuk melindungi Zumrah yang merupakan temannya dan adiknya, walaupun sebenarnya Zumrah yang bersalah, tapi Azam memiliki kesadaran, kecintaann dan berusaha untuk melindungi Zumrah agar tidak terjerat permasalahan yang lebih berat. Semua yang dilakukan Azam adalah karena rasa tanggung  jawabnya  sebagai  seorang  muslim untuk membantu sesamanya. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk membantu sesamanya.
11:K11
Bayangkan saya dulu jadi sopir truk ikan milik juragan ikan di Demak. Saya berangkat dari Demak habis shalat maghrib dan harus sampai Pasar Minggu  Jakarta  pukul  tiga  pagi.  Tidak  boleh  terlambat.  Kalau terlambat ikannya bisa layu, tidak segar lagi, dan para pernbeli sudah pada pergi. Sepanjang jalan itu saya ngebut. Selalu tancap gas. Sekali pun belok saya tetap tancap gas. Dan itu memerlukan nyali yang
besar. Saya harus jadi raja di jalan. Jika ada mobil di depan saya harus membuatnya minggir.
Dalam kutipan kesebelas dapat dipahami bahwa, kang Paimo bertanggung jawab atas tugasnya. Kasadaran kang Paimo bersedia menanggung derita hidup, kangPaimo menyadari dengan menjadi sopir truk ikan. harus selalu cepat dan ngebut sepanjang jalan. Ia Harus selalu mendahului dan menyalip mobil lain. Tidak  boleh  terlambat.  Kalau terlambat ikannya bisa layu, tidak segar lagi, dan para pernbeli sudah pada pergi. Dalam kutipan ini diartikan bahwa orang yang bertanggung jawab itu adalah seseorang yang mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Tanggung jawab adalah sifat terpuji bila seseorang mau bertanggung jawab untuk  mengakui kesalahan, kesadaran  dirinya sendiri, bertanggung jawab untuk mencintai dan mengasuh anak yatim piatu, bertaggung jawap untuk membahagiakan anaknya, bertanggung jawab mencintai anak-anaknya, bertanggung jawab untuk menjalankan  perintah  yang  baik  untuk  dirinya  dan  bertanngung  jawab  untuk melakukan amanah yang telah diembanya. Menurut Djoko (2008:144) “tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau prbuatanya yang di sengaja maupun yang tidak disengaja”. Dalam analisis nilai moralyang berkaitan dengan tanggung jawab yang terdapat dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy di atas, terdapat beberapa taggung jawab, yaitu,sadar dan mempunyai rasa kecintaan dalam melakukan kebaikan, mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk melakukan kegiatan rutinan dengan hati-hatiberusaha menjelaskan panjang lebar maksud dari permasalahan  yang dihadapi dengan penuh rasa kasih sayang dan cinta kepada orang mempunyai masalah, mempunyai jiwa kesadaran dan ketulusan  untuk melakukan kewajibannya meski tanpa bantuan orang lain, bertanggung jawab terhadap janji/amanah yang diembannya dan bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukanya.
4.1.2             Nilai moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani dalam novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy
Sesuai pada bagian penjelasan teori nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani adalah penghayatan baik buruk yang berhubungan dengan tingkah laku kongkrit kita (Bestens, 2004:51). Nilai moral yang berkaitan dengan hati  nurani  dalam  novel  “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy dapat dilihat dalam kutipan-kutipan dibawah ini :
Kutipan 1
”Jujur saya mengenal dunia tulis menulis secara serius sejak kelas dua SMA.Ceritanya saya memiliki seorang kakak yang kuliah di luar negeri.Tepatnya di Universitas Al Azhar Mesir. Hampir tiap bulan kakak saya menulis surat untuk saya dan adik-adik saya. Saat itu saya yang paling tua jadi saya yang berkewajiban membalas surat-surat kakak saya.Ternyata, tidak terasa itu jadi latihan yang sangat efektif bagi saya.Sebab  seringkali  saya  harus  menulis  surat  sampai  belasan halaman saat menjawab surat kakak saya”.
”Suatu hari kakak saya menulis surat kepada saya. Dia bercerita bahwa dia sangat tersentuh membaca surat yang terakhir saya tulis untuknya. Ada satu perkataan kakak saya yang sampai sekarang masih saya ingat betul dan masih membekas dalam hati saya. Kakak saya menulis begini,
’Suratmu,  Adikku,  seolah  menjadi  oase  bagiku.  Di  tengah gersang  dan  panasnya  padang  Sahara  kerinduan  kepada  kalian, suratmu adalah pelepas dahaga sekaligus penyejuk jiwa. Bahasamu bukanlah bahasa anak SMA.Tapi bahasamu adalah bahasa jiwa para sastrawan dan pujangga yang orisinil lahir dari malakatun nafsi, bakat jiwa.Cobalah adikku kau gunakan bakatmu itu untuk menulis karya sastra.Semisal  puisi,  cerpen  atau  novel. Tulislah  dengan  serius. Niatkan demi mensyukuri karunia pemberian Allah.Dan niatkan untuk sedikit-sedikit mencari nafkah demi membahagiakan ibu kita tercinta.Aku sangat yakin jika kau serius kau akan jadi penulis yang cemerlang!’
Kalimat dari kakak tercinta itulah yang sangat memotivasi saya untuk kemudian belajar teknik menulis secara serius.Lalu saya mulai menulis.Setelah perjuangan berdarah-darah setengah tahun lamanya. Cerpen pertama saya berjudul ”Surat Cinta untuk Kakak” dimuat di majalah remaja Karima. Lalu saya terus menulis dan menulis.Dan akhirnya saya benar-benar dikenal sebagai penulis". (Habiburrahman, 2008:58-59)
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami bahwa Husna adalah  seseorang yang memiliki kebaikan yang tinggi. Dia memiliki hati nurani, karena dia menyadari bahwa apa yang telah diraihnya tidak terlepas dari jasa sang kakak, Husna sangat menyadari bahwa dia tak bisa sukses tanpa pengorbanan besar dari sang kakak.
Kutipan 2
Sementara  Zumrah  yang  duduk  di  bangku  depan  deretan hadirin, tak bisa menahan air matanya. Ia kagum sekaligus iri pada Husna, Bintun Nahl yang tak lain adalah Anna Althafunnisa dan pada seluruh santri putri yang sedemikian bergairah merajut masa depan. Mereka   dalam   pandangannya   ibarat   mata   air   jernih   yang menyejukkan  dan belum  tercampur  kotoran.  Sementara  ia  rasa dirinya ibarat comberan yang menjijikkan. Ia bertanya dalam hati mungkinkah ia kembali berseri seperti mereka? (Habiburrahman, 2008:63)
Dalam kutipan kedua dapat dipahami bahwa hati nurani Zumrah sebenarnya menyadari kalau dirinya tidak bahagia, dia juga menyadari kalau dirinya telah sangat kotor, ia tak bisa menahan air matanya. Ia kagum sekaligus iri pada Husna, Bintun Nahl yang tak lain adalah Anna Althafunnisa dan pada seluruh santri putri yang sedemikian bergairah merajut masa depan.
 Kutipan 3
Dengan tenang Husna menjawab pertanyaan itu, ”Dik Toni, yang perlu kamu lakukan adalah membuka pintu maafmu yang setulus-tulusnya pada orang yang menyakitimu. Jika kamu masih merasa sakit hati padahal dia sudah minta maaf maka itu berarti kamu belum benar benar memaafkannya. Salah satu ciri kita telah tulus memaafkan orang lain adalah jika kita tidak lagi terbelenggu oleh rasa sakit hati kita karena perbuatan orang lain itu. Memberi maaf itu Dik mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati.Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri! Dan ingat Dik, ketika kamu memberi maaf itu tidak berarti kamu lebih rendah atau  kalah.  Justru  ketika  kamu  bisa  memberi  maaf  kamu  telah menang  dan  kedudukanmu  lebih terhormat  dibandingkan  orang yang kau beri maaf!” (Habiburrahman, 2008:65)
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa Husna mempunya hati nurani yang sangat tinggi, Husna menyadari bahwa Memberi maaf itu mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati.Mampu menyingkirkan kebencian. Memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri. Dia menjelaskan hal itu pada Toni yang merupakan seorang peserta bedah buku yang mengajukan pertanyaan mengenai hal tersebut.
Kutipan 4.
Suasana menjadi hening seketika, mata Husna berkaca-kaca.Ia pun tak menduga kalau sahabatnya sampai mengalami perjalanan hidup seperti itu. Tangisnya pun pecah, ia tidak kuasa mendengar cerita sahabatnya itu. Ya, sebuah cerita yang benar-benar menyayat hatinya.Cerita tentang rasa sakit hati yang luar biasa pedih dari seorang sahabat.Ia merangkul sahabatnya itu. Keduanya menangis berangkulan. (Habiburrahman, 2008:72)
Dalam kutipan keempat dapat dipahami bahwa Husna memiliki hati nurani dan kebaikan yang sangat tinggi, dia turut merasakan kesedihan yang dirasakan sahabatnya.Husna menyadari betapa sahabatnya mengalami perjalanan hidup yang begitu berat, ketenangan dan kebaikan hidup tidak bisa dirasakan sahabatnya.
Kutipan 5
Sementara nun jauh di Jakarta sana. Tepatnya di sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan Furqan sedang berbaring di tempat tidurnya.Matanya berkaca.Ia masih didera perang batin yang masih berkecamuk dengan dahsyat di dalam dada.
………… Ia yakin ada penyakit dalam tubuhnya. Dan perkawinannya dengan Anna nanti akan menularkan penyakitnya pada Anna. Lalu pada anak-anak mereka.Ia lalu membayangkan seperti apa murkanya Anna dan marahnya keluarga besar Pesantren Wangen padanya. Lalu di   mana   rasa   takwanya   kepada   Allah?   Bukankah   apa   yang dilakukannya itu satu bentuk penipuan paling menyakitkan ummat manusia?
Nuraninya memintanya untuk bersikap layaknya orang-orang shaleh yang memiliki jiwa ksatria.Nuraninya memintanya untuk membatalkan saja pertunangan itu.Terserah alasannya yang penting tidak ada yang dizalimi karena ulahnya. (Habiburrahman, 2008:84-85)
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa Furqon memiliki hati nurani yang tinggi terhadap keburukan dan kesalahan dirinya yang semakin jauh dari Allah.Dari hatinya dan kebaikannya yang paling dalam dia berusaha untuk mengingatkan dan meyakinkan dirinya untuk tidak menzhalimi siapapun, khususnya tunangannya.Furqon tidak bisa melihat keadaan seperti ini, hal ini harus dihentikan.
Kutipan 6
Ia  bahagia  membaca  sms  itu.  Namun  juga  tersentak  bagai tersengat aliran listrik. Ia sangat mencintai Anna. Namun ia tidak boleh menyakitinya. Sedikitpun. Tanpa ia minta ia kembali teringat virus  yang  ia  rasa  bercokol  dalam  dirinya.  Virus  HIV.  Jika  ia melakukan itu sekarang, apakah ia tidak menyakiti Anna. Bagaimana kalau Anna tertular HIV?
Kesedihan dan nestapa tiba-tiba mendera dirinya.Ia tidak mau mengkhianati dirinya sendiri. Ia sangat mencintai Anna, ia tidak mau menyakitinya. Keinginannya untuk melakukan ibadah biologis perlahan-lahan surut. (Habiburrahman, 2008:217)
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Furqon memiliki hati nurani, dia tidak ingin Ana tertular penyakitnya. Dia benar berhati baik, ia enggan melakukan ibadah biologis walaupun Furqon telah menjadi suami Ana. Ia ingin melakukannya, tapi hati kecilnya dan  kebaikanya tidak tega utuk menyakiti Ana yang sangat dicintainya. Sungguh besar hati nurani Furqon utuk menerima kenyataan ini.
Kutipan 7
Azzam turun dan langsung melindungi dirinya dengan payung.Guntur menggelegar.Azzam merasa kerdil di tengah keagungan Tuhan.  (Habiburrahman, 2008:254)
Dalam kutipan ketujuh dapat dipahami bahwa Azam adalah  seseorang yang memiliki kebaikan yang tinggi. Dia memiliki hati nurani, karena dia menyadari bahwa masih ada yang lebih tinggi darinya, Azam sangat menyadari bahwa kecilnya dia dan tak berartinya dia bandingkan alam semesta yang merupakan satu dari ciptaan Allah SWT.
Kutipan 8
”Ya aku jahat.Tapi satu hal yang aku minta kau pertimbangkan, aku sangat mencintaimu, aku sangat menghormatimu, aku tidak ingin menyakitimu.Aku jahat mungkin, tapi nuraniku mencegahku untuk menyentuh mahkota kewanitaanmu.Kenapa?Karena aku tahu kau bisa tertular virus itu.Aku tidak mau terjadi itu padamu.Kalau aku mau aku bisa lebih jahat lagi.Malam pertama itu aku lakukan tugasku sebagai suami.Selesai.Kau dan aku kena HIV selesai. Ketika kau menggugatku aku akan gantian menggugatmu. Kau tidak mungkin tahu aku kena HIV-Tapi aku tidak lakukan itu!”  (Habiburrahman, 2008:305)
Dalam kutipan kedelapan dapat dikatakan bahwa, Furqon sagat mencintai Ana, walaupun dia berhak dan sangat ingin, tetapi dia tetap tidak menyentuh mahkota kewanitaan Ana.Furqon sangat mencintai Ana. Furqon tidak menyentuh mahkota kewanitaan Ana karena dia tahu Ana bisa tertular virus itu,  Furqon tidak mau terjadi itu pada Ana. Hati nurani dan kebaikan Furqon yang sangat mencintai istrinya mengalahkan penderitannya sendiri.
Kutipan 9
Ia tahan rasa sakitnya, tapi tetap saja ia tak kuat menanggung. Tiba-tiba ia merasa dingin yang amat sangat. Ia menggigil. Matanya meleleh.Ia ingat bayang kematian. Ia ingat semua dosa-dosanya di masa silam. Ia teringat Allah, Tuhan sekalian alam. Matanya meleleh ketika ia ingat Tuhan. Ia kembali merintih,
‘Tuhan Apakah untuk mengingat-Mu Aku harus sakit dulu’.(Habiburrahman, 2008:311)
Dalam  kutipan  kesembilan  dapat  dikatakan  bahwa,  Zumrah   memiliki hati nurani yang sangat tinggi, dia mengigat mati dan dzat yang menciptakan mati tatkala dia menderita sakit yang tak tertahankan. Dia pasrah kepada Tuhan Yang Maha Perkasa. Jiwa yang dekat kepada Sang Pencipta akan bahagia, walaupun diberi cobaan apapun pasti bisa menjalaninya.
4.1.2.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan dengan Hati Nurani
No
Data
Deskripsi
01:K1
”Jujur saya mengenal dunia tulis menulis secara serius sejak kelas dua SMA. Ceritanya saya memiliki seorang kakak yang kuliah di luar negeri. Tepatnya di Universitas Al Azhar Mesir. Hampir tiap bulan kakak saya menulis surat untuk saya dan adik-adik saya. Saat itu saya yang paling tua jadi saya yang berkewajiban membalas surat-surat kakak saya. Ternyata, tidak terasa itu jadi latihan yang sangat efektif bagi saya.  Sebab  seringkali  saya  harus  menulis  surat  sampai  belasan halaman saat menjawab surat kakak saya”.
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami bahwa Husna adalah  seseorang yang memiliki kebaikan yang tinggi. Dia memiliki hati nurani, karena dia menyadari bahwa apa yang telah diraihnya tidak terlepas dari jasa sang kakak, Husna sangat menyadari bahwa dia tak bisa sukses tanpa pengorbanan besar dari sang kakak.
 02:K2
Sementara  Zumrah  yang  duduk  di  bangku  depan  deretan hadirin, tak bisa menahan air matanya. Ia kagum sekaligus iri pada Husna, Bintun Nahl yang tak lain adalah Anna Althafunnisa dan pada seluruh santri putri yang sedemikian bergairah merajut masa depan. Mereka   dalam   pandangannya   ibarat   mata   air   jernih   yang menyejukkan  dan belum  tercampur  kotoran.  Sementara  ia  rasa dirinya ibarat comberan yang menjijikkan. Ia bertanya dalam hati mungkinkah ia kembali berseri seperti mereka?
Dalam kutipan kedua dapat dipahami bahwa hati nurani Zumrah sebenarnya menyadari kalau dirinya tidak bahagia, dia juga menyadari kalau dirinya telah sangat kotor, ia tak bisa menahan air matanya. Ia kagum sekaligus iri pada Husna, Bintun Nahl yang tak lain adalah Anna Althafunnisa dan pada seluruh santri putri yang sedemikian bergairah merajut masa depan.
03:K3
Dengan tenang Husna menjawab pertanyaan itu, ”Dik Toni, yang perlu kamu lakukan adalah membuka pintu maafmu yang setulus-tulusnya pada orang yang menyakitimu. Jika kamu masih merasa sakit hati padahal dia sudah minta maaf maka itu berarti kamu belum benar benar memaafkannya. Salah satu ciri kita telah tulus memaafkan orang lain adalah jika kita tidak lagi terbelenggu oleh rasa sakit hati kita karena perbuatan orang lain itu. Memberi maaf itu Dik mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati. Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri! Dan ingat Dik, ketika kamu memberi maaf itu tidak berarti kamu lebih rendah atau  kalah.  Justru  ketika  kamu  bisa  memberi  maaf  kamu  telah menang  dan  kedudukanmu  lebih terhormat  dibandingkan  orang yang kau beri maaf!”
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa Husna mempunya hati nurani yang sangat tinggi, Husna menyadari bahwa Memberi maaf itu mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati. Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri. Dia menjelaskan hal itu pada Toni yang merupakan seorang peserta bedah buku yang mengajukan pertanyaan mengenai hal tersebut.
04:K4
Suasana menjadi hening seketika, mata Husna berkaca-kaca. Ia pun tak menduga kalau sahabatnya sampai mengalami perjalanan hidup seperti itu. Tangisnya pun pecah, ia tidak kuasa mendengar cerita sahabatnya itu. Ya, sebuah cerita yang benar-benar menyayat hatinya. Cerita tentang rasa sakit hati yang luar biasa pedih dari  seorang sahabat. Ia merangkul sahabatnya itu. Keduanya menangis berangkulan
Dalam kutipan keempat dapat dipahami bahwa Husna memiliki hati nurani dan kebaikan yang sangat tinggi, dia turut merasakan kesedihan yang dirasakan sahabatnya. Husna menyadari betapa sahabatnya mengalami perjalanan hidup yang begitu berat, ketenangan dan kebaikan hidup tidak bisa dirasakan sahabatnya.
05:K5
Nuraninya memintanya untuk bersikap layaknya orang-orang shaleh yang memiliki jiwa ksatria. Nuraninya memintanya untuk membatalkan saja pertunangan itu. Terserah alasannya yang penting tidakada yang dizalimi karena ulahnya.
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa Furqon memiliki hati nurani yang tinggi terhadap keburukan dan kesalahan dirinya yang semakin jauh dari Allah. Dari hatinya dan kebaikannya yang paling dalam dia berusaha untuk mengingatkan dan meyakinkan dirinya untuk tidak menzhalimi siapapun, khususnya tunangannya. Furqon tidak bisa melihat keadaan seperti ini, hal ini harus dihentikan.
06:K6
Ia  bahagia  membaca  sms  itu.  Namun  juga  tersentak  bagai
tersengat aliran listrik. Ia sangat mencintai Anna. Namun ia tidak
boleh menyakitinya. Sedikitpun. Tanpa ia minta ia kembali teringat virus  yang  ia  rasa  bercokol  dalam  dirinya.  Virus  HIV.  Jika  ia melakukan itu sekarang, apakah ia tidak menyakiti Anna. Bagaimana
kalau Anna tertular HIV?
Kesedihan dan nestapa tiba-tiba mendera dirinya. Ia tidak mau mengkhianati dirinya sendiri. Ia sangat mencintai Anna, ia tidak mau menyakitinya. Keinginannya   untuk melakukan   ibadah   biologis perlahan-lahan surut
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Furqon memiliki hati nurani, dia tidak ingin Ana tertular penyakitnya. Dia benar berhati baik, ia enggan melakukan ibadah biologis walaupun Furqon telah menjadi suami Ana. Ia ingin melakukannya, tapi hati kecilnya dan  kebaikanya tidak tega utuk menyakiti Ana yang sangat dicintainya. Sungguh besar hati nurani Furqon utuk menerima kenyataan ini.
07:K7
Azzam turun dan langsung melindungi dirinya dengan payung. Guntur menggelegar. Azzam merasa kerdil di tengah keagungan Tuhan.
Dalam kutipan ketujuh dapat dipahami bahwa Azam adalah  seseorang yang memiliki kebaikan yang tinggi. Dia memiliki hati nurani, karena dia menyadari bahwa masih ada yang lebih tinggi darinya, Azam sangat menyadari bahwa kecilnya dia dan tak berartinya dia bandingkan alam semesta yang merupakan satu dari ciptaan Allah SWT.
08:K8
”Ya aku jahat. Tapi satu hal yang aku minta kau pertimbangkan, aku sangat mencintaimu, aku sangat menghormatimu, aku tidak ingin menyakitimu. Aku jahat mungkin, tapi nuraniku mencegahku untuk menyentuh mahkota kewanitaanmu. Kenapa? Karena aku tahu kau bisa tertular virus itu. Aku tidak mau terjadi itu padamu. Kalau aku mau aku bisa lebih jahat lagi. Malam pertama itu aku lakukan tugasku sebagai suami. Selesai. Kau dan aku kena HIV selesai. Ketika kau menggugatku aku akan gantian menggugatmu. Kau tidak mungkin tahu aku kena HIV-Tapi aku tidak lakukan itu!” 
Dalam kutipan kedelapan dapat dikatakan bahwa, Furqon sagat mencintai Ana, walaupun dia berhak dan sangat ingin, tetapi dia tetap tidak menyentuh mahkota kewanitaan Ana. Furqon sangat mencintai Ana. Furqon tidak menyentuh mahkota kewanitaan Ana karena dia tahu Ana bisa tertular virus itu,  Furqon tidak mau terjadi itu pada Ana. Hati nurani dan kebaikan Furqon yang sangat mencintai istrinya mengalahkan penderitannya sendiri.
09:K9
Ia tahan rasa sakitnya, tapi tetap saja ia tak kuat menanggung. Tiba-tiba ia merasa dingin yang amat sangat. Ia menggigil. Matanya meleleh. Ia ingat bayang kematian. Ia ingat semua dosa-dosanya di masa silam. Ia teringat Allah, Tuhan sekalian alam. Matanya meleleh ketika ia ingat Tuhan. Ia kembali merintih,
‘Tuhan Apakah untuk mengingat-Mu Aku harus sakit dulu’.
Dalam  kutipan  kesembilan  dapat  dikatakan  bahwa,  Zumrah   memiliki hati nurani yang sangat tinggi, dia mengigat mati dan dzat yang menciptakan mati tatkala dia menderita sakit yang tak tertahankan. Dia pasrah kepada Tuhan Yang Maha Perkasa. Jiwa yang dekat kepada Sang Pencipta akan bahagia, walaupun diberi cobaan apapun pasti bisa menjalaninya.
Dalam analisis nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani yang terdapat   dalam   novel   “Ketika Cinta Bertasbih 2”  di atas, nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani, yaitu memiliki rasa kesadaran terhadap dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan yang  dikatakan  Bertens (2004:52) ”bahwa  hati  nurani  berkaitan  erat  dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran”. Kesadaran diri akan kesalahan dan penyesalan yang berasal dari lubuk hati yang terdalam yaitu hati nurai. Berbuat baik kepada sesama, berbuat baik kepada siapapun merupakan kewajiban setiap manusia. Menurut Suseno ( 1989:57) “bahwa suara hati atau hati nurani itu mutlak, yang mutlak dalam suara hati adalah tuntuttan untuk tidak pernah menyeleweng dari apa yang kia sadari sebagai kewajiban kita”. Hati nurani kita tidak akan senang apabila kita hidup diatas pendeitaan orang lain.
4.1.3             Nilai Moral yang Berkaitan dengan Kewajiban dalam Novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy
Sesuai pada bagian penjelasan teori nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban adalah mempelajari aturan-aturan moral  yang berlaku dalam prbuatan kita (Bertens, 2004:212). Nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban  dalam   novel “Ketika Cinta Bertasbih 2”  Karya Habiburrahman El-Shirazy dapat dilihat pada kutipan di bawah ini :
Kutipan 1
”Ya sama saja tho Zum. Bagi kalangan pesantren, ngumbar aurat itu mungkin lebih jorok dari sepatu kotor yang belepotan lumpur. Hanya  bedanya  lumpur  itu  joroknya  tampak  zahir,  sedangkan mengumbar  aurat  termasuk  pusarmu  itu  joroknya  kasat  mata. Joroknya lebih gawat sebab bisa meracuni jiwa.”
”Aduh Na, aku turun di sini saja! Sejak dulu aku tidak akan pernah menang debat sama kamu! Aku jadi tidak enak kalau masuk pesantren dengan pakaian seperti ini.”Husna mengurangi kecepatan sepeda motornya.
…...
”Maaf Zum tidak bisa.Bukan apa-apa.Bukan aku tidak menghormatimu.Tapi aku belum shalat dhuhur.Dan acaraku tepat setengah dua.Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai. Lagian janji kita kan habis ashar di pesantren. Dan kau sepakat.” (Habiburrahman, 2008:49-50)
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami  bahwa  Husna  memilik kewajiban terhadap temannya untuk mendidik dan memberikan pembelajaran tentang ilmu agama kepada Zumroh. Husna menyadari bahwa Zumrah butuh bantuannya, tapi Husna masih memiliki kewajiban untuk menghadiri undangan di pesantren  dan mengerjakan salat Zhuhur. Kewajiban Husna adalah kewajiban kepada orang lain dan kepada sang pencipta.
Kutipan 2
”Setahun setelah kakak di Cairo, ayah meninggal dunia karena kecelakaan.Dunia seperti gelap bagi saya.lbu nyaris tidak berdaya, sering sakit, dan baru melahirkan adik kami paling bungsu. Di saat seperti itulah kakak saya di Cairo mengambil perannya sebagai tulang punggung  sekaligus  pengayom  keluarga  dari  jauh.  Kakak  saya bekerja mati-matian di Cairo. Dia berjualan tempe di sana demi menghidupi kami di Indonesia. Demi agar saya dan adik adik saya tidak putus sekolah.Kami hidup mengandalkan kiriman uang tiap bulan dari Cairo.Saya bisa selesai kuliah juga mengandalkan kiriman kakak saya dari Cairo.  (Habiburrahman, 2008:59)
Dalam  kutipan  kedua  dapat  dipahami,  bahwa  Azam mempunyai  kewajiban  sebagai  seorang  anak tertua  untuk  menafkahi ibu dan adik-adiknya setelah bapaknya meninggal dunia, walaupun sebenarnya dia sedang sibuk dengan kuliahnya. Jadi kewajiban anak adalah berbakti kepada orang tua mereka.
Kutipan 3
”Yang pertama kali harus kau lakukan adalah kau memaafkan ayah dan ibumu.Maafkanlah mereka dengan setulus hati. Barulah setelah itu kau akan bisa hidup. Jika kau tidak bisa memaafkan mereka dengan tulus kau akan terus terbelenggu. Tadi di acara bedah aku katakan memberi maaf itu mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati.Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri!
(Habiburrahman, 2008:73)
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa Husna memiliki kewajiban untuk mengingatkan Zumroh untuk memaafkan orang tuanya dengan setulus hati, Barulah setelah itu dia akan bisa hidup. Jika dia tidak bisa memaafkan mereka dengan tulus dia akan terus terbelenggu. Sebagai seorang sahabat, Husna memiliki kewajiban untuk mengingatkan sahabatnya.
Kutipan 4
Seorang pria setengah baya datang mengawalnya. Sejurus kemudian ia sudah dikepung belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya.(Habiburrahman, 2008:73)
Dalam kutipan keempat dapat dipahami bahwa tokoh pria setengah baya adalah seorang pengawal yang memiliki kewajiban untuk mengikuti kemanapun bosnya pergi, mengikuti apa yang dikatakannya. Tokoh pria setengah baya mengawal Eliana dari kepungan belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya, karena  tokoh pria setengah baya memiliki  kewajiban  terhadap bosnya, dia berusaha untuk  selalu bersama bosnya.
Kutipan 5
”Ya sudah tidak apa-apa.Terima kasih Dik ya, sudah menjemput kakak.”
”Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban Kak.” (Habiburrahman, 2008:111)
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa Husna memiliki kewajiban
untuk menjemput kakaknya. Husna berkata pada kakaknya agar tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban.Sebagai seorang adik yang berbakti, Husna memliki kewajiban untuk menjemput kakaknya yang baru datang dari   Cairo yang selama ini telah membiayainya, ibunya dan adiknya.
Kutipan 6
”Aku siap beribadah Mas.Aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga.Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung.  Dan Mas Furqanlah sang  pematung  itu.”  Kata Anna sambil perlahan hendak melepas kaos putih ketat yang menempel tubuhnya.(Habiburrahman, 2008:218)
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Ana sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga.Ana siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung.Dan suaminyalah sang  pematung  itu. Kewajibanya Ana sebagai orang yang beriman untuk selalu mengabdikan dirinya ke jalan yang diridoi oleh Allah.Yaitu dengan selalu mengabdikan dirinya kepada suaminya.Itu lah kewajiban seorang muslimi untuk selalu mengabdikan dirinya ke jalan yang lurus bukan yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Kutipan 7
”Itu waktu dia wisuda di ITB.Setelah itu dia S2 Matematika di Belanda. Saat aku bertemu denganmu dia baru pulang dua minggu dan minta dicarikan jodoh yang bisa membimbingnya baca Al-Quran dan  bisa  mengimaminya  shalat.  Bapak  anggap  ketika  bertemu denganmu  engkaulah  orangnya.  Cocok.  Sama-sama  lulusan  luar negeri. Bapak tunggu dari hari ke hari dan minggu ke minggu, kau tidak datang.Bapak punya pikiran kau mungkin sudah ada calon.  (Habiburrahman, 2008:266)
Dalam kutipan ketuju dapat dipahami bahwa, pak Jazuli memiliki kewajiban sebagai seorang ayah untuk mencarikan suami putrinya ketika sang anak sudah tiba saatnya menikah. Pak Jazuli berusaha mencarikan suami yang terbaikuntuk putrinya dengan penuh cinta dan kasih, itulah kewajiban dari seorang ayah.Pak Jazuli berusaha untuk bisa menjadi ayah yang baik bagi putrinya.
4.1.3.1       Tabel Nilai Moral yang Berkaitan denganKewajiban
No
Data
Deskripsi
01:K1
”Ya sama saja tho Zum. Bagi kalangan pesantren, ngumbar aurat itu mungkin lebih jorok dari sepatu kotor yang belepotan lumpur. Hanya  bedanya  lumpur  itu  joroknya  tampak  zahir,  sedangkan mengumbar  aurat  termasuk  pusarmu  itu  joroknya  kasat  mata. Joroknya lebih gawat sebab bisa meracuni jiwa.”
”Aduh Na, aku turun di sini saja! Sejak dulu aku tidak akan pernah menang debat sama kamu! Aku jadi tidak enak kalau masuk pesantren dengan pakaian seperti ini.” Husna mengurangi kecepatan sepeda motornya.
…...
”Maaf Zum tidak bisa. Bukan apa-apa.  Bukan aku tidak menghormatimu. Tapi aku belum shalat dhuhur. Dan acaraku tepat setengah dua. Sekarang pembukaan acara mungkin sudah dimulai. Lagian janji kita kan habis ashar di pesantren. Dan kau sepakat.”
Dalam kutipan kesatu dapat dipahami  bahwa  Husna  memilik kewajiban terhadap temannya untuk mendidik dan memberikan pembelajaran tentang ilmu agama kepada Zumroh. Husna menyadari bahwa Zumrah butuh bantuannya, tapi Husna masih memiliki kewajiban untuk menghadiri undangan di pesantren  dan mengerjakan salat Zhuhur. Kewajiban Husna adalah kewajiban kepada orang lain dan kepada sang pencipta.
02:K2
Setahun setelah kakak di Cairo, ayah meninggal dunia karena
kecelakaan. Dunia seperti gelap bagi saya. lbu nyaris tidak berdaya, sering sakit, dan baru melahirkan adik kami paling bungsu. Di saat seperti itulah kakak saya di Cairo mengambil perannya sebagai tulang punggung  sekaligus  pengayom  keluarga  dari  jauh.  Kakak saya bekerja mati-matian di Cairo. Dia berjualan tempe di sana demi menghidupi kami di Indonesia. Demi agar saya dan adik adik saya tidak putus sekolah. Kami hidup mengandalkan kiriman uang tiap bulan dari Cairo. Saya bisa selesai kuliah juga mengandalkan kiriman kakak saya dari Cairo
Dalam  kutipan  kedua  dapat  dipahami,  bahwa  Azam mempunyai  kewajiban  sebagai  seorang  anak tertua  untuk  menafkahi ibu dan adik-adiknya setelah bapaknya meninggal dunia, walaupun sebenarnya dia sedang sibuk dengan kuliahnya. Jadi kewajiban anak adalah berbakti kepada orang tua mereka.
03:K3
Yang pertama kali harus kau lakukan adalah kau memaafkan
ayah dan ibumu. Maafkanlah mereka dengan setulus hati. Barulah setelah itu kau akan bisa hidup. Jika kau tidak bisa memaafkan mereka dengan tulus kau akan terus terbelenggu. Tadi di acara bedah aku katakan memberi maaf itu mampu membuka belenggu-belenggu sakit hati. Mampu menyingkirkan kebencian. Dan memaafkan adalah kekuatan yang sanggup menghancurkan rasa mementingkan diri sendiri
Dalam kutipan ketiga dapat dipahami bahwa Husna memiliki kewajiban untuk mengingatkan Zumroh untuk memaafkan orang tuanya dengan setulus hati, Barulah setelah itu dia akan bisa hidup. Jika dia tidak bisa memaafkan mereka dengan tulus dia akan terus terbelenggu. Sebagai seorang sahabat, Husna memiliki kewajiban untuk mengingatkan sahabatnya.
04:K4
Eliana  menyaksikan  adegan  itu  dengan  hati  haru.  Ia  juga meneteskan air mata, tapi segera ia hapus dengan sapu tangannya. Belasan wartawan terus membidikkan gambar ke arahnya. Seorang pria setengah baya datang mengawalnya. Sejurus kemudian ia sudah dikepung belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya. 
Dalam kutipan keempat dapat dipahami bahwa tokoh pria setengah baya adalah seorang pengawal yang memiliki kewajiban untuk mengikuti kemanapun bosnya pergi, mengikuti apa yang dikatakannya. Tokoh pria setengah baya mengawal Eliana dari kepungan belasan wartawan yang ternyata sudah menunggu sejak pagi untuk mewawancarainya, karena  tokoh pria setengah baya memiliki  kewajiban  terhadap bosnya, dia berusaha untuk  selalu bersama bosnya.
05:K5
”Tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban Kak.” 
Dalam kutipan kelima dapat dipahami bahwa Husna memiliki kewajiban
untuk menjemput kakaknya. Husna berkata pada kakaknya agar tidak perlu berterima kasih atas sebuah kewajiban. Sebagai seorang adik yang berbakti, Husna memliki kewajiban untuk menjemput kakaknya yang baru datang dari   Cairo yang selama ini telah membiayainya, ibunya dan adiknya.
06:K6
”Aku siap beribadah Mas. Aku sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Aku siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung.  Dan Mas Furqanlah sang  pematung  itu.”  Kata Anna sambil perlahan hendak melepas kaos putih ketat yang menempel tubuhnya.
Dalam kutipan keenam dapat dipahami bahwa Ana sudah siap untuk menyerahkan jiwa dan raga. Ana siap untuk menjadi lempung di tangan seorang pematung.  Dan suaminyalah sang  pematung  itu. Kewajibanya Ana sebagai orang yang beriman untuk selalu mengabdikan dirinya ke jalan yang diridoi oleh Allah. Yaitu dengan selalu mengabdikan dirinya kepada suaminya. Itu lah kewajiban seorang muslim untuk selalu mengabdikan dirinya ke jalan yang lurus bukan yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
07:K7
”Itu waktu dia wisuda di ITB. Setelah itu dia S2 Matematika di Belanda. Saat aku bertemu denganmu dia baru pulang dua minggu dan minta dicarikan jodoh yang bisa membimbingnya baca Al-Quran dan  bisa  mengimaminya  shalat.  Bapak  anggap  ketika  bertemu denganmu  engkaulah  orangnya.  Cocok.  Sama-sama  lulusan  luar negeri. Bapak tunggu dari hari ke hari dan minggu ke minggu, kau tidak datang. Bapak punya pikiran kau mungkin sudah ada calon.
Dalam kutipan ketuju dapat dipahami bahwa, pak Jazuli memiliki kewajiban sebagai seorang ayah untuk mencarikan suami putrinya ketika sang anak sudah tiba saatnya menikah. Pak Jazuli berusaha mencarikan suami yang terbaik untuk putrinya dengan penuh cinta dan kasih, itulah kewajiban dari seorang ayah. Pak Jazuli berusaha untuk bisa menjadi ayah yang baik bagi putrinya.
Kewajiban   adalah   suatu   yang   harus   dikerjakan,   sesuatu   yang harus dilaksanakan. Dalam analisis nilai moral yang berkaitan degan kewajiban yang  terdapat  dalam  novel  “Ketika Cinta Bertasbih 2”   di atas, nilai moral yang berkaitan dengan kewajiban adalah, kewajiaban untuk menjaga keimanan Kepada Allah, Burhanudin (2000:194) mengatakan “beriman adalah menyakini bahwa Dia sungguh-sungguh ada,  Dia memiliki  segala sifat kesempurnaan dan  sunyi dari segala kekurangan”. Mengingatkan sesama manusia sangatlah penting, bila kita merasa teman. Tetapi bila teman  kita sudah menyimpang dari ajaran agama islam maka kita memiliki kewajiban untuk mengingatkanya. Kewajiban kita sebagai seorang anak adalah berbakti kepda orang tuanya selagi masih di jalan Allah.Kewajiban kita sebagai saudara adalah membantu saudaranya selagi masih di jalan Allah.Kewajiban kita sebagai orang tua adalah mendidik anak di jalan Allah dan memberikan yang terbaik untuk anaknya.





Comments

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA