CINTA DAN DERITA,
PURNAMA TANGGAL SATU
“ Tolong…. tolong… tolong…!!!” seseorang berteriak
minta tolong di malam hari.
“ hahahaha… hahaha… hahaha….!!!” Yang lain tertawa
keras.
Suara orang-orang yang berlari menuju tempat
teriakan bergemuruh bak suara lebah.
" ada apa ini ribut-ribut???” bentakku di
depan kamar kosku.
“ gak tahu, kayaknya mahasiswi
yang kos di sebelah teriak-teriak minta tolong” jawab seorang temanku yang
kebetulan berada di dekat pintu rumah kosan.
“ Cak...! Tolong cak! Tolong...!
teman saya kerasukan dan sekarang dia lari ke Aula sebelah kos-kosan kami!”
tiba-tiba seorang mahasiswi muncul minta tolong sambil ngos-ngosan.
Sepontan, teman-teman kosku
yang mendengar penuturan mahasiswi tadi langsung berlari menuju ke Aula untuk
menolong mahasiswi yang kerasukan. Tapi,
dari sekian mahasiswa yang pergi ke Aula hanya satu yang memiliki kemampuan
mengobati orang kerasukan, itupun Cuma sedikit. Sedangkan yang lain Cuma carmuk
alias cari muka. Aku juga pergi ke Aula ingin tahu siapa yang kerasukan dan
bagaimana teman-temanku menolongnya.
Ternyata, sesampainya aku disana, suasana di Aula itu
kacau balau. Para mahasiswa yang mencoba menolong kewalahan. Bagaimana tidak?
Mahasiswi yang pertama belum sembuh, mahasiswi yang lain ikut-ikutan kerasukan
juga. Teman-temanku kewalahan menolong mereka yang kerasukan. Mahasiswi yang
kerasukan memberontak, memukul dan menedang siapa saja yang menghadangnya.
“aaagh....!!!” seorang temanku
terpental kebelakang dan menabrak tembok Aula karena terkena pukulan mahasiswi
yang kerasukan. Suasana pun semakin kacau tak terkendali. Para mahasiswa yang
sok jadi pahlawan kesiangan berjatuhan terkena pukulan para mahasiswi yang
kerasukan. Kasihan juga mereka, mau untung malah buntung. Akhirnya aku turun
tangan untuk mengobati mereka. Kasihan juga aku melihat mereka tidak
sembuh-sembuh. Pasti mereka kesakitan, apalagi sang pahlawan kesiangan yang
tadi terpental menabrak tembok Aula.
Dengan membaca basmalah aku maju dan memegang tangan
seorang mahasiswi yang dalam penglihatan batinku dia
dirasuki pimpinan para jin yang sedang beraksi itu. Aku menekan jari manisnya
kuat-kuat sambil membaca doa. Jin yang merasukinya teriak-teriak kesakitan dan
mencoba memberontak mau melepaskan diri. Tapi aku segera memegang tangan yang satunya
dan menarik kedu tangannnya kebelakang lalu aku mengalungkan tasbihku pada
mahasiswi tadi.
“ampun....! ampun....!
ampun....! aku kapok, aku gak kuat sakit..., ampun....! jerit jin itu minta
ampun.
“aku tidak akan melepaskanmu!
Aku akan membunuhmu karena kau telah mengganggu teman-temanku! Aku akan
membunuhmu!” bentakku pada jin itu.
“tidak..., jangan! Jangan bunuh
aku! Aku masih ingin hidup, aku berjanji kalau kau melepaskan aku, aku akan
jadi pelayanmu, aku akan mematuhi semua perintahmu, aku dan semua anak buahku
akan menjadi pelayanmu. Tolonglah ampuni aku!” ratap jin itu memohon.
“baiklah, akan kulepaskan kau.
Tapi kalau kau ingkar janji, aku akan mencarimu dan akan membunuhmu beserta
para kerabatmu. Faham!!!” ancamku pada jin itu.
“iya, aku faham, aku tidak akan
ingkar janji” ucap jin itu sungguh-sungguh.
“satu lagi, kau beserta anak
buahmu harus masuk islam dulu, baru aku lepaskan kau” aku mengajukan syarat
lagi pada jin itu.
“baiklah, aku dan semua anak
buahku akan masuk islam sekarang juga. Tapi lepaskan aku dulu,” ujar jin itu
menyanggupi.
Aku pun melapaskannya dan
mengeluarkannya dari tubuh mahasiswi cantik yang dirasukinya. Pimpinan jin tadi
dan semua anak buahnya pun mengucapkan dua kalimat syahadat secara bersamaan di
depanku lalu mereka pergi ke tempat mereka.
Setelah jin-jin itu pergi, para mahasiswi yang kerasukan
pun sadar. Semua temanku terdiam menatapku. Sepertinya mereka belum percaya
dengan apa yang baru saja terjadi. Wajar saja mereka heran karena dari sekian
mahasiswa yang ada di Aula itu tidak satu pun dari mereka yang tahu kalau aku
memiliki ilmu kebatinan atau ilmu gaib. Setahu mereka aku hanya mahasiswa yang
pendiam, tidak banyak bergaul dan tidak suka mencampuri urusan orang lain.
Wajarlah jika mereka heran melihatku yang pendiam tiba-tiba bisa mengalahkan
para jin yang mengacau dengan mudah. Tapi aku tidak mau tahu dengan keheranan
mereka. Aku memapah mahasiswi yang kuobati tadi karena fisiknya lemah. Mungkin
dia kelelahan karena habis teriak-teriak sambil lari-lari waktu kerasukan tadi.
Karena fisiknya semakin lemah dan dia susah berjalan walaupun sudah kupapah,
aku pun menggotongnya ke kamar kosnya. Disaat menggotongnya aku memandangi
wajahnya yang sangat cantik. Dia tetap cantik walaupun tanpa bedak dan dalam
keadaan kelelahan.
“siapa namamu? Tanyaku ketika
sudah sampai di kamar kosnya.
“namaku Shalihah,
Jamilatusshalihah” jawabnya lembut.
‘aku Ahmad Abdullah” aku
memperkenalkan namaku.
“terima kasih ya telah
menolongku,” ujarnya kalem.
‘sama-samalah, aku kan hanya melaksanakan
tugasku” ucapku basa-basi.
“aku balik dulu ya ke kamarku,
tapi sebelum aku balik, aku akan mengarimu dangan pagar gaib agar kau tidak
dirasuki jin lagi” aku menjelaskan padanya.
“iya, sekali lagi terima kasih
ya!” ucapnya lembut.
Aku pun kembali ke kamarku
setelah aku memagari Shalihah dengan pagar gaib.
Sesampainya di rumah kos, aku disambut dengan tatapan
aneh teman-temanku. Seolah-olah mereka meminta penjelasan padaku mengenai
kejadian tadi. Tapi aku pura-pura tidak mengerti arti tatapan mereka. Aku
membalas tatapan mereka satu persatu menggunakan sedikit tenaga dalam. Jadilah
mereka mengucek-ngucek mata mereka yang tiba-tiba perih seperti di tabrak
nyamuk. Aku pun masuk ke kamarku lalu tidur.
*****
Setelah kejadian waktu itu, hubunganku dengan teman-temanku semakain baik.
Kami tambah akrab. Bukan Cuma para mahasiswa, tapi juga para mahasiswi menjadi
sok akrab denganku. Tapi aku senang, temanku bertambah banyak.
Seiring waktu
berjalan, hari demi hari berlalu tanpa bisa di hentikan. Hubunganku dengan
teman-temanku semakin baik, khususnya hubunganku dengan Shalihah. Sejak
kejadian bulan lalu itu, aku selalu ingin bersmanya. Sepertinya virus cinta
sudah mulai merasuki hatiku. Aku dan Shalihah selalu berangkat kuliah bersama.
Kebetulan kami sama-sama kuliah di UGM (Universitas Gondanglegi Malang) dan
berada dalam satu fakultas tapi beda jurusan.
☺☺☺
Lidah mentari menjilat tubuhku
Panasnya meluluhkan hatiku
Yang telah lama membeku
Karena peristiwa masa lalu
Yang suram dan kelabu
Angin
sepoi sepoi menyapaku
Sejuknya
mendamaikan hatiku
Yang
telah lama berseteru
Terimakasih
Tuhanku
Atas
karuniaMu.
☺☺☺
Tiga bulan telah berlalu sejak
kejadian waktu itu. Akhirnya aku memantapkan hatiku untuk menyatakan cintaku
pada Shalihah. Sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyatakannya.
Akhirnya waktu yang kutunggu pun tiba. Shalihah mengundangku pada acara ulang
tahunnya yang akan dilaksanakan nanti malam.
Setelah acara usai dan teman-teman sudah pada pulang, aku menemui
Shalihah secara pribadi.
“assalamualaikum neng
Shalihah!” sapaku ketika aku sudah di belakangnya.
“wa alaikum salam cak Ahmad”
jawabnya lembut.
“selamat ulang tahun ya! Semoga
panjang umur dan sehat selalu!” ucapku sambil memberikan kado.
“amiiiiinnn..... terimakasih
ya!” ucapnya lembut sambil mengambil kadoku.
“Shalihah, aku ingin bicara
serius denganmu. Bisakah kita kesana?” ucapku sambil menunjuk ke arah samping
kanan yang agak sepi.
“bisa, emang mau bicara apa
sih?” dia bertanya sambil berjalan.
”jujur, sejak kejadian malam
itu, aku selalu terbayang dirimu, aku selalu ingin bersamamu. Aku selalu merasa
nyaman dan tenang saat bersamamu. Aku takbisa jauh darimu” ucapku memulai
pembicaran inti.
“terus aku harus bagaimana? Aku
gak faham maksudmu,” Shalihah berkomentar.
“Shalihah, aku mencintaimu, aku
menyayangimu. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Maukah kau menjadi kekasihku???’
ucapku langsung kesasaran.
“cak Ahmad, maaf ya! Bukannya
aku menolak. Jujur, aku juga merasakan seperti apa yang cak Ahmad rasakan sejak
kita bertemu pada kejadian waktu itu. Aku selalu merasa nyaman dan aman jika
berada di sisimu. Aku ingin sekali selalu berada di dekatmu. Tapi aku ragu,
apakah dirimu juga merasakan hal yang sama? Tapi sekarang keraguanku telah
hilang. Aku mau menjadi kekasihmu” jawabnya diplomatis.
“jadi? Kau menerima cintaku?
Kau mau menjadi kekasihku?” tanyaku meminta ketegasan.
“iya, aku terima cintamu, aku
mau manjadi kakasihmu.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“terimakasih ya! Kau yang
terindah dalam hidupku.” Ucapku sambil memeluknya.
JJJ
Hari
demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Tanpa terasa sudah dua tahun aku dan
Shalihah menjalin hubungan asmara. Selama itu belum ada masalah yang berarti
bagi kami.Hanya masalah-masalah kecil yang datangnya dari orang-orang yang iri
pada hubungan kami.Banyak pihak-pihak yang ingin menghancurkan hubungan
kami.Tapi semua masalah-masalah itu tidak bisa membuat hubungan kami
berantakan, malah dengan munculnya masalah-masalah itu menjadikan cinta kami
semakin besar dan kuat.Hubungan yang kami jalani sudah mendapatkan dukungan
dari orang tua kami.Keluarga Shalihah sangat setuju dengan hubungan kami ini
meskipun pada awalnya mereka menentangnya.Tapi, setelah kutolong ibu dan adik
Shalihah yang terkena santet dari tetangganya, mereka langsung merestui
hubungan kami, bahkan mereka menginginkan kami segera menikah.Tapi, orang tuaku
tidak setuju kalau kami menikah sebelum kami selesai kuliah.
Suatu
ketika Shalihah datang padaku disaat aku sedang duduk di depan kosanku.
“gimana kuliahnya tadi?, seru?” aku
memulai pembicaraan ketika dia sampai di dekatku.
“seru apanya?, dosennya cerewet banget,
salah satu kalimat saja dalam penulisan judul makalah, kami satu kelas
diceramahi” jawabnya ketus.
“hus, jangan ngomong gitu, walau
bagaimanapun beliau tetap gurumu yang wajib dihormati” timpalku.
“ia sih, tapi tetep aja dia cerewet,
sebel aku” dia mengerutu.
“ya udah jangan ngomongin itu lagi, ntar
kuwalat” timpalku lagi.
“eh cak, ceritain donk masa lalumu yang
katamu suram dan kelabu itu, Seperti ungkapanmu dalam puisimu yang berjudul
Jiwaku” dia meminta.
“emangnya ada apa kok kamu ingin aku
menceritakannya? Tanyaku.
“ya aku penasaran aja, dan aku juga
ingin tahu alasanmu kenapa kamu dari dahulu tidak mau pacaran” jawabnya simple.
“cerita yang bagian mana nih yang mau
didengar? Tantangku.
“cerita tentang kisah percintaanmu atau
tentang persahabatanmu dengan para sahabatmu dulu” dia menjawab.
“baiklah kalau memang itu yang ingin kau
dengar, akan kuceritakan semuanya secara lengkap” aku menyanggupi.
“benernih mau cerita? Ngak berat
dikamu?” dia bertanya meyakinkanku.
“uda, jangan banyak Tanya. Dengarkan
saja ceritaku” jawabku simple “baiklah aku siap menyimak” sambungnya.
“inilah kisahku, simak baik-baik dan
jangan komentar sebelum aku selesai, oke!”
“oke!!!”
Aku pun menceritakan kisahku mulai dari
kepergian Dewi kepasar sampai aku berangkat mondok.
JJJ
Anugerah membawa derita bagiku dan sahabatku.Aku kehilangan sahabat
karibku gara-gara mendapat anugerah.Sahabatku mengalami kecelakaan maut setelah
dia mendapatkan anugerah kelulusan.Dia telah lulus UNAS di MI tempat dia sekolah.
“ kak Ahmad, mbak Nisa, aku lulus UNAS, aku dapat rangking satu
sekabupaten” ujar Dewi padaku dan Nisa.
“wah! Hebat kamu Wi! Selamat ya!”Nisa memuji Dewi dan mengucapkan
selamat.
“iya, hebat kamu Wi! Kalah aku, dulu aku Cuma dapat rangking satu dikelas
aja dan Nisa dapat rangking satu di sekolah” ujarku memuji.
“ kak Ahmad dan mbak Nisa bisa aja, inikan berkat
kalian juga yang telah mengajariku” ujar Dewi merendah.
“ini bukan karena kami berdua Wi, tapi ini karena
usaha dan kemauan kerasmu” timpalku ngotot.
“terus, apa rencanamu selanjutnya Wi?” tanya
Nisa.
“nanti malam aku akan mengadakan tasyakkuran dan
aku mengundang kak Ahmad dan mbak Nisa kerumahku. ” jawab Dewi.
“insyaallah kami datang Wi” jawabku.
“pokoknya harus datang! Tidak boleh tidak! Tidak
pake insyaallah! Harus datang! Oke!!!” ujar Dewi memaksa sambil berlalu pulang.
Aku dan Nisa hanya saling menatap kemudian kami pun pulang kerumah kami.
JLJ
Pada malam
harinya setelah acara tasyakkuran selesai dia
berkata pada kami.
“kak Ahmad, mbak Nisa, besok aku akan pergi
kepasar bersama ayah, aku mau beli sepatu baru” Dewi berkata.
“Kira-kira
kamu mau beli sepatu apa Wi?” Tanyaku,
“aku mau
beli sepatu New Era warna hitam”. Jawab Dewi.
“Kenapa
warna hitam?” tanya Nisa.
“Karena
kalau hitam gak mudah kotor”.Jawabnya sambil nyengir.
“dasar kamu Wi! Dari dulu gak pernah berubah, tetap saja malas untuk
membersihkan sepatu. Dasar Shoviatul Badawi, kelakuannya selalu konsisten”
ujarku meledek Dewi.
“hehehe...... emang iya sih, aku malas yang mau membersihkan sepatu” ujar
Dewi sambil tertawa.
Setelah berbicara panjang lebar aku dan Nisa pamit pulang karena waktu
sudah larut malam.
Pada pagi yang sangat cerah,
sebelum pergi, Dewi masih sempat pamit padaku.
“ aku
pergi ya kak, jaga diri kakak baik-baik dan aku titip ibu ya kak”! Aku pun
menjawab dengan tenang,” iya sayang! Tanpa kamu minta pun aku akan jaga diriku
dan juga bibik, kamu juga jaga diri, jangan ngebut”.Ternyata itu adalah
kata-kata dan hari terakhirnya denganku.
Tiiiiiiiiiiiittttttt…….. brak!!!!!
“Dewi! Dewi! Dewi!,,,.. bangun nak! Bangun,,,!!!
Tolong…. Tolong….” Ayah Dewi berteriak minta tolong.
“ada apa pak? Ada apa pak?”Tanya orang-orang yang mendengar teriakannya.
“tolong kami! Tolong anakku!” seru ayah Dewi kemudian pingsan.
LLL
Dua jam kemudian aku mendapat telpon dari
ayahnya, “Ahmad, tolong bilang pada bibik Rahmah kalau kami kecelakaan, dan
sekarang kami berada di R.S Yarsi, keadaan Dewi sangat parah, dia kritis”. aku
pun langsung panik mendengar kabar itu, apalagi setelah aku tahu kalau keadaan
Dewi sangat parah. Setelah aku memberi tahu bibik Rahmah aku langsung berangkat
ke R.S Yarsi.Setelah aku sampai disana, aku langsung ke UGD tempat Dewi
dirawat. Tangis pun tak dapat ditahan ketika aku melihat Dewi, seluruh
kepalanya dililit dengan perban. Kurang lebih satu jam aku disana akhirnya Dewi
siuman. “Kak Ahamad”! kata pertama yang diucapkan Dewi ketika dia siuman. “ada
apa Wi?” tanyaku. Dengan terbata bata dia berkata,
“dimana
ayah kak?”
“Ayah
disini nak”. Jawab ayahnya dari depan pintu.
Dengan
suara yang terputus putus Dewi berkata,
“ ayah
maafkan Dewi ya! Kalau selama ini Dewi banyak salah”.
“Iya nak,
sebelum kamu minta maaf ayah sudah memaafkan kamu”, jawab ayahnya.
“Kak Ahmad
maafkan Dewi ya kak!Selama ini Dewi sudah sering bikin kakak susah dan kesal”.
“Sebelum
kamu minta maaf aku sudah memaafkan kamu”.
Sesaat
Dewi diam, dia melihat kesekelilingnya dan dia bicara lagi,
“dimana
mbak Nisa kak? Kok aku ngak melihatnya?”
“Dia
sedang ada lomba di sekolahnya, dan aku sengaja tidak memberi tahunya kalau
kamu kecelakaan biar dia ngak kaget dan akhirnya dia tidak bisa konsentrasi
pada lomba yang diikutinya dan kakak juga tidak sempat untuk memberi tahu dia”.
Dewi
berkata lagi.”Tolong sampaikan permintaan maafku pada dia ya kak!”
“Kenapa
tidak kamu saja yang minta maaf sendiri pada dia?”Timpalku.
“Karena
mungkin aku tidak akan lama lagi hidup di dunia ini”. Kata Dewi.
“Kamu ini
bicara apa Wi? Kamu akan sembuh, kamu akan berkumpul lagi bersama kami.
Bukankah kamu pernah berjanji padaku kalau kamu akan menemaniku sampai kita
tua?”
“Maafkan
aku kak, aku tidak bisa memenuhi janjiku. Kak! Aku titip salam pada semua
temanku ya kak! Sampaikan permintaan maafku pada mereka kalau selama ini aku
banyak salah pada mereka”.
Tangis pun
tak dapat ditahan. Semua yang ada di ruangan itu ikut menangis.Beberapa saat
kemudian dengan nafas tersendat sendat Dewi berkata padaku, “kak tolong tuntun
aku mengucapkan dua kalimat syahadat, aku sudah tidak kuat lagi”.Dengan
beruraian air mata aku menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ikuti
kata-kataku ya! “ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADURRASULULLAH”.
Seteleh
dia mengucapkan dua kalimat syahadat dia pun langsung menghembuskan nafas
terakhirnya.
LLL
Setelah
kau tiada barulah kurasakan bahwa
kehadiranmu
sungguh berharga
Andaikan
aku bisa mengulang waktu
akan
kujaga dirimu setiap saatku
tak
kan kubiarkan sesuatupun menyakitimu
aku
akan menjagamu dibangun dan tidurmu,
dimimpi
dan nyatamu
Tapi
apalah dayaku?
aku
hanya insan biasa
yang
tak bisa memutar waktu
Sesal
hanya tinggal sesal, tangis hanya tinggal tangis
kau
telah pergi dari hidupku untuk selamanya
Hancur
Lebur rasanya hidupku
setelah
kau tinggalkan aku
Ingin
aku menemuimu, ingin aku mengunjungimu
Tapi
apalah daya?aku tak bisa lakukan itu,
aku
hanya bisa pasrah pada takdirku
aku
hanya bisa berdoa untukmu,
semoga
tuhan meridloimu,
semoga
tuhan mempersatukan kita
disurga
LLL
Dua bulan
sudah berlalu setelah kepergian Dewi.Aku dan Nisa tetap melakukan kegiatan
sehari-hari kami dangan penuh canda tawa.Meski demikian dalam hatiku masih ada
rasa rindu dan sedih atas kepergian Dewi.Tapi semua itu aku tepis, karena aku
tidak sendirian, masih ada Nisa di sisiku yang setia menemaniku.Kami selalu
bermain bersama, berangkat sekolah bersama, dan mengaji bersama di masjid.
Pada suatu ketika Nisa bilang padaku
kalau dia ditembak oleh seseorang, tapi dia tolak, aku pun tidak ambil pusing dengan masalah
itu, karena aku yakin kalau dia tidak akan berpaling dariku. Aku dan Nisa sudah
bersama sejak dia masih balita dan diantara kami sudah muncul rasa saling
mengasihi sejak kami masih kanak-kanak. Tapi siapa sangka kalau hal itu menjadi
awal dari petaka baru yang akan menimpa kami. Satu minggu setelah kejadian itu
Nisa jatuh sakit, badannya sangat panas dan kalau malam dia menggigil bahkan
kadang-kadang dia merintih kesakitan dibagian kepalanya. Sudah berbagai macam
obat yang diberikan mulai dari obat tradisional sampai obat dari apotek bahkan sudah dibawa kedokter, namun hasilnya
tidak ada, bahkan sakitnya makin parah.
LLL
Mawarku!
Kenapa kau layu?
Sudah kubilang aku takmau kehilangan
mawar lagi
Sudah
kubilang cukup satu saja mawar yang terpendam
Cukup mawar
kecil yang tak tahu apa apa
Jangan hukum lagi mawar mawar lain yang ingin tumbuh
Tuhanku
Jika di
jiwanya mengalir darah mawar,
maka jangan hilamgkan, jangan
lenyapkan
Tumbuhlah dengan cantik sesuai
dengan harapan
LLL
Pada suatu hari kakekku datang
bertamu kerumahku dalam rangka shilaturrahim.Aku pun tidak menyia-nyiakan
kesempatan, aku langsung menemui kakek dan minta bantuan padanya.Aku berkata
pada kakek, “Nisa sakit keras kek!Sudah berbagai macam obat diberikan bahkan
sudah dibawa ke dokter tapi tetap saja tidak ada hasilnya malah sakitnya makin
parah.Jadi aku minta bantuan pada kakek untuk mengobatinya mungkin kalau kakek
yang mengobatinya dia diberi kesembuhan oleh Allah”.Kakek pun bersedia
mengobati Nisa. Setelah beberapa saat kakek mencoba mengobatinya hasilnya sama
saja, bahkan kakek berkata padaku, “temanmu ini terkena guna-guna tingkat
tinggi, kakek tidak sanggup melawannya. Dia bisa sembuh kalau dibacakan surah
Yasin oleh 51 kiyai sepuh secara bersamaan.Mendengar kata-kata itu aku dan
keluarga Nisa jadi sangat panik, karena tidak mungkin mengumpulkan kiyai sepuh
sebanyak 51 orang yang ada hanya kiyai muda yang masih diragukan keilmuanya.
Satu bulan telah berlalu Nisa tetap
saja tidak ada perubahan yang mengembirakan.Malahan dia semakin hari semakin
lemah saja kondisinya. Meskipun demikian, dia tetap aktif menjalan kan salat
lima waktu tepat pada waktunya, tidak pernah dikodok bahkan dia sering
mengingatkanku untuk salat.
Pada suatu
ketika aku jadi sangat malas untuk pergi kesekolah, aku ingin sekali menemani
Nisa, tapi Nisa menyuruhku untuk sekolah walaupun aku menolak dia tetap
memaksaku untuk berangkat sekolah.Tapi aku tetap enggan untuk berangkat sekolah
karena aku tidak mau terjadi apa-apa pada Nisa sedangkan aku tidak bersamanya.
“percayalah kak! Tidak akan terjadi apa-apa padaku” kata Nisa.Dengan berat hati
akhirnya aku berangkat sekolah agar aku bisa menjadi orang yang pandai dan bisa
menggapai cita-citaku.
Pada siang itu setelah mengerjakan
salat zuhur Nisa berbaring di tempat tidurnya.Tiba-tiba dia merintih kesakitan
sehingga seluruh keluarganya panik.Tidak lama kemudian dia berhenti merintih
namun dari mulutnya terucap dua kalimat syahadat secara terus menerus sampai
pada akhirnya dia tersenyum dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Sesampainya di sekolah aku selalu
teringat pada Nisa, aku tidak bisa konsentrasi pada pelaajaranku, aku takut
terjadi apa-apa pada Nisa. Untungnya guru yang akan mengajar di jam kedua dan
ketiga tidak hadir. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Aku langsung pulang
setelah jam pertama selesai. Alangkah terkejutnya aku ketika aku sampai di
depan rumah Nisa. Disana banyak orang berlalu lalang dan ada diantara mereka
yang membaca yasin dan tahlil.Karena penasaran, aku bertanya pada salah seorang
yang ada disana.
“ada apa
ya pak? Kok disini banyak orang?Ada yang baca yasin dan tahlil”.
“Nisa
telah pergi” jawab orang itu.
“Pergi
kemana pak? Diakan sedang sakit”, tanyaku
“Nisa
pergi ketempat yang sangat jauh, dia pergi untuk selamanya”. Setelah mendengar jawaban dari orang itu yang
tak lain adalah ketua Rt disana, tubuhku langsung gemetar. Aku langsung
berlutut didekat jasad Nisa sambil kupandangi wajahnya yang pucat dan penuh
senyuman, kemudian aku menyentuh wajahnya yang dingin sambil berkata, “kenapa
kau tinggalkan aku Nisa?Kenapa kau ingkari janjimu untuk menemaniku sampai kita
tua? Nisa istirahatlah dengan tenang di alam sana. Semoga Allah mengampunimu.
LLL
Setelah kepergian Nisa aku selalu
menyendiri.Aku jadi pendiam walau sebenarnya aku bukan pendiam.Hari-hari
kulalui dengan penuh kesedihan, aku merasa gairah hidupku sudah pupus.Tak ada
artinya lagi aku hidup tanpa kehadiran Dewi dan Nisa.
Sepuluh
bulan telah berlalu semenjak kepergian Nisa.Aku tetap saja tidak bisa
menghilangkan kesedihanku.Aku selalu menyendiri mengenang kembali masa-masa
indahku bersama mereka.Aku selalu pergi ziarah ke makam mereka setiap hari.
Setiap aku selesai mengerjakan salat lima waktu aku selalu menghadiahkan
fatihah pada keduanya. Setiap aku menyendiri aku selalu menyanyikan lagu-lagu
kesukaan mereka.Setelah lagu Peterpan yang berjudul “kisah cintaku” muncul aku
selalu menyanyikan lagu tersebut.
“Ahmad! Ahmad!” tiba-tiba abah memanggilku.
“Labbaika
ya abiy”, jawabku.
“Abah
ingin memondokkanmu ke Jawa agar kamu bisa menimba ilmu agama lebih dalam dan
kamu bisa melupakan kesedihanmu atas kepergian Dewi dan Nisa” abah menjelaskan
maksudnya memanggilku.
“na’am
abiy” jawabku. Aku tidak menolak keinginan abah, mungkin beliau faham akan
kesedihanku. Aku pun berfikir mungkin dengan cara ini aku bisa melupakan
kesedihanku dan aku bisa mencari ilmu kesaktian di jawa agar aku bisa membalas
dendam atas kematian Nisa pada orang yang telah mengguna-gunanya. Aku bulatkan
niatku untuk mondok ke Jawa agar aku bisa menjadi orang yang berguna bagi
bangsa dan agama.
¯¯¯
Hari Minggu jam 14:15
WIB, KM. Bukit Raya sandar di pelabuhan Tanjung Perak.Aku, abahku, temanku, dan
dua sepupuku turun dari kapal menuju halaman pelabuhan kemudia mencari
kendaraan yang bisa dicarter untuk mengantarkan kami ke Malang.
“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai di
kota Surabaya, ibukota Jawa Timur.” Kata abahku.
“indah sekali kota ini paman.” Ujar
kedua sepupuku.
“Benar sekali, sangat indah kota ini,
lima kali lebih indah dari kota Pontianak.” timpalku.
“ayo kita cari kendaraan dulu jangan
ngobrol terus biar gak kesorean sampai di Malang. Kata abahku tegas.
Setelah
mendapatkan kendaraan kami langsung berangkat ke Malang, tepatnya ke desa
Ganjaran, kecamatan Gondanglegi, kabupaten Malang pada jam 14:51 dan sampai di
sana pada jam 17:00. Teman dan kedua sepupuku oleh ayahku langsung diantar ke
pondok putri, sedangkan aku masih tinggal di tempat indekos ayahku waktu masih
mondok dulu.Aku masuk ke pondok pada ke esokan harinya diantarkan oleh ayah dan
sekaligus memasrahkan teman dan kedua sepupuku. Setelah pemasrahan itu aku
langsung diantar ke kamar yang akan aku tempati selama aku mondok.
Tepat
pada jam 09:00 pagi aku diajak ayah untuk mendaftarkan diri di MA Raudlatul
Ulum Putra yang kebetulan masih libur karena haflah akhirussanah baru selesai
dua hari sebelumnya dan akan masuk aktif satu minggu lagi.
“sekarang kamu sudah terdaftar sebagai
siswa di MA ini, ingat pesanku jangan bolos kalau sekolah, jangan malas
belajar, sekolah yang rajin agar kau menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan
agama!” abah berpesan.
“iya abiy, akan saya ingat pesan abiy,
tapi kapan sekolahnya masuk aktif? Tanyaku.
“insyaallah satu minggu lagi” jawabnya.
Di
pondok pesantren aku memperdalam ilmu agama yang memang masih sangat
dangkal.Bagi santri baru seperti diriku yang pertama dipelajari adalah ilmu alat
yang merupakan syarat mutlak untuk bisa membaca kitab gundul (kitab
kuning).Selain di pondok, aku juga mempelajari ilmu alat di sekolah, namun
kitabnya berbeda.Di pondok kitab yang diajarkan adalah kitab Al-jurumiyah dan
Amtsitut Tashrifiyyah, sedangkan di sekolah adalah kitab Syarah Ibnu Aqil Ala
Alfiyyah Ibnu Malik.Selain ilmu alat, di pondok aku juga mempelajari ilmu fiqh,
kitab yang diajarkan adalah kitab Mabadiul Fiqhiyyah.
Tanpa
terasa bulan Ramadhan pun hampir tiba.Aku diajak oleh teman teman seangkatanku
untuk kursus ilmu alat di desa Bulupitu di pondoknya kiyai Nawawi, tapi aku
menolak karena aku sudah daftar pada guru ngajiku untuk ikut kursus Al-quran di
pondok PIQ (Pesantren Ilmu Qur’an) kecamatan Singosari.
Pada
tanggal 25 Sya’ban, aku, guru ngajiku dan 10 teman sekelasku berangkat kursus
ke pondok PIQ Singosari.Setelah dites ternyata aku masuk di kelas C bersama
seorang teman sekelasku.Sedangkan teman yang lain ada yang di kelas B dua orang
termasuk guruku dan sisanya di kelas D. Murid murid kelas C ternyata banyak
yang sudah tua bahkan ada yang sudah punya cucu. Yang masih muda dan bujang
hanya lima orang, aku dan temanku dan tiga orang santri dari desa Putuk Rejo
yang kebetulan sama-sama orang Pontianak. Kami kursus Al-qur’an di PIQ selama
satu bulan.Pada tanggal 25 Ramadhan kami kembali ke desa Ganjaran.
Tanpa terasa aku sudah hampir tiga
tahun berada di Jawa. Saat ini aku sudah kelas tiga MA dan sebentar lagi akan menghadapi UNAS. Detik-detik
menghadapi UNAS ini aku dan beberapa temanku ikut kursus pendalaman materi
UNAS. Setiap hari setelah pulang sekolah kami pergi kerumah-rumah guru yang
bersedia mengursus kami. Hari-hari berlalu terasa begitu cepat bagiku. Kini
tibalah saatnya bagiku dan teman-temanku menghadapi UNAS.
Dipagi
itu, suasana di kelas XII IPS sangat senyap.Tidak ada seorang siswa pun yang
bersuara. Semua wajah tegang tidak
seperti hari-hari sebelumnya. Kelas XII IPS adalah kelas yang paling ramai,
apalagi kalau gurunya tidak hadir, pasti ribut.Ada yang bernyanyi, bersiul,
saling lempar kertas, saling menggojloki dan sebagainya.Tapi pada pagi itu hari
pertama UNAS, semuanya diam, tak ada yang berani bersuara.Jangankan bicara,
menoleh saja tidak berani.Semua wajah terlihat tegang dan cemas. Lain halnya
dengan diriku, aku merasa tenang dan optimis karena aku sudah siap untuk
menghadapi UNAS.
UNAS
berlangsung selama empat hari dan selama empat hari pula kelas XII IPS
senyap.Selama UNAS berlangsung kami merasakan hari-hari berjalan dengan sangat
lamban.Meskipun aku sudah siap untuk menghadapi UNAS, tapi aku juga merasa
cemas karena aku tidak begitu mahir dalam mata pelajaran MTK dan Bahasa
Inggris.Kecemasan kami tidak hanya pada waktu UNAS saja, tapi juga setelah UNAS
selesai bahkan aku sangat cemas.
Setelah
kurang lebih satu bulan, hari yang paling ditunggu pun tiba.Yaitu hari
pengumuman hasil UNAS. Dengan membaca basmalah aku berangkat ke kantor sekolah
untuk mengambil nilai hasil UNASku. Setelah amplop yang berisi nilai UNAS aku
terima, aku langsung menuju masjid. Dengan hati yang berdebar aku buka amplop
dan melihat nilai UNASku dan ternyata aku lulus bahkan mendapat peringkat ke-2
di kelas XII IPS. Aku pun langsung bersujud syukur.Sepulangnya dari sekolah aku
langsung menelpon orang tuaku untuk memberi tahu hasil ujianku.Ketika mendengar
kabar kelulusanku keduanya sangat senang dan seluruh kerabatku silih berganti
menucapkan selamat padaku.Keluarga besarku sangat mengapresiasiku karena aku
mendapat peringkat ke-2 di kelasku. Dua hari setelah itu aku mendapat wesel dari
para kerabat dekatku. Aku disuruh mengadakan tasyakkuran di pondok atas
kelulusanku dan aku pun melakukannya dengan senang hati.
Satu
minggu kemudia aku dipanggil oleh dewan pengasuh.Aku sangat takut waktu itu.Aku
berfikir kenapa aku dipanggil pengasuh?Apakah aku melakukan kesalahan besar
yang tidak kusengaja?Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benakku.Ternyata
aku dipanggil bukan Karena aku melakukan kesalahan, tapi aku dipanggil karena
aku akn ditugaskan untuk mengajar di daerah Madura selama satu tahun.
Tepat
pada malam senin jam 00:00 WIB, aku berangkat ke Madura bersama pak Kholis
PJGTku (penanggung jawab guru tugas). Aku sampai di rumah pak Kholis tepat jam
03:30 pagi. Setelah beristirahat kurang lebih 45menit suara azan subuh
terdengar dan aku pun bergegas mengambil wulu kemudian ikut salat berjamaah di
masjid yang kebetulan berada di sebelah barat rumah pak Kholis.
Kurang
lebih jam 06:30, aku disuruh menemui para santri yang sudah menungguku di aula
pondok untuk berkenalan dengan mereka. Setelah berkenalan dengan para santri,
aku diperkenankan untuk kembali beristirahat di kamarku.
JLJ
Suara
bel tanda masuk sekolah berbunyi tepat pada jam 07:15 WIB.Pak Kholis selain
seorang kiyai, dia juga ketua yayasan madrasah diniyah Nurul Huda dan kepala
sekolah MTs Miftahul Khoirot serta bendahara MI Al-mas’udiyah.Pak Kholis
memiliki santri kurang lebih 60 orang dengan rincian 40 orang laki laki dan 20
orang perempuan.Pak Kholis mendirikan pesantren sekitar 2tahun yang lalu.Meski
tergolong kecil dan sederhana, pondok pesantren Nurul Huda Al-mas’udiyah ini
sudah memiliki sekolah diniyah sendiri.Kalau pagi sampai siang hari para santri
sekolah formal dan sore harinya sekolah diniyah.Aku tidak langsung mengajar
pada hari itu, tapi aku masih beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Tiga
hari berselang aku baru disuruh mengajar. Aku mengajar di kelas III, IV, dan V
MADIN, di kelas V dan VI MI, dan di kelas VIII dan IX MTs. Di MI aku mengajar
Bahasa Indonesia, MTK, Akidah Ahklak, SKI, dan Fiqh. Di MTs aku mengajar Sejarah,
PKn, Sains dan Geografi.Di MADIN aku mengajar Nahwu, Sharraf, Akhlakul
lilbanin, Madiul Fiqhiyyah, Amtsilatut Tashrifiyyah, dan Qowa’idul I’lal.Selain
aku disuruh mengajar, aku juga diangkat menjadi wali kelas di kelas IV MADIN
dan menjadi waka kurikulum.Jadwal mengajarku penuh tiap harinya.Aku hanya punya
waktu kosong pada hari jumat di MADIN karena libur dan hari Minggu di MI dan
MTs karena keduanya libur.
Hari
pertama aku mengajar di kelas IV MADIN aku mendapat respon yang baik dari para siswa. Dan pada hari pertama
itu pula aku bertemu dengan seorang siswi kelas IV MADIN yang sangat cantik,
anggun dan sederhana.
JJJ
Ketika aku
berjalan jalan ke sebuah kebun bunga,
mencari cari
bunga yang aku suka
Dikebun itu aku
melihat banyak mawar
yang terlihat
sangat segar, mempesona
Namun
mawar-mawar itu banyak durinya dan berbisa,
Mawar-mawar itu
sangat mudah dijangkau oleh kumbang,
karena letaknya
yang terlalu tampak dan baunya yang semerbak
membuatnya mudah
di temukan oleh kumbang
Setelah aku sampai
di tengah tengah kebun dan aku mulai lelah,
aku melihat
mawar yang lain dari pada yang lain,
ia tak berduri,
baunya tidak menyengat,
hingga ia tidak
mudah ditemukan oleh kumbang,
dia tak mudah
dijangkau oleh kumbang
karena ia
tertutupi oleh daunnya
dan tertutupi
oleh mawar lain
JJJ
Siswa-siswi
kelas IV MADIN kebanyakan dari kelas VIII dan IX MTs. Setelah pembelajaran
selesai aku menemui siswi yang sangat cantik tadi.Aku mengajaknya berkenalan.
“assalamualaikum
ya ukhti” sapaku.
“wa
alaikum salam ya ustadz” jawabnya dengan lembut.
“ngomong-ngomong
anti bukan santri sini ya?”
“kok
ustadz tau?”
“ya
taulah, aku kan kemarin berkenalan dengan semua santri dan aku tidak melihat
anti.”
“kalau
boleh tau ustadz asalnya dari mana?” tanyanya.
“aku
berasal dari Pontianak” jawabku.
“oh
ya, siapa nama anti?” tanyaku.
“nama
saya Sovi ustadz.”
“Cuma
Sovi tok?” timpalku.
“Soviatul
Abrori lengkapnya”
“udah
azan asar nih, kita kemasjid yuk?” aku mengajaknya.
“mari,
ustadz duluan” jawabnya dengan sopan.
Sejak
saat itu, aku selalu teringat akan dirinya. Baru kali ini aku tertarik pada
seorang gadis.Dan dialah gadis pertama yang bisa membuatku tak berdaya.Dan dia
pulalah yang mampu membuatku melanggar komitmenku sendiri, yaitu anti jatuh
cinta.Setiap selesai mengajar aku selalu menyempatkan diri untuk menyapanya
dan mengajaknya berkomunikasi.Kebetulan dia juga siswiku di kelas VIII MTs
sehingga aku bisa melihatnya setiap saat dan mengobati keriduanku padanya.Aku
menyadari kalau aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama, tapi aku tidak
langsung menyatakan cinta padanya, aku masih menunggu waktu yang tepat.Akhirnya
waktu yang aku tunggu tiba juga, yaitu disaat dia ulang tahun yang ke 17.Aku
memberinya hadiah ulang tahun dan aku pun langsung menyatakan perasaan cintaku
padanya.
“selamat
ulang tahun ya ukhti, semoga panjang umur”
sapaku sambil memberikan hadiah.
“jazakumullah
ya ustadz” dia menerima hadiahku.
“Sovi!
Aku ingin bicara serius padamu empat mata”
“mau
bicara apa ustadz?”
“Sov!Jujur,
sejak pertama kali aku melihatmu, aku langsung tertarik padamu.Setiap kali aku
bersamamu aku merasa damai.Kalau aku tidak melihatmu sehari saja, aku merasa
sudah tidak melihatmu bertahun tahun saking rindunya aku apadamu.
“lantas
ustadz mau apa?”
“Aku
jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama.Maukah kamu jadi kekasihku?”
“ustadz!
Maaf ya, bukannya aku menolak ustadz, tapi aku tidak bisa membohongi
perasaanku, aku juga jatuh cinta pada ustadz sejak pertamakali kita
berkomunikasi.”
“jadi,
kamu menerima cintaku?”
“iya,
aku terima cintamu”
Karena
saking senangnya cintaku diterima oleh Sovi, aku membebaskan hafalan dari siswa
kelas IV MADIN yang seharusnya disetorkan sore itu.
Hari-hari
berlalu, tanpa terasa aku sudah empat bulan berada di tempat tugas dan tiba
saatnya liburan.Aku pergi berlibur ke Bekasi ke rumah pamanku selama dua
minggu. Di Bekasi aku berkenalan dengan seorang gadis yang tak lain adalah anak
dari adik ipar pamanku.
“selamat
pagi kak!” dia menyapaku.
“pagi
juga, ada apaya?”
“gak
ada apa-apa, Cuma nyapa aja.”
“eh, kamu siapaya?” tanyaku.
“aku
Iis, ponakannya bibik Fatma.”
“ooh,
ternyata ponakannya paman ta.”
“em…
nama kakak siapa?”
“namaku
Ahmad Jamiluddin”
“kalau
aku Siti Istithoah”
“kamu
anak keberapa? Dan berapa umurmu?Tanyaku.
“aku
anak ke 3, dan umurku 17 tahun. Kakak dari mana asalnya?”
“aku
dari Pontianak City”
“orang
jauh ta.”
“eh
aku mandi duluya, dari kemarin aku belum mandi”
“oh,
ya, silakan kak, pantes aja dari tadi kayak ada bau gak enak, ternyata kakak
gak mandi”
“hahaha…
enak aja, jangankan dua hari gak mandi, satu bulan aku gak mandi pun gak akan
bau.”
Sejak
saat itu kami jadi semakin akrab.Kami sering jalan bersama dan tanpa terasa aku
mulai jatuh hati padanya, tapi aku masih ingat pada Sovi yang sedang menungguku
di Madura.Tak terasa dua minggu sudah berlalu dan tiba saatnya aku kembali ke
tempat tugas.Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Sovi, aku sangat
rindu padanya.
Sesampainya
di Madura, Iis selalu menelponku bahkan disaat aku sedang berbicara dengan Sovi
tiba-tiba Iis menelpon dan yang mengangkat adalah Sovi.
“halo!
selamat sore kak Ahmad tersayang” kata Iis ditelpon.
“halo!
Met sore! Ni siapaya?” Tanya Sovi.
“ni
aku Iis, temen kak Ahmad di Bekasi. Kak Ahmadnya ada gak?
“gak
ada!” Sovi menjawab dengan nada membentak dan langsung mematikan Hp.
“siapa
yang nelpon ya habibah?” tanyaku.
“lihat
aja sendiri” jawabnya dengan nada sinis dan dia lansung meninggalkanku.
“mau
kemana Sov? Tanyaku.
“aku
mau pulang” dia menjawab sambil berlalu.
Karena penasaran aku mengecek daftar
panggilan masuk, ternyata yang menelpon adalah Iis.
Sejak saat itu Sovi selalu menghindariku
dan tidak mau berbicara padaku.Sementara itu, Iis selalu menelponku tiap
hari.Mungkin Sovi cemburu pada Iis yang setiap hari menelponku.Keadaan ini ada
yang memanfaatkannya.Ada pihak ketiga yang tidak suka melihat hubunganku dengan
Sovi dan sengaja mengadu domba antara aku dengan Sovi agar kami
berpisah.Keinginan pihak ketiga itu tercapai. Suatu ketika Sovi menemuiku dan
memberiku sepucuk surat. Ketika aku membaca surat itu ternyata surat itu berisi
pernyataan putus dari Sovi. Sejak saat itu Sovi tidak pernah masuk sekolah
diniyah lagi dan kalau waktuku mengajar di MTS, di kelasnya Sovi, dia juga
tidak masuk sekolah.
Dua bulan kemudian setelah ujian
semester I sekolah libur selama satu bulan dan aku pun kembali berlibur ke
rumah paman di Bekasi. Sesampainya di Bekasi, aku disambut dengan senyuman
manis Iis. Dia langsung memelukku dan mencium pipiku.Tentu saja gara gara
perbuatannya itu aku langsung marah padanya dan hampir saja aku menamparnya.
“jangan sembarangan memeluk gitu donk! Malukan dilihat orang.Apalagi kita ini
bukan mahrom, dosa tau.”Bentakku padanya.Dengan nada halus dan lembut dia
menjawab “maaf ya kak!Aku kelepasan.Habisnya aku kangen banget ma kakak. Kita
kan gak ketemu uda tiga bulan. Sekali lagi maaf ya kak!”.Tanpa mengatakan
sepatah kata pun aku pergi meninggalkannya ke rumah paman.
Pada malam harinya sehabis salat isya
Iis menemuiku di rumah paman.Dia mengajakku jalan-jalan ke bioskop, katanya
malam itu ada film bagus dan dia sudah beli dua buah karcis.Aku pun tidak
menolak ajakannya.Setelah berpamitan pada paman kami berangkat dengan
mengendarai motor Satria F milik paman.Sesampainya di bioskop ternyata filmnya
tidak terlalu bagus dan sagat membosankan bagiku.Aku mengajak Iis pulang
sebelum filmnya selesai.Setelah sampai di rumah paman aku langsung menuju kamar
dan tidur dengan sangat nyenyak.
Pada pagi hari sehabis salat subuh aku
lari pagi mengelilingi kompleks dan diperjalanan aku bertemu Iis yang juga
sedang lari pagi.Kami pun lari bersama sambil bercandaria.Setelah kami sampai
di tempat peristirahatan, dia mengajakku berhenti sejenak untuk
beristirahat.Setelah kami duduk dia menatapku dalam-dalam kemudian dia memegang
pundakku.
“kenapa
kamu Is? Kok menatapku seperti itu?Emang ada yang salah ya dengan pakaianku?”
“kak!
Aku mau bicara serius dengan kakak”
“mau
bicara apa? Ngomong aja”
“kak!
Jujur, sejak aku mengenalmu aku selalu teringat dirimu. Setiap kali kita
bersama aku merasa aman dan nyaman berada di dekatmu”
“sebenarnya
kamu mau ngomong apa? Jangan buat aku jadi bingung”
“kak!
Aku…….. aku suka padamu, aku ingin menjadi kekasihmu, maukah kau jadi
kekasihku?”
Aku
yang masih tidak bisa melupakan Sovi tidak mungkin menerimanya, tapi aku juga
gak tega menolaknya. Aku takut dia sakit hati dan bersedih sehingga aku akan
merasa sangat bersalah. Setelah aku berfikir panjang dan mempertimbangkan
segala kemungkinan aku pun menjawabnya dengan anggukan.
“jadi,
kakak menerima cintaku?”
“iya,
aku terima cintamu.”
“terima
kasih ya kak!” sambil memelukku.
Setelah
kami pacaran, kami pun selalu menghabiskan waktu bersama.Tidak seperti waktu
aku pacaran dengan Sovi, kami tidak pernah jalan bersama apalagi menghabiskan
waktu bersama-sama.Setelah tiga minggu aku di Bekasi, aku disuruh pulang oleh
pesantren untuk memberi laporan selama aku berada di tempat tugas.Aku pun
pulang ke pesantren untuk memberi laporan. Setelah memberilaporan aku bertekad
akan kembali ke Bekasi dan melamar Iis. Sesampainya di Bekasi, aku langsung
menghadap paman untuk memintanya melamarkan Iis untukku. Tapi sebelum aku
sempat membicarakan keinginanku, paman mengatakan kalau Iis ditangkap basah
oleh keamanan kampung di sebuah rumah kosong sedang melakukan perbuatan mesum
dengan sepupunya dan merekapun dinikah secara paksa oleh warga setempat
kemarin.Setelah mendengar kabar itu aku langsung gemetar dan lemas.
LJL
Mawar!
Alangkah
indahnya kau,
alangkah
cantiknya kau
Kau
begitu harum, kau begitu menawan
Ingin
aku memetikmu untuk kusemaikan dalam hatiku
Tapi
keindahanmu hanya pada kuntummu saja,
tangkaimu
penuh duri, tangkaimu bisa melukai
Andai
saja kau tak berduri,
niscaya
aku akan memetikmu dan
kusemaikan
dalam hatiku
LLL
Keesokan harinya aku kembali ke Madura
karena masa liburanku sudah habis.Aku kembali mengajar seperti biasanya di
kelas-kelas MI, MTs, dan MADIN, meskipun dengan suasana hati yang gundah
gulana.
“Minah, dimana Sovi? Dari kemarin aku tidak melihatnya?”
aku bertanya pada Aminah sahabat karib Sovi.
“Sovi sudah pergi tadz, dia pergi ketempat yang sangat
jauh dan tidak akan pernah kembali lagi” jawab Aminah dengan suara bergetar.
“apa maksudmu Minah? Pergi kemana Sovi? Jangan buat aku
bingung” tanyaku meminta penjelasan.
“Sovi sudah meninggal tadz, dia mengalami kecelakaan di
jalan raya Banyuates” jawabnya sambil menangis lalu pergi ke masjid.
Aku langsung gemetar dan langsung jatuh terduduk. Hatiku
terasa sangat hancur bagaikan dipukul dengan gunung Semeru.
Tiga bulan kemudian aku kembali ke pondokku di desa
Ganjaran karena masa tugasku di Madura sudah selesai dan aku langsung masuk
kuliah.
JJJ
“seperti itulah kisah masa laluku sayang, penuh dengan
penderitaan. Tapi semua penderitaan itu kini telah sirna karena kauberada
disisiku.” Ujarku mengakhiri ceritaku.
“tapi kenapa kamu menangis? Kamu terharuya mendengar
ceritaku?” tanyaku pada Shalihah yang sedang menangis.
“aku sangat terharu mendengar kisahmu ini. Sungguh tidak
kusangka, dirimu yang begitu tangguh memiliki masa lalu yang sangat kelam.
Maafkan aku ya, karena telah memintamu untuk menceritakan kisah sedih ini” dia
berkata sambil menatapku dengan tatapan sendu.
“sudahlah, jangan dipikirkan. Yang lalu biarlah berlalu
dan yang akan datang kita songsong bersama. Oke sayang!!!” timpalku.
“Ya Allah, sungguh aku tidak punya apa-apa”...
SINOPSIS CERPEN
Pada suatu malam
di kos-kosan mahasiswi terjadi kegaduhan.Seorang mahasiswi tiba-tiba kerasukan
dan berlari menuju Aula di sebelah kos-kosan mahasiswa. Serempak beberapa
mahsiswi lain pun berteriak-teriak mintak tolong. Para mahasiswa yang berada di
dekat itu merespon.Seorang mahasiswi datang ke kos-kosan mahasiswa mintak
tolong agar mengobati temannya yang kerasukan.Serempak mahasiswa yang mendengar
penuturan mahasiswi tadi berlari menuju Aula ingin menolong yang
kerasukan.Salah satu dari mahasiswa itu adalah Ahmad.Dari sekian banyak
mahasiswa yang datang menolong hanya Ahmad yang memiliki ilmu gaib tingkat
tinggi.
Sebelum
Ahmad datang membantu suasana di Aula itu kocar-kacir. Mahasiswa yang sok
jagoan kalah telak oleh jin-jin yang sedang beraksi itu. Ketika Ahmad turun
tangan mengobati semuanya terkendali. Ahmad langsung menyerang pimpinan jin
yang sedang merasuki seorang mahasiswi cantik. Dengan kemampuannya dia mampu
mengalahkan pimpinan para jin yang sedang berulah itu. Para mahasiswi yang
kersukan pun sembuh seketika.
Sejak
kejadian malam itu, Ahmad dan teman-temannya semakin akrab. Kususnya dengan
Jamilatus Shalihah, dia yang kerasukan pimpinan para jin waktu itu. Hubungan
Ahmad dengan Shalihah semakin hari semakin dekat dan akhirnya mereka pacaran.
Setelah pacaran Shalihah bertanya pada Ahmad tentang makna dari puisinya yang
berjudul “Jiwaku”. Ahmad pun menjelaskan bahwa makna puisinya itu ada kaitannya
dengan masa lalunya yang suram. Kemudian Ahmad pun menceritakan kisah hidupnya
di masa lalu yang penuh dengan kesedihan. Mulai dari dia kehilangan dua orang
belahan jiwanya di kampungnya sampai dia kehilangan kekasihnya di tempat
tugasnya Madura. Setelah mendengar kisah Ahmad, Shalihah menangis dan Ahmad pun
menenangkannya. Ahmad berkata “Ya Allah aku tidak punya apa-apa”.
PENULIS
NAMA :
AHMAD DARIK
ALAMAT :
JL. Sumber Ilmu 127 Ganjaran Gondanglegi (PPRU 1)
TETALA :
Pasak, 12 November 1992
SETATUS : Pelajar
(Mahasiswa)
No Hp : 081555476737
Comments
Post a Comment