Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

CERPEN KENANGAN 2



CINTA DAN DERITA, PURNAMA TANGGAL SATU

“ Tolong…. tolong… tolong…!!!” seseorang berteriak minta tolong di malam hari.
“ hahahaha… hahaha… hahaha….!!!” Yang lain tertawa keras.
Suara orang-orang yang berlari menuju tempat teriakan bergemuruh bak suara lebah.
" ada apa ini ribut-ribut???” bentakku di depan kamar kosku.
“ gak tahu, kayaknya mahasiswi yang kos di sebelah teriak-teriak minta tolong” jawab seorang temanku yang kebetulan berada di dekat pintu rumah kosan.
“ Cak...! Tolong cak! Tolong...! teman saya kerasukan dan sekarang dia lari ke Aula sebelah kos-kosan kami!” tiba-tiba seorang mahasiswi muncul minta tolong sambil ngos-ngosan.
Sepontan, teman-teman kosku yang mendengar penuturan mahasiswi tadi langsung berlari menuju ke Aula untuk menolong mahasiswi yang kerasukan.  Tapi, dari sekian mahasiswa yang pergi ke Aula hanya satu yang memiliki kemampuan mengobati orang kerasukan, itupun Cuma sedikit. Sedangkan yang lain Cuma carmuk alias cari muka. Aku juga pergi ke Aula ingin tahu siapa yang kerasukan dan bagaimana teman-temanku menolongnya.
            Ternyata, sesampainya aku disana, suasana di Aula itu kacau balau. Para mahasiswa yang mencoba menolong kewalahan. Bagaimana tidak? Mahasiswi yang pertama belum sembuh, mahasiswi yang lain ikut-ikutan kerasukan juga. Teman-temanku kewalahan menolong mereka yang kerasukan. Mahasiswi yang kerasukan memberontak, memukul dan menedang siapa saja yang menghadangnya.
“aaagh....!!!” seorang temanku terpental kebelakang dan menabrak tembok Aula karena terkena pukulan mahasiswi yang kerasukan. Suasana pun semakin kacau tak terkendali. Para mahasiswa yang sok jadi pahlawan kesiangan berjatuhan terkena pukulan para mahasiswi yang kerasukan. Kasihan juga mereka, mau untung malah buntung. Akhirnya aku turun tangan untuk mengobati mereka. Kasihan juga aku melihat mereka tidak sembuh-sembuh. Pasti mereka kesakitan, apalagi sang pahlawan kesiangan yang tadi terpental menabrak tembok Aula.
            Dengan membaca basmalah aku maju dan memegang tangan seorang mahasiswi yang dalam penglihatan batinku dia dirasuki pimpinan para jin yang sedang beraksi itu. Aku menekan jari manisnya kuat-kuat sambil membaca doa. Jin yang merasukinya teriak-teriak kesakitan dan mencoba memberontak mau melepaskan diri. Tapi aku segera memegang tangan yang satunya dan menarik kedu tangannnya kebelakang lalu aku mengalungkan tasbihku pada mahasiswi tadi.
“ampun....! ampun....! ampun....! aku kapok, aku gak kuat sakit..., ampun....! jerit jin itu minta ampun.
“aku tidak akan melepaskanmu! Aku akan membunuhmu karena kau telah mengganggu teman-temanku! Aku akan membunuhmu!” bentakku pada jin itu.
“tidak..., jangan! Jangan bunuh aku! Aku masih ingin hidup, aku berjanji kalau kau melepaskan aku, aku akan jadi pelayanmu, aku akan mematuhi semua perintahmu, aku dan semua anak buahku akan menjadi pelayanmu. Tolonglah ampuni aku!” ratap jin itu memohon.
“baiklah, akan kulepaskan kau. Tapi kalau kau ingkar janji, aku akan mencarimu dan akan membunuhmu beserta para kerabatmu. Faham!!!” ancamku pada jin itu.
“iya, aku faham, aku tidak akan ingkar janji” ucap jin itu sungguh-sungguh.
“satu lagi, kau beserta anak buahmu harus masuk islam dulu, baru aku lepaskan kau” aku mengajukan syarat lagi pada jin itu.
“baiklah, aku dan semua anak buahku akan masuk islam sekarang juga. Tapi lepaskan aku dulu,” ujar jin itu menyanggupi.
Aku pun melapaskannya dan mengeluarkannya dari tubuh mahasiswi cantik yang dirasukinya. Pimpinan jin tadi dan semua anak buahnya pun mengucapkan dua kalimat syahadat secara bersamaan di depanku lalu mereka pergi ke tempat mereka.
            Setelah jin-jin itu pergi, para mahasiswi yang kerasukan pun sadar. Semua temanku terdiam menatapku. Sepertinya mereka belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Wajar saja mereka heran karena dari sekian mahasiswa yang ada di Aula itu tidak satu pun dari mereka yang tahu kalau aku memiliki ilmu kebatinan atau ilmu gaib. Setahu mereka aku hanya mahasiswa yang pendiam, tidak banyak bergaul dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Wajarlah jika mereka heran melihatku yang pendiam tiba-tiba bisa mengalahkan para jin yang mengacau dengan mudah. Tapi aku tidak mau tahu dengan keheranan mereka. Aku memapah mahasiswi yang kuobati tadi karena fisiknya lemah. Mungkin dia kelelahan karena habis teriak-teriak sambil lari-lari waktu kerasukan tadi. Karena fisiknya semakin lemah dan dia susah berjalan walaupun sudah kupapah, aku pun menggotongnya ke kamar kosnya. Disaat menggotongnya aku memandangi wajahnya yang sangat cantik. Dia tetap cantik walaupun tanpa bedak dan dalam keadaan kelelahan.
“siapa namamu? Tanyaku ketika sudah sampai di kamar kosnya.
“namaku Shalihah, Jamilatusshalihah” jawabnya lembut.
‘aku Ahmad Abdullah” aku memperkenalkan namaku.
“terima kasih ya telah menolongku,” ujarnya kalem.
‘sama-samalah, aku kan hanya melaksanakan tugasku” ucapku basa-basi.
“aku balik dulu ya ke kamarku, tapi sebelum aku balik, aku akan mengarimu dangan pagar gaib agar kau tidak dirasuki jin lagi” aku menjelaskan padanya.
“iya, sekali lagi terima kasih ya!” ucapnya lembut.
Aku pun kembali ke kamarku setelah aku memagari Shalihah dengan pagar gaib.
            Sesampainya di rumah kos, aku disambut dengan tatapan aneh teman-temanku. Seolah-olah mereka meminta penjelasan padaku mengenai kejadian tadi. Tapi aku pura-pura tidak mengerti arti tatapan mereka. Aku membalas tatapan mereka satu persatu menggunakan sedikit tenaga dalam. Jadilah mereka mengucek-ngucek mata mereka yang tiba-tiba perih seperti di tabrak nyamuk. Aku pun masuk ke kamarku lalu tidur.
*****
          Setelah kejadian waktu itu, hubunganku dengan teman-temanku semakain baik. Kami tambah akrab. Bukan Cuma para mahasiswa, tapi juga para mahasiswi menjadi sok akrab denganku. Tapi aku senang, temanku bertambah banyak.
Seiring waktu berjalan, hari demi hari berlalu tanpa bisa di hentikan. Hubunganku dengan teman-temanku semakin baik, khususnya hubunganku dengan Shalihah. Sejak kejadian bulan lalu itu, aku selalu ingin bersmanya. Sepertinya virus cinta sudah mulai merasuki hatiku. Aku dan Shalihah selalu berangkat kuliah bersama. Kebetulan kami sama-sama kuliah di UGM (Universitas Gondanglegi Malang) dan berada dalam satu fakultas tapi beda jurusan.
☺☺☺
Lidah mentari menjilat tubuhku
Panasnya meluluhkan hatiku
Yang telah lama membeku
Karena peristiwa masa lalu
Yang suram dan kelabu

Angin sepoi sepoi menyapaku
Sejuknya mendamaikan hatiku
Yang telah lama berseteru

Terimakasih Tuhanku
Atas karuniaMu.
☺☺☺
            Tiga bulan telah berlalu sejak kejadian waktu itu. Akhirnya aku memantapkan hatiku untuk menyatakan cintaku pada Shalihah. Sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyatakannya. Akhirnya waktu yang kutunggu pun tiba. Shalihah mengundangku pada acara ulang tahunnya yang akan dilaksanakan nanti malam.
            Setelah acara usai dan teman-teman sudah pada pulang, aku menemui Shalihah secara pribadi.
“assalamualaikum neng Shalihah!” sapaku ketika aku sudah di belakangnya.
“wa alaikum salam cak Ahmad” jawabnya lembut.
“selamat ulang tahun ya! Semoga panjang umur dan sehat selalu!” ucapku sambil memberikan kado.
“amiiiiinnn..... terimakasih ya!” ucapnya lembut sambil mengambil kadoku.
“Shalihah, aku ingin bicara serius denganmu. Bisakah kita kesana?” ucapku sambil menunjuk ke arah samping kanan yang agak sepi.
“bisa, emang mau bicara apa sih?” dia bertanya sambil berjalan.
”jujur, sejak kejadian malam itu, aku selalu terbayang dirimu, aku selalu ingin bersamamu. Aku selalu merasa nyaman dan tenang saat bersamamu. Aku takbisa jauh darimu” ucapku memulai pembicaran inti.
“terus aku harus bagaimana? Aku gak faham maksudmu,” Shalihah berkomentar.
“Shalihah, aku mencintaimu, aku menyayangimu. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Maukah kau menjadi kekasihku???’ ucapku langsung kesasaran.
“cak Ahmad, maaf ya! Bukannya aku menolak. Jujur, aku juga merasakan seperti apa yang cak Ahmad rasakan sejak kita bertemu pada kejadian waktu itu. Aku selalu merasa nyaman dan aman jika berada di sisimu. Aku ingin sekali selalu berada di dekatmu. Tapi aku ragu, apakah dirimu juga merasakan hal yang sama? Tapi sekarang keraguanku telah hilang. Aku mau menjadi kekasihmu” jawabnya diplomatis.
“jadi? Kau menerima cintaku? Kau mau menjadi kekasihku?” tanyaku meminta ketegasan.
“iya, aku terima cintamu, aku mau manjadi kakasihmu.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“terimakasih ya! Kau yang terindah dalam hidupku.” Ucapku sambil memeluknya.
JJJ
            Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Tanpa terasa sudah dua tahun aku dan Shalihah menjalin hubungan asmara. Selama itu belum ada masalah yang berarti bagi kami.Hanya masalah-masalah kecil yang datangnya dari orang-orang yang iri pada hubungan kami.Banyak pihak-pihak yang ingin menghancurkan hubungan kami.Tapi semua masalah-masalah itu tidak bisa membuat hubungan kami berantakan, malah dengan munculnya masalah-masalah itu menjadikan cinta kami semakin besar dan kuat.Hubungan yang kami jalani sudah mendapatkan dukungan dari orang tua kami.Keluarga Shalihah sangat setuju dengan hubungan kami ini meskipun pada awalnya mereka menentangnya.Tapi, setelah kutolong ibu dan adik Shalihah yang terkena santet dari tetangganya, mereka langsung merestui hubungan kami, bahkan mereka menginginkan kami segera menikah.Tapi, orang tuaku tidak setuju kalau kami menikah sebelum kami selesai kuliah.
            Suatu ketika Shalihah datang padaku disaat aku sedang duduk di depan kosanku.
“gimana kuliahnya tadi?, seru?” aku memulai pembicaraan ketika dia sampai di dekatku.
“seru apanya?, dosennya cerewet banget, salah satu kalimat saja dalam penulisan judul makalah, kami satu kelas diceramahi” jawabnya ketus.
“hus, jangan ngomong gitu, walau bagaimanapun beliau tetap gurumu yang wajib dihormati” timpalku.
“ia sih, tapi tetep aja dia cerewet, sebel aku” dia mengerutu.
“ya udah jangan ngomongin itu lagi, ntar kuwalat” timpalku lagi.
“eh cak, ceritain donk masa lalumu yang katamu suram dan kelabu itu, Seperti ungkapanmu dalam puisimu yang berjudul Jiwaku” dia meminta.
“emangnya ada apa kok kamu ingin aku menceritakannya? Tanyaku.
“ya aku penasaran aja, dan aku juga ingin tahu alasanmu kenapa kamu dari dahulu tidak mau pacaran” jawabnya simple.
“cerita yang bagian mana nih yang mau didengar? Tantangku.
“cerita tentang kisah percintaanmu atau tentang persahabatanmu dengan para sahabatmu dulu” dia menjawab.
“baiklah kalau memang itu yang ingin kau dengar, akan kuceritakan semuanya secara lengkap” aku menyanggupi.
“benernih mau cerita? Ngak berat dikamu?” dia bertanya meyakinkanku.
“uda, jangan banyak Tanya. Dengarkan saja ceritaku” jawabku simple “baiklah aku siap menyimak” sambungnya.
“inilah kisahku, simak baik-baik dan jangan komentar sebelum aku selesai, oke!”
“oke!!!”
Aku pun menceritakan kisahku mulai dari kepergian Dewi kepasar sampai aku berangkat mondok.
JJJ
Anugerah membawa derita bagiku dan sahabatku.Aku kehilangan sahabat karibku gara-gara mendapat anugerah.Sahabatku mengalami kecelakaan maut setelah dia mendapatkan anugerah kelulusan.Dia telah lulus UNAS di MI tempat dia sekolah.
“ kak Ahmad, mbak Nisa, aku lulus UNAS, aku dapat rangking satu sekabupaten” ujar Dewi padaku dan Nisa.
“wah! Hebat kamu Wi! Selamat ya!”Nisa memuji Dewi dan mengucapkan selamat.
“iya, hebat kamu Wi! Kalah aku, dulu aku Cuma dapat rangking satu dikelas aja dan Nisa dapat rangking satu di sekolah” ujarku memuji.
“ kak Ahmad dan mbak Nisa bisa aja, inikan berkat kalian juga yang telah mengajariku” ujar Dewi merendah.
“ini bukan karena kami berdua Wi, tapi ini karena usaha dan kemauan kerasmu” timpalku ngotot.
“terus, apa rencanamu selanjutnya Wi?” tanya Nisa.
“nanti malam aku akan mengadakan tasyakkuran dan aku mengundang kak Ahmad dan mbak Nisa kerumahku. ” jawab Dewi.
“insyaallah kami datang Wi” jawabku.
“pokoknya harus datang! Tidak boleh tidak! Tidak pake insyaallah! Harus datang! Oke!!!” ujar Dewi memaksa sambil berlalu pulang. Aku dan Nisa hanya saling menatap kemudian kami pun pulang kerumah kami.
JLJ
Pada malam harinya setelah acara tasyakkuran selesai dia berkata pada kami.
 “kak Ahmad, mbak Nisa, besok aku akan pergi kepasar bersama ayah, aku mau beli sepatu baru” Dewi berkata.
“Kira-kira kamu mau beli sepatu apa Wi?” Tanyaku,
“aku mau beli sepatu New Era warna hitam”. Jawab Dewi.
“Kenapa warna hitam?” tanya Nisa.
“Karena kalau hitam gak mudah kotor”.Jawabnya sambil nyengir.
“dasar kamu Wi! Dari dulu gak pernah berubah, tetap saja malas untuk membersihkan sepatu. Dasar Shoviatul Badawi, kelakuannya selalu konsisten” ujarku meledek Dewi.
“hehehe...... emang iya sih, aku malas yang mau membersihkan sepatu” ujar Dewi sambil tertawa.
Setelah berbicara panjang lebar aku dan Nisa pamit pulang karena waktu sudah larut malam.
Pada pagi yang sangat cerah, sebelum pergi, Dewi masih sempat pamit padaku.
“ aku pergi ya kak, jaga diri kakak baik-baik dan aku titip ibu ya kak”! Aku pun menjawab dengan tenang,” iya sayang! Tanpa kamu minta pun aku akan jaga diriku dan juga bibik, kamu juga jaga diri, jangan ngebut”.Ternyata itu adalah kata-kata dan hari terakhirnya denganku.

Tiiiiiiiiiiiittttttt…….. brak!!!!!
“Dewi! Dewi! Dewi!,,,.. bangun nak! Bangun,,,!!! Tolong…. Tolong….” Ayah Dewi berteriak minta tolong.
“ada apa pak? Ada apa pak?”Tanya orang-orang yang mendengar teriakannya.
“tolong kami! Tolong anakku!” seru ayah Dewi kemudian pingsan.
LLL
 Dua jam kemudian aku mendapat telpon dari ayahnya, “Ahmad, tolong bilang pada bibik Rahmah kalau kami kecelakaan, dan sekarang kami berada di R.S Yarsi, keadaan Dewi sangat parah, dia kritis”. aku pun langsung panik mendengar kabar itu, apalagi setelah aku tahu kalau keadaan Dewi sangat parah. Setelah aku memberi tahu bibik Rahmah aku langsung berangkat ke R.S Yarsi.Setelah aku sampai disana, aku langsung ke UGD tempat Dewi dirawat. Tangis pun tak dapat ditahan ketika aku melihat Dewi, seluruh kepalanya dililit dengan perban. Kurang lebih satu jam aku disana akhirnya Dewi siuman. “Kak Ahamad”! kata pertama yang diucapkan Dewi ketika dia siuman. “ada apa Wi?” tanyaku. Dengan terbata bata dia berkata,
“dimana ayah kak?”
“Ayah disini nak”. Jawab ayahnya dari depan pintu.
Dengan suara yang terputus putus Dewi berkata,
“ ayah maafkan Dewi ya! Kalau selama ini Dewi banyak salah”.
“Iya nak, sebelum kamu minta maaf ayah sudah memaafkan kamu”,  jawab ayahnya.
“Kak Ahmad maafkan Dewi ya kak!Selama ini Dewi sudah sering bikin kakak susah dan kesal”.
“Sebelum kamu minta maaf aku sudah memaafkan kamu”.
Sesaat Dewi diam, dia melihat kesekelilingnya dan dia bicara lagi,
“dimana mbak Nisa kak? Kok aku ngak melihatnya?”
“Dia sedang ada lomba di sekolahnya, dan aku sengaja tidak memberi tahunya kalau kamu kecelakaan biar dia ngak kaget dan akhirnya dia tidak bisa konsentrasi pada lomba yang diikutinya dan kakak juga tidak sempat untuk memberi tahu dia”.
Dewi berkata lagi.”Tolong sampaikan permintaan maafku pada dia ya kak!”
“Kenapa tidak kamu saja yang minta maaf sendiri pada dia?”Timpalku.
“Karena mungkin aku tidak akan lama lagi hidup di dunia ini”. Kata Dewi.
“Kamu ini bicara apa Wi? Kamu akan sembuh, kamu akan berkumpul lagi bersama kami. Bukankah kamu pernah berjanji padaku kalau kamu akan menemaniku sampai kita tua?”
“Maafkan aku kak, aku tidak bisa memenuhi janjiku. Kak! Aku titip salam pada semua temanku ya kak! Sampaikan permintaan maafku pada mereka kalau selama ini aku banyak salah pada mereka”.
Tangis pun tak dapat ditahan. Semua yang ada di ruangan itu ikut menangis.Beberapa saat kemudian dengan nafas tersendat sendat Dewi berkata padaku, “kak tolong tuntun aku mengucapkan dua kalimat syahadat, aku sudah tidak kuat lagi”.Dengan beruraian air mata aku menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ikuti kata-kataku ya! “ASYHADU ALLAA ILAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADURRASULULLAH”.
Seteleh dia mengucapkan dua kalimat syahadat dia pun langsung menghembuskan nafas terakhirnya.
LLL
Setelah kau tiada barulah kurasakan  bahwa
kehadiranmu sungguh berharga
Andaikan aku bisa mengulang waktu
akan kujaga  dirimu setiap saatku

tak kan kubiarkan  sesuatupun menyakitimu
aku akan menjagamu dibangun dan tidurmu,
dimimpi dan nyatamu

Tapi apalah dayaku?
aku hanya insan biasa
yang tak bisa memutar waktu

Sesal hanya tinggal sesal, tangis hanya tinggal tangis
kau telah pergi dari hidupku untuk selamanya
Hancur Lebur rasanya hidupku
setelah kau tinggalkan aku

Ingin aku menemuimu, ingin aku mengunjungimu
Tapi apalah daya?aku tak bisa lakukan itu,
aku hanya bisa pasrah pada takdirku

aku hanya bisa berdoa untukmu,
semoga tuhan meridloimu,
semoga tuhan mempersatukan kita
disurga

LLL
Dua bulan sudah berlalu setelah kepergian Dewi.Aku dan Nisa tetap melakukan kegiatan sehari-hari kami dangan penuh canda tawa.Meski demikian dalam hatiku masih ada rasa rindu dan sedih atas kepergian Dewi.Tapi semua itu aku tepis, karena aku tidak sendirian, masih ada Nisa di sisiku yang setia menemaniku.Kami selalu bermain bersama, berangkat sekolah bersama, dan mengaji bersama di masjid.
            Pada suatu ketika Nisa bilang padaku kalau dia ditembak oleh seseorang, tapi dia tolak,  aku pun tidak ambil pusing dengan masalah itu, karena aku yakin kalau dia tidak akan berpaling dariku. Aku dan Nisa sudah bersama sejak dia masih balita dan diantara kami sudah muncul rasa saling mengasihi sejak kami masih kanak-kanak. Tapi siapa sangka kalau hal itu menjadi awal dari petaka baru yang akan menimpa kami. Satu minggu setelah kejadian itu Nisa jatuh sakit, badannya sangat panas dan kalau malam dia menggigil bahkan kadang-kadang dia merintih kesakitan dibagian kepalanya. Sudah berbagai macam obat yang diberikan mulai dari obat tradisional sampai obat dari apotek  bahkan sudah dibawa kedokter, namun hasilnya tidak ada, bahkan sakitnya makin parah.
LLL
            Mawarku! Kenapa kau layu?
Sudah kubilang aku takmau kehilangan mawar lagi
            Sudah kubilang cukup satu saja mawar yang terpendam
            Cukup mawar kecil yang tak tahu apa apa
Jangan hukum lagi mawar mawar lain  yang ingin tumbuh
Tuhanku
            Jika di jiwanya mengalir darah mawar,
maka jangan hilamgkan, jangan lenyapkan
Tumbuhlah dengan cantik sesuai dengan harapan
LLL
            Pada suatu hari kakekku datang bertamu kerumahku dalam rangka shilaturrahim.Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung menemui kakek dan minta bantuan padanya.Aku berkata pada kakek, “Nisa sakit keras kek!Sudah berbagai macam obat diberikan bahkan sudah dibawa ke dokter tapi tetap saja tidak ada hasilnya malah sakitnya makin parah.Jadi aku minta bantuan pada kakek untuk mengobatinya mungkin kalau kakek yang mengobatinya dia diberi kesembuhan oleh Allah”.Kakek pun bersedia mengobati Nisa. Setelah beberapa saat kakek mencoba mengobatinya hasilnya sama saja, bahkan kakek berkata padaku, “temanmu ini terkena guna-guna tingkat tinggi, kakek tidak sanggup melawannya. Dia bisa sembuh kalau dibacakan surah Yasin oleh 51 kiyai sepuh secara bersamaan.Mendengar kata-kata itu aku dan keluarga Nisa jadi sangat panik, karena tidak mungkin mengumpulkan kiyai sepuh sebanyak 51 orang yang ada hanya kiyai muda yang masih diragukan keilmuanya.
            Satu bulan telah berlalu Nisa tetap saja tidak ada perubahan yang mengembirakan.Malahan dia semakin hari semakin lemah saja kondisinya. Meskipun demikian, dia tetap aktif menjalan kan salat lima waktu tepat pada waktunya, tidak pernah dikodok bahkan dia sering mengingatkanku untuk salat.
Pada suatu ketika aku jadi sangat malas untuk pergi kesekolah, aku ingin sekali menemani Nisa, tapi Nisa menyuruhku untuk sekolah walaupun aku menolak dia tetap memaksaku untuk berangkat sekolah.Tapi aku tetap enggan untuk berangkat sekolah karena aku tidak mau terjadi apa-apa pada Nisa sedangkan aku tidak bersamanya. “percayalah kak! Tidak akan terjadi apa-apa padaku” kata Nisa.Dengan berat hati akhirnya aku berangkat sekolah agar aku bisa menjadi orang yang pandai dan bisa menggapai cita-citaku.
            Pada siang itu setelah mengerjakan salat zuhur Nisa berbaring di tempat tidurnya.Tiba-tiba dia merintih kesakitan sehingga seluruh keluarganya panik.Tidak lama kemudian dia berhenti merintih namun dari mulutnya terucap dua kalimat syahadat secara terus menerus sampai pada akhirnya dia tersenyum dan menghembuskan nafas terakhirnya.
            Sesampainya di sekolah aku selalu teringat pada Nisa, aku tidak bisa konsentrasi pada pelaajaranku, aku takut terjadi apa-apa pada Nisa. Untungnya guru yang akan mengajar di jam kedua dan ketiga tidak hadir. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan. Aku langsung pulang setelah jam pertama selesai. Alangkah terkejutnya aku ketika aku sampai di depan rumah Nisa. Disana banyak orang berlalu lalang dan ada diantara mereka yang membaca yasin dan tahlil.Karena penasaran, aku bertanya pada salah seorang yang ada disana.
“ada apa ya pak? Kok disini banyak orang?Ada yang baca yasin dan tahlil”.
“Nisa telah pergi” jawab orang itu.
“Pergi kemana pak? Diakan sedang sakit”, tanyaku
“Nisa pergi ketempat yang sangat jauh, dia pergi untuk selamanya”.  Setelah mendengar jawaban dari orang itu yang tak lain adalah ketua Rt disana, tubuhku langsung gemetar. Aku langsung berlutut didekat jasad Nisa sambil kupandangi wajahnya yang pucat dan penuh senyuman, kemudian aku menyentuh wajahnya yang dingin sambil berkata, “kenapa kau tinggalkan aku Nisa?Kenapa kau ingkari janjimu untuk menemaniku sampai kita tua? Nisa istirahatlah dengan tenang di alam sana. Semoga Allah mengampunimu.
LLL
            Setelah kepergian Nisa aku selalu menyendiri.Aku jadi pendiam walau sebenarnya aku bukan pendiam.Hari-hari kulalui dengan penuh kesedihan, aku merasa gairah hidupku sudah pupus.Tak ada artinya lagi aku hidup tanpa kehadiran Dewi dan Nisa.
Sepuluh bulan telah berlalu semenjak kepergian Nisa.Aku tetap saja tidak bisa menghilangkan kesedihanku.Aku selalu menyendiri mengenang kembali masa-masa indahku bersama mereka.Aku selalu pergi ziarah ke makam mereka setiap hari. Setiap aku selesai mengerjakan salat lima waktu aku selalu menghadiahkan fatihah pada keduanya. Setiap aku menyendiri aku selalu menyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka.Setelah lagu Peterpan yang berjudul “kisah cintaku” muncul aku selalu menyanyikan lagu tersebut.
 “Ahmad! Ahmad!” tiba-tiba abah memanggilku.
“Labbaika ya abiy”, jawabku.
“Abah ingin memondokkanmu ke Jawa agar kamu bisa menimba ilmu agama lebih dalam dan kamu bisa melupakan kesedihanmu atas kepergian Dewi dan Nisa” abah menjelaskan maksudnya memanggilku.
“na’am abiy” jawabku. Aku tidak menolak keinginan abah, mungkin beliau faham akan kesedihanku. Aku pun berfikir mungkin dengan cara ini aku bisa melupakan kesedihanku dan aku bisa mencari ilmu kesaktian di jawa agar aku bisa membalas dendam atas kematian Nisa pada orang yang telah mengguna-gunanya. Aku bulatkan niatku untuk mondok ke Jawa agar aku bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama.
¯¯¯
           Hari Minggu jam 14:15 WIB, KM. Bukit Raya sandar di pelabuhan Tanjung Perak.Aku, abahku, temanku, dan dua sepupuku turun dari kapal menuju halaman pelabuhan kemudia mencari kendaraan yang bisa dicarter untuk mengantarkan kami ke Malang.
“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai di kota Surabaya, ibukota Jawa Timur.” Kata abahku.
“indah sekali kota ini paman.” Ujar kedua sepupuku.
“Benar sekali, sangat indah kota ini, lima kali lebih indah dari kota Pontianak.” timpalku.
“ayo kita cari kendaraan dulu jangan ngobrol terus biar gak kesorean sampai di Malang. Kata abahku tegas.
           Setelah mendapatkan kendaraan kami langsung berangkat ke Malang, tepatnya ke desa Ganjaran, kecamatan Gondanglegi, kabupaten Malang pada jam 14:51 dan sampai di sana pada jam 17:00. Teman dan kedua sepupuku oleh ayahku langsung diantar ke pondok putri, sedangkan aku masih tinggal di tempat indekos ayahku waktu masih mondok dulu.Aku masuk ke pondok pada ke esokan harinya diantarkan oleh ayah dan sekaligus memasrahkan teman dan kedua sepupuku. Setelah pemasrahan itu aku langsung diantar ke kamar yang akan aku tempati selama aku mondok.
           Tepat pada jam 09:00 pagi aku diajak ayah untuk mendaftarkan diri di MA Raudlatul Ulum Putra yang kebetulan masih libur karena haflah akhirussanah baru selesai dua hari sebelumnya dan akan masuk aktif satu minggu lagi.
“sekarang kamu sudah terdaftar sebagai siswa di MA ini, ingat pesanku jangan bolos kalau sekolah, jangan malas belajar, sekolah yang rajin agar kau menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama!” abah berpesan.
“iya abiy, akan saya ingat pesan abiy, tapi kapan sekolahnya masuk aktif? Tanyaku.
“insyaallah satu minggu lagi” jawabnya.

           Di pondok pesantren aku memperdalam ilmu agama yang memang masih sangat dangkal.Bagi santri baru seperti diriku yang pertama dipelajari adalah ilmu alat yang merupakan syarat mutlak untuk bisa membaca kitab gundul (kitab kuning).Selain di pondok, aku juga mempelajari ilmu alat di sekolah, namun kitabnya berbeda.Di pondok kitab yang diajarkan adalah kitab Al-jurumiyah dan Amtsitut Tashrifiyyah, sedangkan di sekolah adalah kitab Syarah Ibnu Aqil Ala Alfiyyah Ibnu Malik.Selain ilmu alat, di pondok aku juga mempelajari ilmu fiqh, kitab yang diajarkan adalah kitab Mabadiul Fiqhiyyah.
           Tanpa terasa bulan Ramadhan pun hampir tiba.Aku diajak oleh teman teman seangkatanku untuk kursus ilmu alat di desa Bulupitu di pondoknya kiyai Nawawi, tapi aku menolak karena aku sudah daftar pada guru ngajiku untuk ikut kursus Al-quran di pondok PIQ (Pesantren Ilmu Qur’an) kecamatan Singosari.
           Pada tanggal 25 Sya’ban, aku, guru ngajiku dan 10 teman sekelasku berangkat kursus ke pondok PIQ Singosari.Setelah dites ternyata aku masuk di kelas C bersama seorang teman sekelasku.Sedangkan teman yang lain ada yang di kelas B dua orang termasuk guruku dan sisanya di kelas D. Murid murid kelas C ternyata banyak yang sudah tua bahkan ada yang sudah punya cucu. Yang masih muda dan bujang hanya lima orang, aku dan temanku dan tiga orang santri dari desa Putuk Rejo yang kebetulan sama-sama orang Pontianak. Kami kursus Al-qur’an di PIQ selama satu bulan.Pada tanggal 25 Ramadhan kami kembali ke desa Ganjaran.

            Tanpa terasa aku sudah hampir tiga tahun berada di Jawa. Saat ini aku sudah kelas tiga MA dan sebentar lagi akan menghadapi UNAS. Detik-detik menghadapi UNAS ini aku dan beberapa temanku ikut kursus pendalaman materi UNAS. Setiap hari setelah pulang sekolah kami pergi kerumah-rumah guru yang bersedia mengursus kami. Hari-hari berlalu terasa begitu cepat bagiku. Kini tibalah saatnya bagiku dan teman-temanku menghadapi UNAS.
Dipagi itu, suasana di kelas XII IPS sangat senyap.Tidak ada seorang siswa pun yang bersuara. Semua wajah tegang  tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kelas XII IPS adalah kelas yang paling ramai, apalagi kalau gurunya tidak hadir, pasti ribut.Ada yang bernyanyi, bersiul, saling lempar kertas, saling menggojloki dan sebagainya.Tapi pada pagi itu hari pertama UNAS, semuanya diam, tak ada yang berani bersuara.Jangankan bicara, menoleh saja tidak berani.Semua wajah terlihat tegang dan cemas. Lain halnya dengan diriku, aku merasa tenang dan optimis karena aku sudah siap untuk menghadapi UNAS.
UNAS berlangsung selama empat hari dan selama empat hari pula kelas XII IPS senyap.Selama UNAS berlangsung kami merasakan hari-hari berjalan dengan sangat lamban.Meskipun aku sudah siap untuk menghadapi UNAS, tapi aku juga merasa cemas karena aku tidak begitu mahir dalam mata pelajaran MTK dan Bahasa Inggris.Kecemasan kami tidak hanya pada waktu UNAS saja, tapi juga setelah UNAS selesai bahkan aku sangat cemas.
Setelah kurang lebih satu bulan, hari yang paling ditunggu pun tiba.Yaitu hari pengumuman hasil UNAS. Dengan membaca basmalah aku berangkat ke kantor sekolah untuk mengambil nilai hasil UNASku. Setelah amplop yang berisi nilai UNAS aku terima, aku langsung menuju masjid. Dengan hati yang berdebar aku buka amplop dan melihat nilai UNASku dan ternyata aku lulus bahkan mendapat peringkat ke-2 di kelas XII IPS. Aku pun langsung bersujud syukur.Sepulangnya dari sekolah aku langsung menelpon orang tuaku untuk memberi tahu hasil ujianku.Ketika mendengar kabar kelulusanku keduanya sangat senang dan seluruh kerabatku silih berganti menucapkan selamat padaku.Keluarga besarku sangat mengapresiasiku karena aku mendapat peringkat ke-2 di kelasku. Dua hari setelah itu aku mendapat wesel dari para kerabat dekatku. Aku disuruh mengadakan tasyakkuran di pondok atas kelulusanku dan aku pun melakukannya dengan senang hati.
Satu minggu kemudia aku dipanggil oleh dewan pengasuh.Aku sangat takut waktu itu.Aku berfikir kenapa aku dipanggil pengasuh?Apakah aku melakukan kesalahan besar yang tidak kusengaja?Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benakku.Ternyata aku dipanggil bukan Karena aku melakukan kesalahan, tapi aku dipanggil karena aku akn ditugaskan untuk mengajar di daerah Madura selama satu tahun.
Tepat pada malam senin jam 00:00 WIB, aku berangkat ke Madura bersama pak Kholis PJGTku (penanggung jawab guru tugas). Aku sampai di rumah pak Kholis tepat jam 03:30 pagi. Setelah beristirahat kurang lebih 45menit suara azan subuh terdengar dan aku pun bergegas mengambil wulu kemudian ikut salat berjamaah di masjid yang kebetulan berada di sebelah barat rumah pak Kholis.
Kurang lebih jam 06:30, aku disuruh menemui para santri yang sudah menungguku di aula pondok untuk berkenalan dengan mereka. Setelah berkenalan dengan para santri, aku diperkenankan untuk kembali beristirahat di kamarku.
JLJ
Suara bel tanda masuk sekolah berbunyi tepat pada jam 07:15 WIB.Pak Kholis selain seorang kiyai, dia juga ketua yayasan madrasah diniyah Nurul Huda dan kepala sekolah MTs Miftahul Khoirot serta bendahara MI Al-mas’udiyah.Pak Kholis memiliki santri kurang lebih 60 orang dengan rincian 40 orang laki laki dan 20 orang perempuan.Pak Kholis mendirikan pesantren sekitar 2tahun yang lalu.Meski tergolong kecil dan sederhana, pondok pesantren Nurul Huda Al-mas’udiyah ini sudah memiliki sekolah diniyah sendiri.Kalau pagi sampai siang hari para santri sekolah formal dan sore harinya sekolah diniyah.Aku tidak langsung mengajar pada hari itu, tapi aku masih beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Tiga hari berselang aku baru disuruh mengajar. Aku mengajar di kelas III, IV, dan V MADIN, di kelas V dan VI MI, dan di kelas VIII dan IX MTs. Di MI aku mengajar Bahasa Indonesia, MTK, Akidah Ahklak, SKI, dan Fiqh. Di MTs aku mengajar Sejarah, PKn, Sains dan Geografi.Di MADIN aku mengajar Nahwu, Sharraf, Akhlakul lilbanin, Madiul Fiqhiyyah, Amtsilatut Tashrifiyyah, dan Qowa’idul I’lal.Selain aku disuruh mengajar, aku juga diangkat menjadi wali kelas di kelas IV MADIN dan menjadi waka kurikulum.Jadwal mengajarku penuh tiap harinya.Aku hanya punya waktu kosong pada hari jumat di MADIN karena libur dan hari Minggu di MI dan MTs karena keduanya libur.
Hari pertama aku mengajar di kelas IV MADIN aku mendapat respon yang  baik dari para siswa. Dan pada hari pertama itu pula aku bertemu dengan seorang siswi kelas IV MADIN yang sangat cantik, anggun dan sederhana.
JJJ
Ketika aku berjalan jalan ke sebuah kebun bunga,
mencari cari bunga yang aku suka

Dikebun itu aku melihat banyak mawar
yang terlihat sangat segar, mempesona
Namun mawar-mawar itu banyak durinya dan berbisa,

Mawar-mawar itu sangat mudah dijangkau oleh kumbang,
karena letaknya yang terlalu tampak dan baunya yang semerbak
membuatnya mudah di temukan oleh kumbang

Setelah aku sampai di tengah tengah kebun dan aku mulai lelah,
aku melihat mawar yang lain dari pada yang lain,
ia tak berduri, baunya tidak menyengat,
hingga ia tidak mudah ditemukan oleh kumbang,

dia tak mudah dijangkau oleh kumbang
karena ia tertutupi oleh daunnya
dan tertutupi oleh mawar lain
JJJ
Siswa-siswi kelas IV MADIN kebanyakan dari kelas VIII dan IX MTs. Setelah pembelajaran selesai aku menemui siswi yang sangat cantik tadi.Aku mengajaknya berkenalan.
“assalamualaikum ya ukhti” sapaku.
“wa alaikum salam ya ustadz” jawabnya dengan lembut.
“ngomong-ngomong anti bukan santri sini ya?”
“kok ustadz tau?”
“ya taulah, aku kan kemarin berkenalan dengan semua santri dan aku tidak melihat anti.”
“kalau boleh tau ustadz asalnya dari mana?” tanyanya.
“aku berasal dari Pontianak” jawabku.
“oh ya, siapa nama anti?” tanyaku.
“nama saya Sovi ustadz.”
“Cuma Sovi tok?” timpalku.
“Soviatul Abrori lengkapnya”
“udah azan asar nih, kita kemasjid yuk?” aku mengajaknya.
“mari, ustadz duluan” jawabnya dengan sopan.
Sejak saat itu, aku selalu teringat akan dirinya. Baru kali ini aku tertarik pada seorang gadis.Dan dialah gadis pertama yang bisa membuatku tak berdaya.Dan dia pulalah yang mampu membuatku melanggar komitmenku sendiri, yaitu anti jatuh cinta.Setiap selesai mengajar aku selalu menyempatkan diri untuk menyapanya dan mengajaknya berkomunikasi.Kebetulan dia juga siswiku di kelas VIII MTs sehingga aku bisa melihatnya setiap saat dan mengobati keriduanku padanya.Aku menyadari kalau aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama, tapi aku tidak langsung menyatakan cinta padanya, aku masih menunggu waktu yang tepat.Akhirnya waktu yang aku tunggu tiba juga, yaitu disaat dia ulang tahun yang ke 17.Aku memberinya hadiah ulang tahun dan aku pun langsung menyatakan perasaan cintaku padanya.
“selamat ulang tahun ya ukhti, semoga panjang umur”  sapaku sambil memberikan hadiah.
“jazakumullah ya ustadz” dia menerima hadiahku.
“Sovi! Aku ingin bicara serius padamu empat mata”
“mau bicara apa ustadz?”
“Sov!Jujur, sejak pertama kali aku melihatmu, aku langsung tertarik padamu.Setiap kali aku bersamamu aku merasa damai.Kalau aku tidak melihatmu sehari saja, aku merasa sudah tidak melihatmu bertahun tahun saking rindunya aku apadamu.
“lantas ustadz mau apa?”
“Aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama.Maukah kamu jadi kekasihku?”
“ustadz! Maaf ya, bukannya aku menolak ustadz, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku juga jatuh cinta pada ustadz sejak pertamakali kita berkomunikasi.”
“jadi, kamu menerima cintaku?”
“iya, aku terima cintamu”
Karena saking senangnya cintaku diterima oleh Sovi, aku membebaskan hafalan dari siswa kelas IV MADIN yang seharusnya disetorkan sore itu.
Hari-hari berlalu, tanpa terasa aku sudah empat bulan berada di tempat tugas dan tiba saatnya liburan.Aku pergi berlibur ke Bekasi ke rumah pamanku selama dua minggu. Di Bekasi aku berkenalan dengan seorang gadis yang tak lain adalah anak dari adik ipar pamanku.
“selamat pagi kak!” dia menyapaku.
“pagi juga, ada apaya?”
“gak ada apa-apa, Cuma nyapa aja.”
“eh,  kamu siapaya?” tanyaku.
“aku Iis, ponakannya bibik Fatma.”
“ooh, ternyata ponakannya paman ta.”
“em… nama kakak siapa?”
“namaku Ahmad Jamiluddin”
“kalau aku Siti Istithoah”
“kamu anak keberapa? Dan berapa umurmu?Tanyaku.
“aku anak ke 3, dan umurku 17 tahun. Kakak dari mana asalnya?”
“aku dari Pontianak City”
“orang jauh ta.”
“eh aku mandi duluya, dari kemarin aku belum mandi”
“oh, ya, silakan kak, pantes aja dari tadi kayak ada bau gak enak, ternyata kakak gak mandi”
“hahaha… enak aja, jangankan dua hari gak mandi, satu bulan aku gak mandi pun gak akan bau.”
Sejak saat itu kami jadi semakin akrab.Kami sering jalan bersama dan tanpa terasa aku mulai jatuh hati padanya, tapi aku masih ingat pada Sovi yang sedang menungguku di Madura.Tak terasa dua minggu sudah berlalu dan tiba saatnya aku kembali ke tempat tugas.Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Sovi, aku sangat rindu padanya.
Sesampainya di Madura, Iis selalu menelponku bahkan disaat aku sedang berbicara dengan Sovi tiba-tiba Iis menelpon dan yang mengangkat adalah Sovi.
“halo! selamat sore kak Ahmad tersayang” kata Iis ditelpon.
“halo! Met sore! Ni siapaya?” Tanya Sovi.
“ni aku Iis, temen kak Ahmad di Bekasi. Kak Ahmadnya ada gak?
“gak ada!” Sovi menjawab dengan nada membentak dan langsung mematikan Hp.
“siapa yang nelpon ya habibah?” tanyaku.
“lihat aja sendiri” jawabnya dengan nada sinis dan dia lansung meninggalkanku.
“mau kemana Sov? Tanyaku.
“aku mau pulang” dia menjawab sambil berlalu.
Karena penasaran aku mengecek daftar panggilan masuk, ternyata yang menelpon adalah Iis.
Sejak saat itu Sovi selalu menghindariku dan tidak mau berbicara padaku.Sementara itu, Iis selalu menelponku tiap hari.Mungkin Sovi cemburu pada Iis yang setiap hari menelponku.Keadaan ini ada yang memanfaatkannya.Ada pihak ketiga yang tidak suka melihat hubunganku dengan Sovi dan sengaja mengadu domba antara aku dengan Sovi agar kami berpisah.Keinginan pihak ketiga itu tercapai. Suatu ketika Sovi menemuiku dan memberiku sepucuk surat. Ketika aku membaca surat itu ternyata surat itu berisi pernyataan putus dari Sovi. Sejak saat itu Sovi tidak pernah masuk sekolah diniyah lagi dan kalau waktuku mengajar di MTS, di kelasnya Sovi, dia juga tidak masuk sekolah.
Dua bulan kemudian setelah ujian semester I sekolah libur selama satu bulan dan aku pun kembali berlibur ke rumah paman di Bekasi. Sesampainya di Bekasi, aku disambut dengan senyuman manis Iis. Dia langsung memelukku dan mencium pipiku.Tentu saja gara gara perbuatannya itu aku langsung marah padanya dan hampir saja aku menamparnya. “jangan sembarangan memeluk gitu donk! Malukan dilihat orang.Apalagi kita ini bukan mahrom, dosa tau.”Bentakku padanya.Dengan nada halus dan lembut dia menjawab “maaf ya kak!Aku kelepasan.Habisnya aku kangen banget ma kakak. Kita kan gak ketemu uda tiga bulan. Sekali lagi maaf ya kak!”.Tanpa mengatakan sepatah kata pun aku pergi meninggalkannya ke rumah paman.
Pada malam harinya sehabis salat isya Iis menemuiku di rumah paman.Dia mengajakku jalan-jalan ke bioskop, katanya malam itu ada film bagus dan dia sudah beli dua buah karcis.Aku pun tidak menolak ajakannya.Setelah berpamitan pada paman kami berangkat dengan mengendarai motor Satria F milik paman.Sesampainya di bioskop ternyata filmnya tidak terlalu bagus dan sagat membosankan bagiku.Aku mengajak Iis pulang sebelum filmnya selesai.Setelah sampai di rumah paman aku langsung menuju kamar dan tidur dengan sangat nyenyak.
Pada pagi hari sehabis salat subuh aku lari pagi mengelilingi kompleks dan diperjalanan aku bertemu Iis yang juga sedang lari pagi.Kami pun lari bersama sambil bercandaria.Setelah kami sampai di tempat peristirahatan, dia mengajakku berhenti sejenak untuk beristirahat.Setelah kami duduk dia menatapku dalam-dalam kemudian dia memegang pundakku.
“kenapa kamu Is? Kok menatapku seperti itu?Emang ada yang salah ya dengan pakaianku?”
“kak! Aku mau bicara serius dengan kakak”
“mau bicara apa? Ngomong aja”
“kak! Jujur, sejak aku mengenalmu aku selalu teringat dirimu. Setiap kali kita bersama aku merasa aman dan nyaman berada di dekatmu”
“sebenarnya kamu mau ngomong apa? Jangan buat aku jadi bingung”
“kak! Aku…….. aku suka padamu, aku ingin menjadi kekasihmu, maukah kau jadi kekasihku?”
Aku yang masih tidak bisa melupakan Sovi tidak mungkin menerimanya, tapi aku juga gak tega menolaknya. Aku takut dia sakit hati dan bersedih sehingga aku akan merasa sangat bersalah. Setelah aku berfikir panjang dan mempertimbangkan segala kemungkinan aku pun menjawabnya dengan anggukan.
“jadi, kakak menerima cintaku?”
“iya, aku terima cintamu.”
“terima kasih ya kak!” sambil memelukku.
            Setelah kami pacaran, kami pun selalu menghabiskan waktu bersama.Tidak seperti waktu aku pacaran dengan Sovi, kami tidak pernah jalan bersama apalagi menghabiskan waktu bersama-sama.Setelah tiga minggu aku di Bekasi, aku disuruh pulang oleh pesantren untuk memberi laporan selama aku berada di tempat tugas.Aku pun pulang ke pesantren untuk memberi laporan. Setelah memberilaporan aku bertekad akan kembali ke Bekasi dan melamar Iis. Sesampainya di Bekasi, aku langsung menghadap paman untuk memintanya melamarkan Iis untukku. Tapi sebelum aku sempat membicarakan keinginanku, paman mengatakan kalau Iis ditangkap basah oleh keamanan kampung di sebuah rumah kosong sedang melakukan perbuatan mesum dengan sepupunya dan merekapun dinikah secara paksa oleh warga setempat kemarin.Setelah mendengar kabar itu aku langsung gemetar dan lemas.
LJL
Mawar!
Alangkah indahnya kau,
alangkah cantiknya kau
Kau begitu harum, kau begitu menawan

Ingin aku memetikmu untuk kusemaikan dalam hatiku
Tapi keindahanmu hanya pada kuntummu saja,
tangkaimu penuh duri, tangkaimu bisa melukai
Andai saja kau tak berduri,
niscaya aku akan memetikmu dan
kusemaikan dalam hatiku
LLL
Keesokan harinya aku kembali ke Madura karena masa liburanku sudah habis.Aku kembali mengajar seperti biasanya di kelas-kelas MI, MTs, dan MADIN, meskipun dengan suasana hati yang gundah gulana.
“Minah, dimana Sovi? Dari kemarin aku tidak melihatnya?” aku bertanya pada Aminah sahabat karib Sovi.
“Sovi sudah pergi tadz, dia pergi ketempat yang sangat jauh dan tidak akan pernah kembali lagi” jawab Aminah dengan suara bergetar.
“apa maksudmu Minah? Pergi kemana Sovi? Jangan buat aku bingung” tanyaku meminta penjelasan.
“Sovi sudah meninggal tadz, dia mengalami kecelakaan di jalan raya Banyuates” jawabnya sambil menangis lalu pergi ke masjid.
Aku langsung gemetar dan langsung jatuh terduduk. Hatiku terasa sangat hancur bagaikan dipukul dengan gunung Semeru.
Tiga bulan kemudian aku kembali ke pondokku di desa Ganjaran karena masa tugasku di Madura sudah selesai dan aku langsung masuk kuliah.
JJJ
“seperti itulah kisah masa laluku sayang, penuh dengan penderitaan. Tapi semua penderitaan itu kini telah sirna karena kauberada disisiku.” Ujarku mengakhiri ceritaku.
“tapi kenapa kamu menangis? Kamu terharuya mendengar ceritaku?” tanyaku pada Shalihah yang sedang menangis.
“aku sangat terharu mendengar kisahmu ini. Sungguh tidak kusangka, dirimu yang begitu tangguh memiliki masa lalu yang sangat kelam. Maafkan aku ya, karena telah memintamu untuk menceritakan kisah sedih ini” dia berkata sambil menatapku dengan tatapan sendu.
“sudahlah, jangan dipikirkan. Yang lalu biarlah berlalu dan yang akan datang kita songsong bersama. Oke sayang!!!” timpalku.
“Ya Allah, sungguh aku tidak punya apa-apa”...











SINOPSIS CERPEN
            Pada suatu malam di kos-kosan mahasiswi terjadi kegaduhan.Seorang mahasiswi tiba-tiba kerasukan dan berlari menuju Aula di sebelah kos-kosan mahasiswa. Serempak beberapa mahsiswi lain pun berteriak-teriak mintak tolong. Para mahasiswa yang berada di dekat itu merespon.Seorang mahasiswi datang ke kos-kosan mahasiswa mintak tolong agar mengobati temannya yang kerasukan.Serempak mahasiswa yang mendengar penuturan mahasiswi tadi berlari menuju Aula ingin menolong yang kerasukan.Salah satu dari mahasiswa itu adalah Ahmad.Dari sekian banyak mahasiswa yang datang menolong hanya Ahmad yang memiliki ilmu gaib tingkat tinggi.
            Sebelum Ahmad datang membantu suasana di Aula itu kocar-kacir. Mahasiswa yang sok jagoan kalah telak oleh jin-jin yang sedang beraksi itu. Ketika Ahmad turun tangan mengobati semuanya terkendali. Ahmad langsung menyerang pimpinan jin yang sedang merasuki seorang mahasiswi cantik. Dengan kemampuannya dia mampu mengalahkan pimpinan para jin yang sedang berulah itu. Para mahasiswi yang kersukan pun sembuh seketika.
            Sejak kejadian malam itu, Ahmad dan teman-temannya semakin akrab. Kususnya dengan Jamilatus Shalihah, dia yang kerasukan pimpinan para jin waktu itu. Hubungan Ahmad dengan Shalihah semakin hari semakin dekat dan akhirnya mereka pacaran. Setelah pacaran Shalihah bertanya pada Ahmad tentang makna dari puisinya yang berjudul “Jiwaku”. Ahmad pun menjelaskan bahwa makna puisinya itu ada kaitannya dengan masa lalunya yang suram. Kemudian Ahmad pun menceritakan kisah hidupnya di masa lalu yang penuh dengan kesedihan. Mulai dari dia kehilangan dua orang belahan jiwanya di kampungnya sampai dia kehilangan kekasihnya di tempat tugasnya Madura. Setelah mendengar kisah Ahmad, Shalihah menangis dan Ahmad pun menenangkannya. Ahmad berkata “Ya Allah aku tidak punya apa-apa”.




PENULIS




NAMA                                   : AHMAD DARIK
ALAMAT                              : JL. Sumber Ilmu 127 Ganjaran Gondanglegi (PPRU 1)
TETALA                                : Pasak, 12 November 1992
SETATUS                              : Pelajar (Mahasiswa)
No Hp                                    : 081555476737



Comments

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA