Aku telah terbuka perlahan-lahan, seperti sebuah pintu, bagiku
satu per satu aku terbuka, bagai daun-daun pintu,
hingga akhirnya tak apa-apa lagi yang bernama rahasia;
begitu sederhana: sama sekali terbuka.
Batasan Apresiasi Puisi
Kata apresiasi puisi bukanlah kata yang asing. Kata tersebut sering terdengar dalam pembelajaran sastra di kelas. Apa sebenarnya maksud apresiasi puisi?
Kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation yang berarti penghargaan. Ia dapat pula kembali pada bahasa Prancis appresier atau appretiare yang berakar dari kata berbahasa Latin pretium yang berarti harga. Dengan demikian secara harfiah appresiasi dapat diartikan penghargaan terhadap karya puisi.
Dalam rangkaian kegiatan appresiasi puisi menghargai puisi merupakan ranah yang paling tinggi. Tetapi tidak mungkin kita bisa menghargai jika kita tidak mengenali, tidak pernah menikmati, dan memahami. Tak kenal maka tak sayang, begitu kata pepatah. Aktivitas yang paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengenali puisi adalah membaca puisi. Tanpa aktivitas semacam itu mustahil kita bisa mengenali puisi.
Langkah berikutnya adalah menikmati. Menikmati merupakan kegiatan jiwa, aktivitas rohani. Dengan kata lain kita berada dalam wilayah aktivitas penghayatan puisi. Agar mampu menikmati puisi dengan baik pembaca hendaknya memahami kode bahasa, kode sastra (dala hal ini kode puisi), dan kode budaya.
Penikmatan yang berhasil akan membawa kita pada situasi memahami puisi. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman terhadap bentuk dan isi puisi. Kita menjadi paham bahwa bahasa puisi amatlah khas, sebuah komunikasi melingkar yang tidak mudah dipahami jika kita bandingkan dengan bahasa sehari-hari. Demikian pula kita menjadi paham terhadap makna dan pesan yang terkandung dala puisi.
Menurut Squire dan Taba (dalam Aminuddin, 1995:34) sebagai sebuah proses, appresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu: aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif.
Aspek kognitif berkaitan dengan intelektualitas pembaca dalam memahami puisi. Artinya, pembaca diharapkan memiliki pengetahuan cukup unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi tersebut. Perhatikan puisi berikut:
KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
‘Ini dari kami bertiga
pita hita pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
pada kakak yang ditembak mati
siang tadi!’
(Taufiq Ismail, 1966)
Untuk memahami puisi ini kita harus paham mengapa puisi ini terbentuk atas dua bait? Mengapa bait kedua ditulis antara tanda kutip? Tampaknya bait pertama berupa deskripsi dan bait kedua berupa tuturan. Disamping itu kita harus memahami pemakaian bahasanya, misalnya mengapa dipakai kata ditembak bukan tertembak? Pengetahuan kognitif mengenai unsur intrinsik semacam itu harus kita miliki sebagai pembaca puisi.
Membaca puisi Taufiq Ismail ini akan sangat bagus bila kita memiliki pengetahuan tentang siapa Taufiq Ismail itu, kapan puisi itu diciptakan, latar belakang apa yang berpengaruh terhadap lahirnya puisi tersebut, dan sebagainya. Kita disarankan untuk tahu apa Salemba itu, siapa kakak itu, dan seterusnya.
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur perasaan pembaca. Aspek emotif ini memungkinkan pembaca merasakan keindahan puisi dan ikut menghayati suasana puisi itu: entah itu gembira, sedih, tragis, lucu, dan sebagainya.
Aspek evaluatif berkaitan dengan kegiatan memberi nilai terhadap puisi. Penilaian itu bisa lebih bersifat intuitif daripada kritik. Penilaian itu menyangkut penilaian terhadap bentuk dan isi puisi.
Dengan bekal pemahaman kognitif, emotif, dan evaluatif itu pada akhirnya kita akan dapat memahami puisi, memaknai puisi, membacakan puisi, menampilkan puisi, dan sebagainya.
Nah, nyata sekali sekarang bahwa apresiasi puisi merupakan aktivitas yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik, melalui langkah-langkah mengenali, menikmati, dan memahami, dengan berbekal unsur-unsur kognitif, emotif, dan evaluatif, sehingga tumbuh penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Comments
Post a Comment