Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)



NASKAH TEATRIKAL PUISI “DIALOG BUKIT KAMBOJA” KARYA D. ZAWAWI IMRON

Inilah ziarah di tengah nisan-nisan tengadah
di bukit serba kemboja. Matahari dan langit lelah
Seorang Nenek, pandangannya tua memuat jarum cemburu
menanyakan, mengapa aku berdoa di kubur itu.
SEORANG PEMUDA TENGAH DUDUK DI DEPAN MAKAM AYAHNYA. BERZIARAH. LAMA-KELAMAAN DATANG SEORANG NENEK DENGAN SOROT MATA PENUH CEMBURU BERTANYA PADA PEMUDA ITU.
Nenek: siapakah engkau wahai anak muda? Mengapa engkau duduk di sini?
Pemuda: aku anak almarhum.
PIPI KERIPUT ITU MENYIMPAN BEKAS SAYATAN WAKTU
Nenek: Lewat berpuluh kemarau telah kubersihkan kubur di depanmu karena kuanggap kubur anakku.
Pemuda: tetap diam dengan senyum tipis di bibirmya.
HENING MERANGKAK LAMBAT BAGAI LANGKAH SIPUT TANPA SEBUAH SEBAB SENYUMNYA LALU MEREKAH SEPERTI PUISI MEKAR PADA LEMBAR BUNGA BASAH
Nenek: Anakku mati di medan laga, dahulu saat Bung Tomo mengibas bendera dengan takbir. Berita itu kekal jadi sejarah: Surabaya pijar merah. Ketika itu sebuah lagu jadi agung dalam derap. Bahkan pada bercak darah yang hampir lenyap. Jadi di lembah membias rasa syukur, pada hijau ladang sayur, karena laut bebas debur. Aku telah lelah mencari kuburnya dari sana ke mana. Tak kutemu. Tak ada yang tahu. Sedangkan aku ingin ziarah, menyampaikan terimakasih atas gugurnya: Mati yang direnungkan melati. Kubur ini memadailah, untuk mewakilinya.
Pemuda: Tapi ayahku sepi pahlawan. Tutur orang terdekat, saat ia wafat jasadnya hanya satu tingkat di atas ngengat. Tapi ia tetap ayahku. Tapi ia bukan anakmu
Nenek: Apa salahnya kalau sesekali kubur ayahmu kujadikan alamat rindu. Dengan ziarah, oleh harum kemboja yang berat gemuruh dendamku kepada musuh jadi luruh.
SORE BERANGKAT KE DALAM REMANG. KE KELEPAK KELELAWAR
Pemuda: Hormatku padamu, Nenek! Karena engkau menyimpan rahasia wangi tanahku, tolong beri aku apa saja, kata atau senjata!
Nenek: Aku orang tak bisa memberi, padamu bisaku cuma minta: Jika engkau bambu, jadilah saja bambu runcing. Jangan sembilu, atau yang membungkuk depan sembilu!”
Kelam mendesak mereka berpisah. Di hati tidak
Angin pun tiba dari tenggara. Daun-daun dan bunga ilalang
memperdengarkan gamelan doa
Memacu roh agar aku tak jijik menyeka nanah
pada luka anak-anak desa di bawah
Untuk sebuah hormat
Sebuah cinta yang senapas dengan bendera
Tidak sekedar untuk sebuah palu

Oleh Ahmad Darik

Comments

  1. Menurut Saya bagus, dan saya pernah menggunakan puisi itu langsung di pantau oleh pak ahmad darik
    #siswakls8,1819

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA