PANCASILA 3
Pancasila telah
berubah
Tak lagi sama
seperti dahulu
Sila ke-satu bukan
ketuhanan yang maha Esa
Tapi keuangan yang
maha kuasa
Sila ke-dua bukan
lagi kemanusiaan yang adil dan beradab
Tapi kemanusiaan
yang labil dan bejat
Sila ke-tiga sudah
bukan persatuan Indonesia
Tapi kemakmuran
keluarga dan kolega
Sila ke-empat
bukanlah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
Tapi kerakyatan yang
dipimpin oleh ke egoisan dan keserakahan dalam pergulatan, perdebatan,
pertikaian dan permusuhan
Sila ke-lima pun
bukan kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tapi kehancuran
moral,budaya, ideologi dan ketimpangan.
Sang Pencerah
Desiran angin malam bersayup sunyi
Merangkai kata hati yang sepi
KU coba menerawang jauh kesana
namun, Aku hanya melihat sosok
tubuh indahnya
Terlelap mesra dalam peraduan
Jiwa terasa gersang
Tanpa hadirnya
sang penyejuk jiwa
Aku terdiam dalam sepi
Aku termenung dalam kesepian
Ku coba memejamkan mata untuk
sejenak
namun, bayangannya memaksaku
Untuk tetap terjaga dalam kesunyian
Tanpa terasa terbesit dalam kalbu sebuah kata
Kata kerinduan pada sosok sang
pencerah
Tanpa terasa air mata mengalir
Membasahi kelopak yang
telah layu
Kehadirannya bagai cahaya lentera
Yang menerangi kegelapan jiwa
Bagaikan tetesan embun
Yang memberikan kehidupan
Aku terkulai, tubuh kuambruk
Diterpa ganasnya badai kerinduan
Pada sosok penerang jiwa
Aku bisu, aku mati
Bagai seonggok batu yang terdiam
tak berkutik
Hanya satu kata yang mampu aku rangkai
Dalam gemuruh kerinduan pada Sang Lentera
SANG LENTERA
Guru!
Akulah orang jahil dalam ilmu
Betapa hal ini tiada lebih bodoh
dari kebodohanku!
Dari kehinaanku yang layak
dengan kemuliaanmu yang marak
dengan sifat-sifatmu yang lembut
dengan halusnya welas asihmu
engkau pun tahu aku lemah, aku
bodoh
tiadalah engkau menolakku
dengan sifat lembut dan welasmu
Guru!
Bila ada padaku suatu kebaikan
Itu semua berkat kasih dan
bimbinganmu
Engkau berhak menuntutku
Jika ada kejahatanku
Itu karena kelalaianku
Engkau berhak menuntutku
Guru!
Aku
datang padamu dengan tanganku yang fakir
Bagaimana
mungkin aku berperantara?
Padahal
mustahil aku ‘kan sampai!
Guru!
Betapa
diriku mendapat elus kewelasanmu
Padahal
aku bodoh dalam kejahilanku
Besar
sungguh kasih sayangmu
Padahal
begitu buruk perilakuku
Guru!
Begitu
engkau dekat denganku
Begitu
jauhnya aku darimu
Guru!
Besar
sungguh cintamu
Ada
apa gerangan yang
Menutup
antara aku denganmu?
Guru!
Kuakui
perubahan
Kuakui
pergantian zaman
Masa
berganti zaman berubah
Namun
kekuasaan kupahami
Keagungan
kusadari
Sehingga
takterlupa
Selalu
kupahami
Guru!
Ketika
dosa telah menutupi pandanganku
Nasihatmu
membisikkanku
Ketika
putus asa menggerogotiku
Aku
menemukan teguranmu
Aku
hanya insan rendahan
Bimbinganmu
membukakan harapan
Guru!
Kau
suruh aku perhatikan alam
Pada
peliputan selubung dalam
Engkau
bagai lentera di malam kelam
Sebagaimana
ketika aku memasuki mahligaimu
Menjadikan
terpeliharanya hatiku
Dari
gangguan genggaman kelam
Lalu
terangkat keinginan diriku
Untuk
bersandar padamu
Guru!
Ajari
aku ilmu pengetahuan
Yang
berada dalam persembunyian
Dengan
besarnya kasihmu
Aku
tetap dalam pengajaranmu
Guru!
Keluarkanlah
aku dari kehinaan
Bersihkan
aku dari keraguan
Sucikan
aku dari syirik
Sebelum
aku masuk keliang kubur
Tolong
dan bantulah aku
Jangan
tinggalkan aku dalam kekecewaan
Janganlah
engkau tolak aku bermohon
Jangan
jauhi aku dalam ketertinggalan
Guru!
Engkaulah
penerbit cahaya di hatiku
Engkaulah
pengembira hatiku
ketika
seisi alam menjemukan aku
Engkaulah
pengantar hidayah padaku
Sehingga
kebenaran itu memancar dari hatiku
Guru!
Engkaulah
sang lentera
Cahayamu
menembus jiwa
Engkaulah
sang lentera
yang
menerangi malam yang gulita
Engkaulah
sang lentera
yang
menjadi pelipur lara
Engkaulah
sang lentera
yang
selalu bercahaya
Guru!
Engkaulah
lenteraku
Engkaulah
pelitaku
Engkaulah
pembinaku
Maka
ridloilah aku...!
Comments
Post a Comment