Entri yang Diunggulkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI ANTAR SANTRI PON-PES RAUDLATUL ULUM I (Kajian Sosiolinguistik)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1                    Bentuk-bentuk Alih Kode Bentuk alih kode bahasa Madura ke dalam bahasa Indonesia yang ditemukan berupa kalimat antara lain kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat seru dan kalimat berita. 4.1.1         Alih Kode Kalimat Berita Alih kode struktur kalimat berita pada penelitian ini terdiri atas beberapa jenis  kalimat,  antara lain struktur kalimat aktif dan pasif. Struktur kalimat berita yang berbentuk kalimat aktif dan pasif banyak ditemui dalam percakapan yang   dilakukan antara petugas jam belajar pesantren dengan santri di waktu jam belajar berlangsung. Hal tersebut dapat diamati berikut ini: (4. 1 .1/ Ak.1) Santri           : Untuk pembacaan . Ustadzah    : Sudah? Kalo sudah sekarang, jelaskan tentan...

PUISI KEHIDUPAN




PANCASILA 3
Pancasila telah berubah
Tak lagi sama seperti dahulu
Sila ke-satu bukan ketuhanan yang maha Esa
Tapi keuangan yang maha kuasa
Sila ke-dua bukan lagi kemanusiaan yang adil dan beradab
Tapi kemanusiaan yang labil dan bejat
Sila ke-tiga sudah bukan persatuan Indonesia
Tapi kemakmuran keluarga dan kolega
Sila ke-empat bukanlah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
Tapi kerakyatan yang dipimpin oleh ke egoisan dan keserakahan dalam pergulatan, perdebatan, pertikaian dan permusuhan
Sila ke-lima pun bukan kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tapi kehancuran moral,budaya, ideologi dan ketimpangan.



Sang Pencerah

Dalamkesunyianmalam

Kucoba merangkai kata tulus
Dari dasar hati yang kelam

Desiran angin malam bersayup sunyi
Merangkai kata hati yang  sepi

KU coba menerawang jauh kesana
namun, Aku hanya melihat sosok tubuh indahnya
Terlelap mesra dalam peraduan

Jiwa terasa gersang
Tanpa hadirnya  sang  penyejuk jiwa
Aku terdiam dalam sepi
Aku termenung dalam kesepian

Ku coba memejamkan mata untuk sejenak
namun, bayangannya memaksaku
Untuk tetap terjaga dalam kesunyian

Tanpa terasa terbesit dalam kalbu sebuah kata
Kata kerinduan pada sosok  sang  pencerah
Tanpa terasa air mata mengalir
Membasahi kelopak  yang  telah layu

Kehadirannya bagai cahaya lentera
Yang menerangi kegelapan jiwa
Bagaikan tetesan embun
Yang memberikan kehidupan

Aku terkulai, tubuh kuambruk
Diterpa ganasnya badai kerinduan
Pada sosok penerang jiwa

Aku bisu, aku mati
Bagai seonggok batu yang terdiam tak berkutik
Hanya satu kata yang mampu aku rangkai
Dalam gemuruh kerinduan pada Sang Lentera


SANG LENTERA

Guru!
Akulah orang jahil dalam ilmu
Betapa hal ini tiada lebih bodoh dari kebodohanku!

Dari kehinaanku yang layak
dengan kemuliaanmu yang marak
dengan sifat-sifatmu yang lembut
dengan halusnya welas asihmu
engkau pun tahu aku lemah, aku bodoh
tiadalah engkau menolakku
dengan sifat lembut dan welasmu

Guru!
Bila ada padaku suatu kebaikan
Itu semua berkat kasih dan bimbinganmu
Engkau berhak menuntutku
Jika ada kejahatanku
Itu karena kelalaianku
Engkau berhak menuntutku

Guru!
Aku datang padamu dengan tanganku yang fakir
Bagaimana mungkin aku berperantara?
Padahal mustahil aku ‘kan sampai!

Guru!
Betapa diriku mendapat elus kewelasanmu
Padahal aku bodoh dalam kejahilanku
Besar sungguh kasih sayangmu
Padahal begitu buruk perilakuku

Guru!
Begitu engkau dekat denganku
Begitu jauhnya aku darimu

Guru!
Besar sungguh cintamu
Ada apa gerangan yang
Menutup antara aku denganmu?

Guru!
Kuakui perubahan
Kuakui pergantian zaman
Masa berganti zaman berubah
Namun kekuasaan kupahami
Keagungan kusadari
Sehingga takterlupa
Selalu kupahami

Guru!
Ketika dosa telah menutupi pandanganku
Nasihatmu membisikkanku
Ketika putus asa menggerogotiku
Aku menemukan teguranmu

Aku hanya insan rendahan
Bimbinganmu membukakan harapan

Guru!
Kau suruh aku perhatikan alam
Pada peliputan selubung dalam

Engkau bagai lentera di malam kelam
Sebagaimana ketika aku memasuki mahligaimu
Menjadikan terpeliharanya hatiku
Dari gangguan genggaman kelam
Lalu terangkat keinginan diriku
Untuk bersandar padamu

Guru!
Ajari aku ilmu pengetahuan
Yang berada dalam persembunyian

Dengan besarnya kasihmu
Aku tetap dalam pengajaranmu

Guru!
Keluarkanlah aku dari kehinaan
Bersihkan aku dari keraguan
Sucikan aku dari syirik
Sebelum aku masuk keliang kubur
Tolong dan bantulah aku

Jangan tinggalkan aku dalam kekecewaan
Janganlah engkau tolak aku bermohon
Jangan jauhi aku dalam ketertinggalan

Guru!
Engkaulah penerbit cahaya di hatiku
Engkaulah pengembira hatiku
ketika seisi alam menjemukan aku
Engkaulah pengantar hidayah padaku
Sehingga kebenaran itu memancar dari hatiku

Guru!
Engkaulah sang lentera
Cahayamu menembus jiwa

Engkaulah sang lentera
yang menerangi malam yang gulita

Engkaulah sang lentera
yang menjadi pelipur lara

Engkaulah sang lentera
yang selalu bercahaya

Guru!
Engkaulah lenteraku
Engkaulah pelitaku
Engkaulah pembinaku

Maka ridloilah aku...!
 
PENCARIAN
Aku mencari sekuntum bunga yang segar bugar
Bunga yang belum terjamah
oleh kumbang terhebat sekalipun
Bunga yang tak menampakkan keindahannya
Namun jelas terlihat indahnya

Sampai lelah aku mencarinya
Aku tak kunjung menemukannya

Pernah suatu ketika aku melihatnya
Ketika aku hendak mendekatinya
Untuk memetiknya, aku terlambat
Orang lain telah mendahului aku memetiknya.

Kini kuharus meneruskan pencarianku
Untuk menemukan yang lebih baik darinya
Atau yang semisal dengannya.

SAJAK KEHIDUPAN
Hari-hari berlalu perlahan-lahan
tanpa bisa dicegah.

Detak-detik waktu terus berjalan
tanpa pernah berhenti.

Seiring dengan berjalannya waktu
Bertambahlah usia umur kita
disadari maupun tidak.

Tapi ketahuilah!
Bertambahnya usia umur kita
Hakikatnya berkurang jatah waktu kita.

Sungguh merugi jika kita tak hati-hati
Sungguh merugi jika kita tak wawas diri
Sungguh merugi kita dalam kehidupan ini.

Manfaatkanlah usia kita!
Manfaatkanlah umur kita!
Manfaatkanlah waktu kita!
Sebelum kita kehabisan jatah.

TEROMBANG-AMBING
Aku sebuah kapal layar
Yang berlayar tanpa arah tujuan
Terombang-ambing oleh angin
Tersesat disamudra lautan
Yang luas tak bertepian

Aku terdampar dilautan
Pontang-panting tuk bertahan
Sembari mencari pelabuhan
Tempatku bisa berlabuh

Di manakah sang dermaga
Bisakah kumenemukannya
Dan berlabuh di sana
Untuk selamanya.

MAWAR BERDURI


Mawar!

Alangkah indahnya dirimu

Alangkah cantiknya ndirimu
Kau sangat menawan
Kau sangat rupawan
Kau sangat memesona

Mawar!
Ingin aku memetikmu
Ingin aku memilikimu
Untuk kusemaikan dalam hati
Agar kaumekar dan bersemi
Menghiasi taman hati

Tapi sayang
Keindahanmu hanya pada kuntummu
Keindahanmu hanya pada aromamu
Tangkaimu penuh duri
Tangkaimu bisa melukai

Mawar!
Aku selalu berharap
Semoga tuahan menghilangkan durimu
Agar aku bisa memetikmu
Dan kusemaikan dalam hatiku

KUCING-KUCING KELAPARAN

Kucing-kucing kelaparan
Mengorek-ngorek tong mencari makan
Kadang mereka mampir di rumah-rumah
Kadang mereka mampir di warung-warung
Hanya sekedar mengharapkan
Pemberian dari sang penghuni

Tak jarang mereka dihina,
dicaci-maki, diusir,
bahkan dilempari
Hingga mereka lari terbirit-birit
sambil menjerit sakit

Sungguh tega hati para penghuni
Sungguh kejam hati para penghuni
Sungguh hina kelakuan para penghuni
Sungguh lemah iman para penghuni
Sungguh rendah akhlak para penghuni.
Sudah enggan memberi
Masih juga menyakiti

Kucing-kucing itu
hanya bisa pasrah
sembari meratapi nasib
dan berharap akan pemberian sang Ilahi
yang maha pemberi rizki.
                                  (A.D)

KARENAMU
Karenamu
Kuterjatuh
Dalam kebohongan yang kian menjajah
Berjuang
Dengan hati yang kian berubah
Dalam iman merambat merebah

Karenamu
Kusembunyi dalam umpatan
Dibalik lipatan-lipatan kertas
Dalam torehan tinta yang melaju lepas
Rasa tak merdeka
Penuh ketakutan

Karenamu
Hari berganti tak kuhiraukan
Gunting menanti tak kurisaukan
Membangun harapan dalam ketidak pastian
Hanya karenamu
Semua karenamu

PUPUS
Kau tak pernah mengerti
Begitu tajam kedua bibirmu
Menusuk dan membelah
Melukai relung hatiku

Kau tak pernah merasa
Kekaguman yang begitu membuta
Meracuni aliran darahku
Mempercepat laju jantungku

Kau tak pernah mengira
Lumpuh sendi-sendiku
Dalam kediaman tak bersuara
Begitu merindu aku tersiksa
Meratap sendu
Jalan takdir yang tak sekata

                                        (Rif’an Fatoni)

TAK SEPADAN
Tiada yang sepadan denganmu
Tiada yang setara denganmu
Tiada kata yang bisa
ungkapkan keindahanmu
Tiada lagi ruang dan waktu
Kau luar biasa

SAJAK RUMPUT
Rumput
Kau tak pernah tetap
Kau selalu berubah-ubah
Sesuai dengan arah angin

Angin ke timur
kau ikut ke timur
Angin ke barat 
kau ikut ke barat

Kau selalu berubah
Kau tak pernah tetap


Comments

Popular posts from this blog

NASKAH TEATRIKAL PUISI "KARAWANG-BEKASI" KARYA CHAIRIL ANWAR

NASKAH TEATRIKAL PUISI (Dialog Bukit Kamboja)

PUISI TENTANG GURU/KIYAI: SANG LENTERA